Biografi Muhammad Arkoun| Biografi Tokoh

Admin Sunday, November 14, 2010
Muhammad Arkoun

A. Biografi Arkoun
1. Arkoun lahir pada tanggal 2 Januari 1928 dalam keluarga biasa di perkampungan Berber yang berada di sebuah desa di kaki-gunung Taorirt-Mimoun, Kabilia, sebelah timur Aljir, Aljazair.
2. Keluarganya berada pada strata fisik dan sosial yang rendah (ibunya buta huruf) dengan bahasa Kabilia Berber sebagai bahasa ibu dan bahasa Arab sebagai bahasa nasional Aljazair.
3. Pendidikan
a. Pendidikan dasar Arkoun ditempuh di desa asalnya.
b. Sekolah menengah di kota pelabuhan Oran, kota utama di Aljazair bagian barat.
c. Melanjutkan studi bahasa dan sastra Arab di Universitas Aljir pada tahun 1950-1954.
d. Pada saat perang kemerdekaan Aljazair dari Perancis pada tahun 1954-1962, Arkoun melanjukan studi tentang bahasa dan sastra Arab di Universitas Sorbonne.
4. Mengajar bahasa Arab pada sebuah Sekolah Menengah Atas di al-Harach, berlokasi di daerah pinggiran ibukota Aljazai.
5. Bekerja sebagai agrege bahasa dan kesusasteraan Arab di Paris.
6. Mengajar di sebuah SMA (Lycee) di Strasbourg (daerah Perancis sebelah timur laut).
7. Diminta member kuliah di Fakultas Sastra Universitas Strasbourg 1956-1959.
8. Pada tahun 1961, diangkat sebagai dosen di Universitas Sorbonne, Paris, sampai tahun 1969, dan menyelesaikan pendidikan doktor di bidang sastra pada Universitas tersebut.
9. Arkoun menulis desertasi doctor mengenai humanisme dalam pemikiran etis Miskawaih (w.1030 M).
10. Semenjak menjadi dosen di Universitas Sorbonne tersebut, Arkoun menetap di Perancis dan menghasilkan banyak karya yang dipengaruhi oleh perkembangan mutakhir tentang islamologi, filsafat, ilmu bahasa dan ilmu-ilmu sosial di dunia Barat, terutama di dunia tradisi keilmuan Perancis.
11. Menguasai tiga bahasa (Berber Kabilia, Arab dan Perancis) dan tradisi serta kebudayaannya.
12. Pada tahun 1970-1972 Arkoun mengajar di Universitas Lyon dan kembali lagi ke Paris sebagai guru besar sejarah pemikiran Islam di Universitas Sorbonne.
13. Sudah pensiun namun tetap membimbing karya penelitian di US.
14. Sering diundang untuk memberi kuliah dan ceramah ilmiah di sejumlah universitas dan institusi keilmuan dunia, seperti University of California, Princeton University, Temple University, Lembaga Kepausan untuk Studi Arab dan Islam di Roma, Universitas Katolik Louvain-la Neuve di Belgia, Universitas Amsterdam, Institut of Ismaili Studies di London, dan sebagainya.
15. Memberi kuliah di Rabat, Fez, Aljir, Tunis, Damaskus, Beirut,Berlin, Kolumbia, Denver, Indonesia, dan sebagainya.
16. menjabat sebagai direktur ilmiah jurnal Arabica, anggota Panitia Nasional Perancis untuk Etika dan Ilmu Pengetahuan Kehidupan dan Kedokteran,
anggota Majelis Nasional Perancis untuk AIDS dan anggota Legiun Kehormatan Perancis (chevalier de la Legion d’honneur).
17. Mendapat gelar kehormatan, diangkat sebagai Officier des Palmes Academiques, sebuah gelar kehormatan Perancis untuk tokoh terkemuka di dunia universitas.
18. Pernah menjabat sebagai direktur Lembaga Kajian Islam dan Timur Tengah pada Universitas Sorbonne Neuvelle Paris.
B. Karya-karyanya.
Sebagai ilmuwan yang produktif, Arkoun telah menulis banyak buku dan artikel di sejumlah jurnal terkemuka seperti:
a. Arabica (Leiden/Paris).
b. Studia Islamica (Paris).
c. Islamo-Christiana (Vatican).
d. Diogene (Paris).
e. Maghreb-Machreq (Paris).
f. Ulumul Qur’an (Jakarta).
Arkoun juga menerbitkan beberapa kumpulan makalah dan karya bersama yang dilakukan dengan cendekiawan lain. Beberapa karya Arkoun yang penting adalah:
a. Traite d’ethique (tradition francaise avec introduction et notes du Tahdhib al-Akhlaq) (sebuah pengantar dan catatan-catatan tentang etika dari Tahdzib al-Akhlaq Miskawaih).
b. Contribution a l’etude de l’humanisme arabe au IVe/Xe siecle: Miskawayh philosophe et historien (sumbangan terhadap pembahasan humanisme Arab abad IV H/ X M: Miskawaih sebagai filosof dan sejarahwan).
c. La pensee arabe (pemikiran Arab)
d. Ouvertures sur l’islam (catatan-catatan pengantar untuk memahami Islam).
Buku-buku Arkoun yang merupakan kumpulan artikelnya di beberapa jurnal antara lain adalah:
a. Essais sur lapensee islamique (Esai-esai tentang pemikiran Islam).
b. Lectures du Coran (Pembacaan-pembacaan Alqur’an).
c. Pour une critique de la raison islamique (Demi kritik nalar islami).
Buku-bukunya yang lain adalah
a. Aspects de la pensee musulmane calssique (Aspek-aspek pemikiran Islam klasik).
b. Deux Epitres de Miskawayh (Dua surat Miskawaih).
c. Discours coranique et pensee scientifique (Wacana-wacana al-Qur’an dan pemikiran ilmiah).
d. L’islam, hier, demain (Islam, kemarin dan esok, karya bersama
Louis Gardet).
e. L’islam, religion et societe (Islam, agama dan masyarakat). Selain itu, masih banyak lagi beberapa karya lainnya.
C. Pendekatan Arkoun
D. Metode Arkoun
E. Pemikiran Arkoun
1. Wahyu dan Teks Alqur’an
Untuk kepentingan analisisnya, Arkoun membedakan tiga tingkatan tentang wahyu. Pertama, wahyu sebagai Firman Allah yang transenden, tidak terbatas dan tidak diketahui oleh manusia. Untuk menunjuk realitas wahyu seperti ini, biasanya dipakai anggitan al-Lauh al-Mahfudh atau Umm al-Kitab. Kedua, wahyu yang diturunkan dalam bentuk pengujaran lisan dalam realitas sejarah yang disebut sebagai discours religious dan berfragmen dalam bentuk kitab Bibel (Taurat dan Zabur), Injil dan Alqur’an. Berkenaan dengan Alqur’an, realitas yang ditunjuk adalah Firman Allah yang diwahyukan ke dalam bahasa Arab kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih dua puluh tahun. Dan Ketiga, wahyu yang direkam di dalam catatan, yang ternyata menghilangkan banyak hal, terutama situasi pembicaraan (sementara asbab alnuzul ternyata belum dapat mengembalikan hal-hal yang hilang ketika suatu pembicaraan direkam ke dalam tulisan).
Kenyataan islami lahir melalui penafsiran manusia (baik oleh ahli fiqh maupun kalam) terhadap kenyataan qur’ani, yang dapat dibuktikan dengan banyaknya garis, aliran, dan corak pemikiran, seperti sunni, syi’i, khariji dan berbagai cabangnya yang berusaha mendapat pengakuan sebagai pemilik kebenaran tertentu, walaupun sebenarnya merupakan gerakan politik.
Problem tersebut kemudian diteruskan dengan munculnya corpus interpretes (korpus-korpus penafsir) yang lahir sebagai produktifitas teks dan bukan sebagai
produktifitas wacana. Ternyata, kesemua itu kemudian disebut sebagai ajaran suci yang menghasilkan sejarah penyelamatan manusia.

2. Pembacaan al-Qur’an
Arkoun menyadari bahwa dengan kelahiran teks Alqur’an, perubahan mendasar di kalangan umat dalam memahami wahyu telah terjadi. Raison graphique (nalar grafis) telah mendominasi cara berpikir umat, sehingga logos kenabian (prophetique) didesak oleh logos pengajaran (professoral). Selain itu juga telah terjadi pemiskinan kemungkinan untuk memahami wahyu dari segala dimensinya. Dalam kategori semiotik, teks Alqur’an sebagai parole didesak oleh teks sebagai langue, sehingga Alqur’an kini tetap menjadi parole bagi kaum mukmin. Langue adalah keseluruhan kebiasaan yang diperoleh secara pasif yang diajarkan oleh masyarakat bahasa, dan parole adalah keseluruhan apa yang diujarkan orang dan merupakan
manifestasi individu dari bahasa. Untuk itulah, menurut Arkoun, tujuan qira’ah adalah untuk comprendre, mengerti komunikasi kenabian yang hendak disampaikan lewat teks yang bersangkutan, yaitu mencari makna yang hendak disampaikan lewat teks tersebut, dengan cara mengoptimalkan setiap kemungkinan untuk mereproduksi makna.
Arkoun melihat, paling tidak ada tiga macam cara pembacaan Alqur’an. Pertama, secara liturgis, yaitu memperlakukan teks secara ritual yang dilakukan pada saat shalat dan doa-doa tertentu. Pembacaan liturgis ini bertujuan untuk “mereaktualisasikan saat awal ketika Nabi mengujarkannya untuk pertama kali” agar didapatkan kembali keadaan ujaran (situation de discours) dari “ujaran 1”.
Dengan cara ini, manusia melakukan komunikasi rohani, baik secara horisontal maupun vertikal, dan sekaligus melakukan pembatinan terhadap kandungan wahyu. Kedua, pembacaan secara eksegesis yang berfokus utama pada “ujaran 2”, yaitu ujaran yang termaktub di dalam mushaf, seperti yang dilakukan oleh Fakhr al-Din al-Razi (w. 606 H/1209 M). Dan ketiga, cara baca yang ingin dikenalkan oleh Arkoun, yaitu dengan cara memanfaatkan temuan-temuan metodologis yang disumbangkan oleh ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu bahasa.
Menurut Arkoun, ketiga cara baca tersebut tidak saling menyisihkan satu sama lain, dan bahkan saling memberikan sumbangan untuk memahami teks-teks Illahi yang tidak akan pernah tuntas dikupas oleh manusia.
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar