AKAR PERADABAN BARAT

Admin Friday, December 17, 2010

AKAR PERADABAN BARAT

Refleksi Historis terhadap Sumber-sumber Peradaban

A. Pendahuluan
Di kalangan Barat, peradaban diistilahkan dengan civilization; di ambil dari kata civilis, yang berarti memiliki kewarganegaraan. Istilah ini pertama kali digunakan dalam bahasa Prancis dan Inggris pada akhir Abad XVIII untuk menggambarkan proses progresif perkembangan manusia; sebuah gerakan yang menuntut perbaikan, keteraturan, serta penghapusan barbarisme dan kekejaman. Di balik pemunculan pemahaman ini terletak spirit pencerahan Eropa-yang kemudian dikenal dengan renaissance-dan rasa percaya diri terhadap karakter progresif era modern
Kebudayaan barat mengalami perkembangan pesat dan mengagumkan setelah meletusnya revolusi industri. Sejak itu, orang mulai berlomba-lomba dalam melakukan penelitian di segala bidang (ilmu dan kemasyarakatan). Di balik itu ada berbagai sumber peradaban yang ikutserta membentuk peradaban Barat, baik yang terekspos maupun yang tidak terekspos. Makalah sederhana ini akan membahas secara singkat berbagai sumber peradaban yang ikut serta membentuk peradaban Barat, meliputi sumber yang terekspos (Yunani-Romawi, Yahudi-Kristen) dan yang tak terekspos (Kebudayaan Islam dan Lingkungan [miliu]).
B. Sumber-Sumber Peradaban Barat
Sebuah kebudayaan atau peradaban memiliki sejarahnya masing-masing untuk bangkit dan berkembang. Namun, suatu peradaban tidak mungkin lahir dan berkembang tanpa bersentuhan dengan peradaban lain dan saling meminjam. Proses pinjam meminjam antar peradaban hanya bisa terjadi jika masing-masing peradaban memiliki mekanismenya sendiri-sendiri. Pada umumnya sarjana Barat modern membagi sejarah Barat (Eropa) menjadi zaman kuno, zaman pertengahan dan zaman modern. Yang kuno dibagi menjadi Yunani dan Romawi. Zaman Pertengahan dikelompokkan menjadi zaman Kristen awal, transisi dari kuno ke Pertengahan dan Pencerahan. Ini berarti bahwa akar zaman modern adalah Yunani, Romawi dan Abad Pertengahan. Akan tetapi para sejarawan Barat berbeda pendapat mengenai asal usul peradaban mereka. Akan tetapi para sejarawan Barat berbeda pendapat mengenai asal usul peradaban mereka. Perbedaan itu meruncing ketika para sejarawan berpegang pada ilmu sebagai akar peradaban. Artinya, sebuah peradaban akan lahir dan berkembang seiring dengan perkembangan konsep-konsep keilmuan didalamnya. Sebab faktor keilmuan inilah sebenarnya yang melahirkan akifitas sosial, politik, ekonomi dan aktifitas kultural lainnya. Dengan kata lain, kerja-kerja intelektual dan keilmuan anggota masyarkatlah sebenarnya yang melahirkan peradaban. Ini berimplikasi bahwa diatas konsep-konsep keilmuan terdapat suatu sistim dan super sistim yang disebut dengan worldview (pandangan hidup atau pandangan alam). Suatu peradaban tidak akan bangkit dan berkembang tanpa adanya pandangan hidup dan aktifitas keilmuan di dalam masyarakatnya. Demikian pula Barat, sebagai peradaban, tidak akan bangkit dan berkembang dan melahirkan sains tanpa memiliki pandangan hidup terlebih dahulu.
Sedangkan menurut pandangan Hassan Hanafi, dunia barat pada dasarnya memiliki empat sumber. Dua diantaranya adalah sumber yang terekspose dan dua lain tak terekspose. Dua sumber yang terekspose adalah sumber Yunani Romawi dan sumber Yahudi – Kristen. Sedangkan sumber yang tak terekspose adalah sumber kebudayaan Islam dan lingkungan Eropa sendiri. Keempat sumber ini juga diakui oleh para pemikir dan kaum intelektual Eropa. Pendapat inilah yang akan kami jadikan acuan untuk menelaah sumber sumber pembentukan peradaban Barat.
Dunia Barat atau sering disebut Barat saja merujuk kepada negara-negara yang berada di benua Eropa dan Amerika. Dunia Barat dibedakan dari dunia Timur yang digunakan untuk merujuk kepada Asia. Meskipun begitu, pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan terhadap negara-negara yang mempunyai mayoritas penduduk berkulit putih. Karena itu Australia dan Selandia Baru juga sering dianggap sebagai bagian dari dunia Barat.

1. Sumber Yang Terekspose
Sumber yang terekspose sebagaimana telah disebutkan diatas ada dua sumber, yakni sumber Yunani – Romawi dan sumber Yahudi – Kristen. Kedua sumber ini biasanya diperlihatkan untuk membangun image bahwa peradaban barat adalah kreativitas yang brilliant yang orisinil dan tidak dibangun di atas peradaban lama, serta tidak mengenal batas ruang dan waktu. Seolah olah mereka ingin menunjukkan bahwa peradaban barat adalah peradaban yang ideal yang menjadi tauladan bagi peradaban lain dan mewakili peradaban dunia. Dengan terbangunnya citra diatas, peradaban yang partikular bisa menjadi universal dan momen sejarahnya yang terbatas menjadi sebanding dengan seluruh perjalanan umat manusia.
Biasanya sumber Yunani – Romawi disebutkan sebelum sumber Yahudi – Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas peradaban barat sejak masa pembentukannya mempunyai kecenderungan sekular – rasional, bukan religius – tekstual. Secara implisit hal tersebut juga merupakan pengakuan bahwa sumber utama peradaban barat adalah sumber yunani – Romawi bukan sumber Yahudi – Kristen.
a. Yunani – Romawi
Sumber Yunani – Romawi telah membentuk konsepsi, bahasa, dan awal ilmu pengetahuan peradaban barat. Sumber yunani – Romawi mampu mempengaruhi pola pikir kesadaran barat di awal abad modern hingga sekarang, sehingga ia bertindak seperti peradaban Yunani di masa lalu. Imperatur Romawi banyak mensosialisasikan peradaban Yunani, dan memindahkannya dari Eropa selatan ke Eropa Utara. Hal ini membawa pengaruh besar bagi peradaban Jerman dan Celtic. Di masa revitalisasi dan kebangkitan , kesenian dan pemikiran Yunani muncul sebagai dua barang langka bagi peradaban Eropa yang sedang memasuki tahap khususnya. Bahasa ini tentu saja berbeda dengan bahasa agama yang pernah menguasai kebudayaan barat sebelumnya. Bahasa agama tertutup dan tidak menerima interpretasi atau perubahan terminologisnya yang tidak mampu memberikan arti baru yang lebih akurat.
Bahasa pemikiran Yunani adalah bahasa rasional murni, jelas dan mudah dipahami dari kandungan bahasanya. Menggunakan bahasa rasional juga berarti menggunakan rasio. Sebab rasio selalu menyertai bahasa tersebut. Bahasa agama di masa lalu melarang penggunaan rasio, serta mengharuskan iman dan kepasrahan dengan cara cara lama, bukan dengan cara yang rasional.
Salah satu hasil peradaban Yunani-Romawi yang lain yang diterapkan dalam membentuk peradaban Barat adalah hukum Romawi, dimana negara-negara modern, Prancis misalnya merapkan hukum Romawi dalam aturan perundangan industri dan perdagangan. Gereja-gereja abad pertengahan juga meminjam konsepsi-konsepsi hukum Romawi untuk diterapkan ke dalam undang-undang gereja.
Gagasan tentang hukum kodrat, yang sangat khas dalam hukum Romawi, banyak diaplikasikan pada abad pertengahan maupun modern. Jadi di dalam hukum Romawi dapat kita temukan ide-ide mendasar yang mempengaruhi konsepsi-konsepsi moral dewasa ini. Misalnya doktrin bahwa otoritas publik harus di tangan kaisar, atau kalau sekarang negara, adalah prinsip khas hukumnya banyak engadopsi hokum-hukum Romawi. Contoh lainnya, adalah prinsip bahwa masyarakat harus dilibatkan dalam perembukan tentang hal-hal yang menyangkut kesejahteraannya.
Pemikiran Yunani, dianggap sebagai tempat kelahiran peradaban Barat, maka seharusnya ia bermula dari sana dan terus berkembang hingga abad modern. sejarah peradaban Barat bermula dari bermulanya filsafat Barat, dan filsafat Barat dimulai dari abad ke 6 SM dengan tokohnya Thales, Bapak filosof Yunani dan juga dunia Barat. Asumsi pendekatan ini berdasarkan pada fakta bahwa konsep-konsep mendasar pada filsafat Yunani seperti hakekat akal, jiwa, hidup, hubungan jiwa dan raga dan lain-lain ditangkap oleh para filosof Barat yang datang kemudian lalu diterima oleh bangsa-bangsa semit, Indo-Eropa dan Anglo-Saxon. Namun pada tahap ini, mereka tidak lagi mengakui adanya pengaruh filsafat Yunani. Bagi mereka filsafat Yunani telah dikubur dalam (burried deep), dan tumbuh berkembang dalam pikiran individu dan aliran-aliran, meskipun individu filosof atau aliran-aliran tersebut hanya sekedar melakukan kritik dan imporvisasi terhadap konsep-konsep Yunani tersebut.
Bertolak atas pendapat tersebut, adalah sebuah bukti bahwa pemikiran Yunani mempengaruhi peradaban barat adalah dengan munculnya pemikiran pemikiran filsafat kehidupan Socrates, muncul pula "idea" Plato dan terakhir muncul filsafat alam Aristoteles. Dan dari uraian diatas dapat dilihat bahwa, sumber Yunani tampaknya lebih diutamakan daripada sumber Romawi. Jiwa peradaban barat diambil dari Yunani dan raganya diambil dari Romawi. Dari kebudayaan Yunani Peradaban barat mendapatkan bahasa dan konsepsi, sedangkan dari Romawi ia mendapatkan perundang – undangan dan sistem perkotaan.

b. Sumber Yahudi – Kristen
Jika sumber Yunani–Romawi merupakan dimensi sekular, maka sumber Yahudi–Kristen merupakan dimensi religius. Perpaduan dua dimensi ini dalam realitas, ruang dan waktu tertentu membentuk suatu peradaban. Musik polyphonic dalam peradaban Eropa, misalnya lahir dari perpaduan musik gereja dan musik rakyat. Sumber Yahudi–Kristen menjelaskan hubungan peradaban barat dengan teks agama Yahudi dan Kristen. Hubungan antara Yahudi dan Kristen terjadi dalam pembagian bab-bab kitab sucinya dan perjanjian lama sebagai pengantar perjanjian baru. Nenek moyang orang Eropa, pada abad pertengahan, jarang sekali menunjukkan sikap bermurah hati terhadap orang-orang yahudi. Pertama-tama yang dipandang sebagai warga masyarakat adalah pemeluk agama kristen. Hubungan antara laki-laki dan perempuan juga ditempatkan dalam dalam ajaran kristen. Karena yakin akan ajaran kristen, dan percaya bahwa bangsa yahudilah yang telah menyalibkan Yesus, maka umat kristen abad pertengahan cenderung mengambil sikap tak peduli terhadap orang-orang Yahudi, bahkan, kadang-kadang juga membencinya.
Dengan demikian munculnya agama kristen dan pelembagaannya dalam kekaisaran Romawi merupakan peristiwa besar dalam sejarah peradaban Barat. Walau demikian kadang-kadang terdengar pendapat bahwa faktor agama dan filsafat tidaklah sepenting faktor-faktor sosial, politik dan ekonomi dalam sejarah. Memang bukanlah tugas sejarawan untuk membuktikan proposisi-proposisi agama atau filsafat. Namun, adalah kewajibannya untuk mendeskripsikan bagaimana manuasia mengembangkan kebudayaannya di bawah pengaruh gagasan-gagasan agama dan filsafat. Signifikansi agama terletak dalam kenyataan bahwa agama mengajarkan seperangkat gagasan khusus, atau dogma, yang diterima sebagai kebenaran. Gagasan-gagasan ini memberikan tuntutan perilaku manusia, dan alasan untuk berjuang keras demi suatu keyakinan, serta petunjuk tentang perillaku yang baik dan jahat. Kepercayaan akan suatu eksistensi yang adikodati menjadi basis tindakan manusia. Sedemikian kuatnya kepercayaan itu mengakar dalam lubuk kesadaran manuasia sehingga perubahan kebudayaan adalah tak terelakkan, dan lahirlah sebuah peradaban baru. Dari sinilah berkembang masyarakat kristen, seni kristen, kesusastraan Kristen, etika Kristen serta teologi dan filsafat Kristen.
Memang orang-orang barat yang semula bersikap apatis terhadap agama Yahudi, mau tidak mau harus mengakui bahwa agama Yahudi telah ikut berperan dalam proses pembentukan peradaban barat, ini terbukti, sebagaimana yang diungkapkan oleh Henry S. Lucas, bahwa orang-orang Yahudi sangat berperan dalam pengembangan ekonomi uang, yang kemudian mendorong terjadinya perubahan-perubahan mendasar dalam masyarakat abad pertengahan. Akan tetapi, tergesernya ekonomi agraris, terbebaskannya para hamba budak, serta tergerogotinya institusi manorial adalah merupakan aspek-aspek evolusi masyrakat abad pertengahan dimana penduduk Kristen lebih berperan daripada orang-orang Yahudi


2. Sumber Tak Terekspose
Yang dimaksud dengan sumber tak terekspose adalah sumber yang segaja disembunyikan, baik oleh para filosof maupun para ahli sejarah filsafat. Sumber tak terekspose ini hampir tidak pernah disinggung oleh para peneliti yang menggeluti bidang kajian paling rumit sekalipun. Ada dua sumber peradaban barat yang tidak dinyatakan dan dibicarakan secara diam-diam dan dengan perasaan malu, yaitu sumber kebudayaan Islam dan lingkungan orang orang barat itu sendiri.

a. Kebudayaan Islam
Kemajuan alam pikiran suatu bangsa terekam dalam buku-buku yang diproduksikannya. Oleh karena itu, buku dan peradaban adalah bersifat manunggal dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Hal ini bisa dilihat, misalnya, pada kasus umat Islam Arab ketika mereka hendak melakukan lompatan besar dalam upaya untuk melahirkan karya-karya monumental. Buku-buku yunani klasik dan Persia mereka terjemahkan dalam bahasa Arab. Gerakan penerjemahan secara besar-besaran dan intensif ini dimaksudkan untuk mengkaji, dan mendalami alam pikiran mereka. Sebagai contoh Hunain Ibnu Ishaq (809-873) menyalin karya karya Galen, Hippocrates, Dioscorides, dan republiknya Plato serta karya-karya Aristoteles.
Umat Islam Arab tidak hanya melakukan penterjemahan secara intensif dan besar-besaran terhadap karya-karya para sarjana Yunani Klasik, akan tetapi bersamaan dengan itu mereka – dengan potensi ilmiah dan kejeniusan mereka yang luar biasa – menghasilkan karya-karya sendiri.
Pada masa-masa keemasan peradaban Islam, kota Baghdad dan Cordova tampil sebagai pusat peradaban dunia yang berlangsung dari abad ke-8 sampai abad ke-13. peradaban Islam yang maju dan secara pesat dan spektakuler pada masa-masa itu telah menarik sarjana Eropa untuk belajar bahasa Arab dan berkunjung ke Cordova dan pusat-pusat peradaban Islam lainnya untuk melakukan penyalinan dan penerjemahan terhadap karya-karya para sarjana muslim Arab.
Pengaruh Islam inilah yang kemudian melahirkan Zaman Renaissance di Barat pada abad ke-16, yang disusul kemudian dengan munculnya masa Reformasi Aufklarung (Zaman Pencerahan). Emmanuel Kant mengetakan bahwa zaman Renaissance merupakan titik pangkal dan keseluruhan proses dan wujud kebudayaan barat modern. Sejak munculnya zaman renaissance hingga sekarang ini, Barat telah mngambil alih kepeloporan di bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang canggih. Dengan kata lain, selama lima abad terakhir ini negara-negara adidaya Barat terus berjaya dan memperlihatkan kemahiran, kejeniusan, keunggulan atau superioritas mereka dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi atas negara-negara lain di dunia. Negara-negara yang tegolong sebagai negara-negara berkembang yang umumnya tergabung dalam negara-negara dunia ketiga tidak/belum mapu menghasilkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi canggih sperti yang dihasilkan Barat.
Sebagai salah satu sumber yang tidak diperhitungkan oleh sejarawan barat dalam pencapaian peradabannya adalah keikutsertaan peradaban Islam Sesungguhnya adalah sesuatu yang wajar jika peradaban Islam menjadi salah satu sumber peradaban barat. Sebab secara geografis, historis dan peradaban, salah satu negara barat, sebut saja Eropa merupakan perpanjangan Asia ke arah barat. Bahasa Hindia-Eropa, misalnya berasal dari Asia Tengah. Dan bahasa, disamping sebagai alat komunikasi, juga mencerminkan ciri pemikiran, konsepsi tentang alam, dan nilai-nilai moral. Ketika timur yang saat itu dikuasai oleh umat Islam menjadi pusat peradaban dunia di bidang politik, sosial, ekonomi, agama, hukum, ilmu pengetahuan, sastra, kesenian, industri, sejarah dan fisafat, agama di Timur telah mempengaruhi agama di Romawi. Sesuai dengan perjalanan ruh sejarah, agama di Timur beserta inovasi-inovasinya, tersebar mulai dari arah timur sampai ke barat, termasuk pada masa peperangan mengakibatkan ruh tersebut berpindah dari Persia ke Romawi dan sebaliknya, kemudian dari Persia ke Arab dan dari Arab ke Romawi. Walaupun demikian, pada kenyataannya, sumber-sumber Islam hampir tidak pernah disebutkan sebagai salah satu sumber terbentuknya peradaban barat. Bahkan tidak jarang orang-orang barat membuat suatu deskripsi yang salah tentang Islam, sehingga seolah-olah Islam memiliki citra yang buruk. Karena dengan penggambaran secara keliru terhadap citra Islam di kalangan orang Eropa, adalah menjadi sesuatu yang penting untuk mengatasi rasa rendah diri mereka.
Peradaban Islam dengan ilmu pengetahuannya yang telah diterjemahkan, terutama filsafat, kalam, ilmu alam, matematika menjadi salah satu penyangga kebangkitan Barat modern. Peradaban Islam telah mampu mempengaruhi pendangan abad pertengahahan mengenai iman dan akal. Sebelumnya iman dianggap sesuatau yang irasional dan rahasia yang tak mungkin ditembus akal. Dan kini imana adalah akal dan akal adalah iman. Sosok muslim menjadi figur filosof yang berhadapan dengan Yahudi dan Kristen.
Terjemahan ilmu pengetahuan Islam diatas juga memeberikan pengertian baru tentang hubungan rahmat Tuhan dengan diyakini keluar dari hukum alam, maka karya-karya mu'tazilah dan filsfat Islam memberikan pengertian baru, yaitu bahwa pengetahuan dan kehendak Tuhan tidak bertentangan dengan hukum alam, dan bahwa berkat Rahmat Allah kits hidup di dunia yang memiliki hukum alam yang pasti tanpa sedikit pun hal ini mempengaruhi pandangan kita tentang keserasian wahyu, akal dan alam kepada abad pertengahan. Hal ini berbeda dengan konsep Kristen yang menjadikan iman sebagai hal yang di luar kemampuanakal dan menjadikan alam sebagai hal yang di luar hukum-hukum akal. Model Islam ini terus menjadi kecenderungan rasionalisme dangn nama Averoisme Latin, hingga abad ke-17 Masehi, yaitu masa berkembangnya Rasionalisme di Barat khusunya di Eropa yang kemudian memisahkan diri dari rasionalisme Islam.
Jika orang-orang barat mau jujur, banyak sekali kontribusi Islam bagi kebangkitan Barat. Untuk tidak menyebutkan keseluruhan, ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol yang patut disebutkan yang telah menjadi dasar kemajuan Barat. Dalam lapangan Ilmu Kedokteran, dokter Islam Al Kindi (809-873 M) telah menulis buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin Optics. Salah satu pengagum Al Kindi adalah Roger Bacon. Selain Al kindi terkenal pula nama ar-Razi (865-925 M) yang oleh orang Barat Latin disebut Rhazez. Dokter Islam ar-Razi telah mengarang sbuah buku kedokteran berjudul Al Hawi.. buku tersebut atas perintah Raja Charles I dari Anyou, telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Faraj Bin Salim (seorang tabib Yahudi dari Sicilia) dengan judul Contionens. Buku ar-Razi tersebut beberapakali mengalami cetak ulang hingga tahun 1542 (cetakan kelima) yang terbit di Venesia. Buku tersebut berisikan pengetahuan ketabibab dari hasil penyelidikannya terhadap orang-orang Parsi, Yunani dan Hindu. Dokter Islam yang lain yang terkenal adalah Ibnu Sina (Aviicinna, 980-1037 M). ia menulis buku berjudul al Qonun Fit Thib, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Qonun of Medicine dan menjadi buku pegangan di perguruan-perguruan tinggi di Eropa selama 30 Tahun terakhir dari abad ke-15.
Di lapangan Astronomi dan ilmu pasti, tercatat nama Khawarizmi (meninggal tahun 863 M). Karya-karyanya mempunyai pengaruh besar di abad pertengahan. Bukunya yang terkenal Al jabr wa al Muqabalah menjadi standart ilmu pasti yang memuat daftar astronomi tertua dan Al Khowarizmi merupakan pioner penyusunan ilmu matematika dan aljabar. Buku inipun diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan merupakan buku pelajaran ilmu pasti, terutama pada universitas-universitas Eropa sampai sesudah abad ke-14. pengaruhnya dipeerkuat oleh kenyataan bahwa "algorisme" (latinisasi dari nama Al Khawarizmi) untuk waktu yang lama berarti "aritmatik" (dalam bahasa Eropa) dan dipergunakan dewasa ini sebagai metode untuk mengkalkulasi yang kini telah dibakukan. Begitu pula bapak kimia Islam, Jabir Ibnu Hayyan (721-815 M) memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perkembangan ilmu kimia. Kitab kimianya merupakan buku yang paling berp[engaruh di Eropa dan Asia sampai sesudah abad 14.
Sedang di lapangan Filasafat, para filosof Islam, seperti Ibnu Rusyd (Averroes, 1126-1198 M), dan Al Kindi (809-873 M) memberikan kontribusi yang banyak terhadap Barat. Ibnu Rusyd dikenal sebagai komentator pemikiran Aristoteles, karenanya dia dijuluki dengan Aristoteles II, pengaruhnya sangat menonjol atas pendukung filsafat Skholastik Kristen dan fikiran-fikiran sarjana Eropa pada abad pertengahan. Hampir selama kurang lebih 4 abad (abad 12-16), aliran Rusyd mendomonasi lapangan filsafat di Iberia dan Eropa. Sedang Al Kindi terkenal dengan metode filsafatnya yang menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo Platonis.
Demikian pula Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dengan karya muqoddimah nya banyak memberikan sumbangan dan pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran sarjana Barat di bidang ilmu sejarah dan sosiologi. Dialah orang pertama yang mengemukakan teori perkembangan sejarah, baik berdasarkan penyelidikan faktor-faktor jasmani dan iklim, maupun kekuatan moral dan ruhani.
Dari uraian diatas, maka tidak bisa dipungkiri jika Islam memberikan banyak sekali kontribusi terhadap kemajuan dunia barat, meski pada kenyataannya sumbangan Islam ini tidak diekspose oleh para ahli sejarah Barat. Salah satu penyebab disembunyikannya sumber-sumber ini adalah rasialisme yang terpendam dalam dunia Barat. Rasialisme inilah yang menjadikan Barat enggan mengakui eksistensi orang lain. Barat dianggap sebagai pusat dan menempati puncak kekuatan pioner di dunia. Rasialisme Barat khususnya Eropa terlihat dari jelas dlam ideologi atau salah satu elemen ideologinya di abad lalu, seperti Nazisme, Fasisme, Zionisme, dan nasionalisme. Bahkan ekspansi imperialisme juga didasarkan pada ideologi Rasis yang menjadi kapitalisme.

b. Lingkungan (Milliu)
Renaisans abad pertengahan yang mentransformasikan kehidupan intelektual benar-benar merupakan kelahiran kembali filsafat, sains, kedokteran, dan pengetahuan klasik bagi dunia Barat. Kebangkitan intelektual ini terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa mempelajari, mendalami, dan menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara menterjemahkan buku-buku Ilmu Pengetahuan ke dalam bahasa mereka.
Namun sepertinya ada satu lagi (selain kebudayaan Islam) yang terlupa ketika para sejarawan menyebutkan sumber-sumber kebangkitan Peradaban Barat, yakni lingkungan. Secara tidak langsung, lingkungan orang-orang Barat juga menjadi sumber yang tak terekspose dalam keikutsertaannya terhadap pembentukan peradaban Barat. Yang dimaksud dengan lingkungan disini, sebagaimana yang dikatakan oleh Hasan Hanafi adalah letak geografis, kondisi historis, tradisi bangsa dan suku yang tinggal di Eropa, mitologi, agama sebelum kristen, karakteristik doktrin agama setelah Kristen, kekuatan tarik menarik yang terjadi dalam interaksi kondisi historis dengan tradisi Barat atau interaksi karakteristik, tempramen dan kondisi psikologis bangsa dngan doktrin agama baru.
Sebagai suatu bukti bahwa lingkungan juga mempengaruhi pembentukan peradaban orang-orang Barat, negara Eropa, sebagai salah satu negara Barat, dilihat dari letak geografisnya merupakan perpanjangan Asia di sebelah barat. Perpindahan penduduk melelui jalan darat di lakukan dari timur ke Barat. Karenanya Eropa dapat mewarisi seluruh peradaban Timur melalui hubungan darat ini yang slah satu personifikasinya adlah "jalan sutera" dari Cina ke Barat melalui Khaybar.
Disamping itu, Eropa juga merupakan perpanjangan Afrika di sebelah Utara ke Selatan, dari Yunani ke Mesir untuk menuntut ilmu; atau dari selatan ke utara, dari Cartagena ke Roma. Hubungan ini terus berlanjut hingga sekarang. Hubungan Barat dan Timur ini tidak hanya melalui darat tetapi juga melalui jalan laut. Orang-orang Eropa datang ke Timur melalui laut Tengah atau dengan cara merapat ke pantai-pantai Asia. Dari hubungn ini, Baratlah yang mendapat keuntungan, sementara Timur, Afrika, dan Asia yang mennggung kerugian. Dulu, Timur Tengah menjadi pusat peradaban dunia dengan titik pusatnya terletak di Mesir yang memanjang ke Timur higga Babilonia dan Asyria, ke utara hingga Syam dan Tunisia, ke selatan hingga Nubia dan Sudan, dan ke barat hingga negara Haiti dan Libya. Dan kini Barat yang secara geografis dekat dengan Mesir mengambil posisi pusat menjadikan Mesir sebagai salah satu wilayah perluasannya.


C. PENUTUP
Peradaban barat, hingga saat ini selalu menjadi perbincangan yang menarik, mengingat dalam konteks masa kini, hampir seluruh aspek kehidupan orang-orang timur dipengaruhi oleh tradisi dan kebudayaan barat.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa peradaban Barat berkembang dari fusi kultur, filsafat, nilai dan aspirasi Yunani dan Romawi; dicampur dengan Yahudi dan Kristen, yang kemudian dikembangkan dan dibentuk oleh orang-orang Latin, Jerman, Celtic dan Nordic. Dari Yunani diambil elemen filsafat dan epistemologi, dasar-dasar pendidikan, etika dan estetika; dari Romawi diambil elemen hukumnya, ketata-negaraan dan pemerintahannya; dari Yahudi dan Kristen diambil elemen kepercayaan akan suatu eksistensi yang adikodati menjadi basis tindakan manusia. Sedemikian kuatnya kepercayaan itu mengakar dalam lubuk kesadaran manuasia sehingga perubahan kebudayaan adalah tak terelakkan yang akhirnya melaahirkan sebuah peradaban baru.
Di sisi lain, Islam juga telah memberi sumbangan sangat penting kepada peradaban Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam menanamkan semangat rasional dan keilmuan. Namun ilmu pengetahuan dan juga semangat rasional dan keilmuan itu telah dibentuk ulang agar sejalan dengan kultur Barat, sehingga semuanya menyatu dan bercampur dengan elemen-elemen lain yang membentuk ciri-ciri dan wajah peradaban Barat. Selain itu, aspek lain yang juga tidak dapat dinafikan keikutsertaannya terhadap pembentukan peradaban Barat adalah lingkungan (miliu), yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah letak geografis, kondisi historis, tradisi bangsa dan suku yang tinggal di Eropa, mitologi, agama sebelum kristen, karakteristik doktrin agama setelah Kristen, kekuatan tarik menarik yang terjadi dalam interaksi kondisi historis dengan tradisi Barat atau interaksi karakteristik, tempramen dan kondisi psikologis bangsa dengan doktrin agama baru.


BIBLIOGRAFI

Acikgenc, Alparsalan, Islamic Science, Towards a Definition (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), hlm. 29-31.
Cook, William R dan Roland B Herzman, The Medieval Worldview (Oxford: Oxford University Press, 1983) hlm. 50,115,262
Hanafi, Hassan, Oksidentalisme; Sikap Kita terhadap Tradisi Barat, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. 131.
Ismail, Faisal, paradigma Kebudayaan Islam; Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2003), hlm. 124.
Lucas, Henry S., Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan, terj. Sugihardjo S dan Budiawan (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hlm. 36.
Thompson, John B., Kritik Ideologi Global; Relasi Ideologi dan Komunikasi Masa, 2004, hlm. 192. Lihat juga Huntington: Benturan Antar Peradaban (cet. ke-2), 2001, hlm. 38.
Watt, W. Montgomery, Islam Dan Peradaban Dunia; Pengaruh Islam Atas Eropa, terj. Hendro Prasetyo, (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 123.
“Dunia Barat”, http://www.google.com/search?q=cache:QjPB5NBkL4gJ:id.wikipedia.org/wiki/Dunia_Barat+budaya+barat&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id, akses 09 Maret 2008.


loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

4 komentar

Write komentar
March 19, 2015 at 11:53 PM delete

terimakasih info nya
bermanfaat bgt

Reply
avatar
June 19, 2015 at 9:42 PM delete

informasi nya sangat menarik sekali
dan bermanfaat
ditunggu update selanjut nya

Reply
avatar
September 17, 2015 at 11:08 PM delete

artikel nya menarik
dan penuh ide ide kreatif
terimakasih

Reply
avatar

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar