TAFSIR KATA BASYAR

TAFSIR KATA BASYAR

Admin Tuesday, November 30, 2010 8 Comments
PENDAHULUAN
Alquran sebagai kitab suci umat Islam, merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya, Muhammad SAW. Pembahasan mengenai penafsiran-penafsiran Alquran tidak akan habis hingga datangnya hari kiamat. Mengapa demikian? Karena dalam Alquran terdapat ayat-ayat muhkamat dan juga mutasyabihat.
Memahami Alquran tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahasanya yang unik, mengandung majas-majas yang terkadang sulit untuk dipahami. Pilihan katanya yang sesuai, terkadang satu kata mempunyai banyak makna. Pada suatu ayat kosa kata tertentu bisa memiliki arti yang berbeda jika dilihat pada ayat lain yang juga mengandung kosa kata tersebut.
Makalah ini akan membahas tentang kata basyar dalam Alquran yang dalam penggunaannya terdapat beberapa penafsiran yang berbeda. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kata basyar memiliki makna umum yang serupa dengan kata al-nas, al-ins dan al-insan yang berarti manusia. Diharapkan dengan dibahasnya makalah ini kita dapat menemukan perbedaan di antara kata-kata tersebut.








PEMBAHASAN
Pengertian Basyar
Basyar dalam Lisan al-Arab berarti alkhalq , yaitu makhluk, baik itu digunakan untuk mu’annats, mudzakkar, mufrad, mutsanna maupun jamak.  Namun, menurut Ibn Mandzur, lafadz basyar mempunyai shighat jama’, yaitu lafadz   البشرة. 
Basyar adalah jama’ dari kata بشرة   yaitu kulit yang tampak. بشرة   adalah kulit yang paling luar  dari kulit wajah dan jasad dari manusia. Ibnu Barzah mengartikannya sebagai kulit luar. Al-Lais mengartikannya sebagai permukaan kulit pada tubuh dan wajah manusia. Oleh karena itu, kata mubasyarah diartikan mulamasah yang artinya persentuhan antara kulit laki-laki dan kulit perempuan.
Sedangkan dalam kitab al Mufradat fi Gharib al-Quran, al-Ashfahani mengatakan bahwa menurut para ahli sastra, kata basyar/basyarah berarti kulit luar, sedangkan darah adalah bagian di dalam kulit. Manusia disebut dengan basyar karena kulitnya tampak jelas, berbeda dengan hewan yang kulitnya tertutup oleh bulu atau rambut.
Selanjutnya Quraisy Shihab dalam bukunya Wawasan Alquran menyatakan bahwa kata  basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata  yang sama  lahir  kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan  kulit binatang yang lain.
Alquran  menggunakan  kata  ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia  dari  sudut  lahiriahnya  serta  persamaannya  dengan manusia   seluruhnya.   Karena   itu   Nabi   Muhammad    Saw. diperintahkan untuk menyampaikan bahwa: “Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu.” (QS Al-Kahf [18]: 110).

Dari sisi lain diamati bahwa banyak  ayat-ayat  Al-Quran  yang menggunakan  kata  basyar  yang  mengisyaratkan  bahwa  proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap  sehingga mencapai tahap kedewasaan. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, kemudian ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran.” (QS Al-Rum [30]: 20).

Bertebaran  di  sini  bisa  diartikan  berkembang  biak akibat hubungan seks atau bertebaran mencari rezeki.  Kedua  hal  ini tidak  dilakukan oleh manusia kecuali oleh orang yang memiliki kedewasaan dan tanggung jawab. Karena  itu  pula  Maryam  a.s. mengungkapkan  keheranannya dapat memperoleh anak, padahal dia belum pernah disentuh oleh basyar (manusia dewasa  yang  mampu berhubungan  seks)  (QS Ali 'Imran [3]: 47).
Kata basyiruhunna yang digunakan oleh Al-Quran sebanyak dua kali (QS  Al-Baqarah [2]: 187), juga diartikan dengan hubungan seks. Demikian  terlihat  basyar  dikaitkan  dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu  memikul  tanggung jawab. Karena  itu  pula,  tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar {perhatikan QS Al-Hijr 115): 28 yang menggunakan kata  basyar), dan QS Al-Baqarah (2): 30 yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya mengandung  pemberitaan  Allah  kepada malaikat tentang manusia.

Ayat-ayat Alquran yang menggunakan kata basyar di antaranya surat Hud; 27, Yusuf; 31, al-Hijr; 28, Qamar; 24, al-Isra;93 dan 94, Maryam;17, al-Mu’minin;34, al-Furqan;54, Shad;71. Ada juga yang marfu’, ini terdapat dalam surat Ali Imran;47, al-Maidah;18, Ibrahim;10dan 11, an-Nahl;103, al-Kahfi;110, Maryam;20, al-anbiya; 3, al-Mu’minun; 24 dan 33, asy-Syu’ara ;154 dan 186, ar-Rum; 20, Yasin; 15, Fussilat; 5, dan at-Thalaq; 6. Yang berharkat majrur terdapat dalam surat Ali Imran; 79, al-An’am; 91, al-Hijr; 33, Maryam; 26, al-Anbiya’; 34, asy-Syu’ara; 51, dan al- Muddasir; 25, 29, 31, dan 36. Sementara itu, dalam bentuk mutsanna (basyarain) terdapat dalam surat al-Mu’minun; 47.
Beberapa Penafsiran Al-Qur’an Tentang Basyar
Tafsir Al-Zamakhsyariy
Dalam kitab Al-Tafsir wa al-Mufassirun karya al-Dzahabi disebutkan bahwa karakterisitk dari kitab tafsir Al-Kasyaf hasil buah pena dari al-Zamakhsyariy ini ialah lebih bersifat kebahasaan, baik dari segi i’rab, maupun sastranya. Terlebih ia menambahkan al-Kasyaf mempunyai corak penafsiran al-‘Ilmi wa al-Adabiy (keilmuan dan kesusastraan).
Adapun contoh-contoh penafsiran al-Dzahabiy mengenai lafadz Basyar ialah pada Q.S. Maryam: 17
ôNx‹sƒªB$$sù `ÏB öNÎgÏRrߊ $\/$pgÉo !$oYù=y™ö‘r'sù $ygøŠs9Î) $oYymrâ‘ Ÿ@¨VyJtFsù $ygs9 #ZŽ|³o0 $wƒÈqy™ ÇÊÐÈ   
“Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.”
’Í?ä3sù ’Î1uŽõ°$#ur “Ìhs%ur $YZøŠtã ( $¨BÎ*sù ¨ûÉïts? z`ÏB ÎŽ|³u;ø9$# #Y‰tnr& þ’Í<qà)sù ’ÎoTÎ) ßNö‘x‹tR Ç`»uH÷q§=Ï9 $YBöq|¹ ô`n=sù zNÏk=Ÿ2é& uQöqu‹ø9$# $|‹Å¡SÎ) ÇËÏÈ  
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
Pada dua ayat di atas, al-Zamakhsyariy berpendapat ~sebagaimana yang telah disebutkan di atas mengenai pengertian atau makna dari lafadz basyar~ dalam al-Kasyaf bahwa lafadz basyar bisa berlaku untuk semua bentuk, baik mufrad, mutsanna, maupun jama’.
Juga tidak mengenal jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan, seperti:
uqèdur “Ï%©!$# t,n=y{ z`ÏB Ïä!$yJø9$# #ZŽ|³o0 ¼ã&s#yèyfsù $Y7|¡nS #\ôgϹur 3 tb%x.ur y7•/u‘ #\ƒÏ‰s% ÇÎÍÈ  
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.”
Zamakhsyariy menjelaskan mengenai isi dari ayat ini, yaitu dengan membagi dua jenis dari basyar, jenis laki-laki, seperti fulan bin fulan dan jenis perempuan, seperti fulanah binti fulanah. Ia menjadikan ayat 39 dari surat al-Qiyamah bahwa makna basyar itu tercakup dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Ÿ@yèpgmú çm÷ZÏB Èû÷üy_÷r¨“9$# tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÒÈ   
 “Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.”
Tafsir Bahr al-Muhith Karya Abu Hayyan
Nama lengakp dari pengarang kitab tafsir ini ialah Abu Abdullah Muhammad ibn Yusuf ibn Ali ibn Yusuf ibn Hayyan. Dalam kitab tafsir ini, beliau (Abu Hayyan) banyak mengadopsi dari tafsir Al-Zamakhsyariy dan tafsir Ibn ‘Athiyah, terlebih dalam masalah nahwu dan i’rab.
Adapun contoh-contoh penafsiran beliau mengenai lafadz basyar ialah:
Pada Q.S. Al-Kahfi: 110
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqム¥’n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) Ó‰Ïnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_ötƒ uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u‘ ö@yJ÷èu‹ù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ Ÿwur õ8ÎŽô³ç„ ÍoyŠ$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u‘ #J‰tnr& ÇÊÊÉÈ   
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Dalam ayat ini, terdapat lafadz basyar yang merupakan pernyataan dari Nabi Muhammad, bahwasannya Nabi juga sama seperti manusia pada umumnya yang mempunyai sifat kemanusiaan seperti makan, sakit, marah, dan lain-lain.
Abu Hayyan menambahkan bahwa ayat ini ditujukan untuk meluruskan pandangan masyarakat bahwa Nabi Muhammad bukanlah malaikat. Namun, Nabi Muhammad mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya, yaitu wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadanya untuk diajarkan. Apapun itu, secara lahir, Muhammad tidak berbeda dengan manusia yang lain. 
Selain surat al-Kahfi, kata basyar yang diartikan sebagai nabi Muhammad terdapat pula pada surat al-Anbiya’: 3
ZpuŠÏdŸw öNßgç/qè=è% 3 (#r•Ž| r&ur “uqôf¨Z9$# tûïÏ%©!$# (#qçHs>sß ö@yd !#x‹»yd žwÎ) ֍t±o0 öNà6è=÷VÏiB ( šcqè?ù'tFsùr& tósÅb¡9$# óOçFRr&ur šcrçŽÅÇö7è? ÇÌÈ  
“(lagi) hati mereka dalam Keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, Maka Apakah kamu menerima sihir itu, Padahal kamu menyaksikannya?"
Salah satu makna kata basyar tidak hanya berarti nabi Muhammad saja, namun bisa juga berarti nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya seperti yang terdapat pada surat Ibrahim: 10-11
* ôMs9$s% óOßgè=ߙ①’Îûr& «!$# A7x© ̍ÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur ( öNä.qããô‰tƒ tÏÿøóu‹Ï9 Nà6s9 `ÏiB öNä3Î/qçRèŒ öNà2t½jzxsãƒur #†n<Î) 9@y_r& ‘wK|¡•B 4 (#þqä9$s% ÷bÎ) óOçFRr& žwÎ) ׎|³o0 $uZè=÷WÏiB tbr߉ƒÌè? br& $tRr‘‰ÝÁs? $£Jtã šc%x. ߉ç7÷ètƒ $tRät!$t/#uä $tRqè?ù'sù 9`»sÜù=Ý¡Î0 &úüÎ7•B ÇÊÉÈ   ôMs9$s% öNßgs9 öNßgè=ߙ①bÎ) ß`øtªU žwÎ) ֍t±o0 öNà6è=÷VÏiB £`Å3»s9ur ©!$# `ßJtƒ 4’n?tã `tB âä!$t±o„ ô`ÏB ¾ÍnÏŠ$t6Ïã ( $tBur šc%x. !$uZs9 br& Nä3uŠÏ?ù'¯R ?`»sÜù=Ý¡Î0 žwÎ) ÈbøŒÎ*Î/ «!$# 4 ’n?tãur «!$# È@ž2uqtGuŠù=sù šcqãYÏB÷sßJø9$# ÇÊÊÈ  
“Berkata Rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti Kami juga. kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) Kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang Kami, karena itu datangkanlah kepada Kami, bukti yang nyata".
“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan tidak patut bagi Kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal”.
Ayat sebelumnya menceritakan tentang nabi Musa yang mengingatkan umatnya agar selalu bersyukur dan tidak mengingkari nikmat Allah. Nabi Musa menceritakan tentang umat-umat terdahulu dari kaum nabi Nuh, ‘Ad, Samud dan orang-orang setelah mereka yang mengingkari para Rasul yang telah diutus kepada mereka. Maka rasul-rasul yang dimaksud di sini adalah rasul-rasul sebelum nabi Musa.
Setelah menelusuri kitab tafsir Al-Bahr Al-Muhith karya Abu Hayyan yang khusus mengenai penafsiran lafadz basyar, penulis tidak menemukan hasil yang nyata mengenai hal tersebut, karena di semua ayat yang mengandung lafadz basyar diartikan secara umum, yaitu manusia biasa.

Tafsir Al-Thabari
Pada umumnya, kata basyar dalam Alquran diartikan dengan kata insan, yang berarti manusia. Sama halnya dengan al-Zamakhsyariy dan Abu Hayyan, pada penafsirnnya tentang kata basyar, al-Thabari lebih banyak mengartikan kata ini dengan manusia. Beberapa penafsirannya dapat kita lihat pada ayat-ayat berikut.
Q.S. Al-Mukminuun: 24
tA$s)sù (#àsn=yJø9$# tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB ¾ÏmÏBöqs% $tB !#x‹»yd žwÎ) ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB ߉ƒÌãƒ br& Ÿ@žÒxÿtGtƒ öNà6ø‹n=tæ öqs9ur uä!$x© ª!$# tAt“RV{ Zps3ͳ¯»n=tB $¨B $uZ÷èÏJy™ #x‹»pkÍ5 þ’Îû $uZͬ!$t/#uä tû,Î!¨rF{$# ÇËÍÈ  
“Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. belum pernah Kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang Kami yang dahulu”.
Kata basyar  pada ayat ini ditujukan kepada seorang laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah nabi Nuh a.s. Ketika nabi Nuh menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah, para pemuka kafir malah mengatakan bahwa nabi Nuh hanya manusia biasa, bahkan pada ayat selanjutnya mereka katakana bahwa nabi Nuh adalah seorang laki-laki gila.
Q.S. al-Ruum: 20
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷br& Nä3s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? ¢OèO !#sŒÎ) OçFRr& ֍t±o0 šcrçŽÅ³tFZs? ÇËÉÈ  
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”.
Ayat ini menceritakan tentang proses penciptaan manusia dari tanah hingga akhirnya berkembang biak dan melahirkan generasi-generasi baru. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Quraisy Shihab yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa proses perkembangbiakan ini dengan melalui hubungan seks.









KESIMPULAN
Pembahasan singkat mengenai kata basyar dalam Alquran ini akhirnya menghasilkan suatu pemahaman. Pada umumnya kata ini diartikan dengan manusia. Kata basyar itu sendiri secara bahasa berarti kulit luar manusia yang tampak jelas, baik itu di bagian wajah, leher, tangan, badan, kaki dan anggota-anggota tubuh manusia lainnya yang tentu berbeda dengan binatang yang memiliki kulit berbulu.
Penggunaan kata basyar dalam Alquran tidak mengenal jenis dan bentuk. Kata ini bisa digunakan dalam bentuk mufrad, mutsanna dan jama’. Kata ini juga tidak mengenal apakah itu laki-laki atau pun perempuan. Basyar yang secara umum berarti manusia, mencakup seluruh manusia tanpa terkecuali. Tidak ada pengkhususan, baik itu manusia biasa atau pun nabi, orang kafir atau mukmin, semua bisa terwakili dengan kata basyar.
Mengenai perbedaan kata basyar itu sendiri dengan beberapa kata yang juga mempunyai arti sama yaitu manusia, seperti kata al-nas, al-ins dan al-insan, adalah bahwa basyar lebih cenderung kepada jasad/ sisi biologis manusia (fisik), al-insan dan al-ins lebih kepada sisi rohaniah/ yang bersifat batin, sedangkan al-nas lebih umum dari pada ketiga kata tersebut, mencakup semua aspek dan sisi totalitas seorang manusia termasuk juga biologisnya.





DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baiquni, dkk. Ensiklopedi Al-Qur’an. Yogyakarta:Dana Bakti Primayasa, 2005
Al-Ashfahani, Abdul Qasim al-Husain ibn Muhammad ibn al-Fadhl al-Raghib. al-Mufradat fi Gharibi al-Quran. Beirut: Dar al-Ma’rifah, tt
Al-Dzahabiy, Muhammad Husain. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun. Mesir: Maktabah Wahbah, 2000
Al-Zamakhsyari. Tafsir al-Kasyaf dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Asy’arie, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta:LESFI, 1992
Ibn Hayyan, Abu Abdullah Muhammad ibn Yusuf ibn Ali ibn Yusuf. Tafsir Al-Bahr al-Muhith dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Ibn Mandzur, Muhammad bin Mukarram. Lisan al-‘Arab dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Syihab, Quraisy. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2005.

Kajian al-Insan dalam al-Qur’an dan Pelbagai Penafsiran

Kajian al-Insan dalam al-Qur’an dan Pelbagai Penafsiran

Admin Tuesday, November 30, 2010 Add Comment
Sebagaimana dalam kamus al-munawwir, kata insan (إنسان) adalah bentuk mufrod dari anaasiy "أناسي"  (anaasiy) atau  “أناسية” (anaasiyah) yang artinya manusia.
Dalam mu’jam mufrad alfadz al-qur’an, dijelaskan:
والانسان قيل سمي بذالك لانه خلق خلقة لا قوام الا بإنس بعضهم ببعض و لهذا قيل الانسان مدني بالطبع من حيث لا قوام لبعضهم الا ببعض و لا يمكنه ان يقوم بجميع أسبابه, و قيل بذالك لانه يأنس بكل ما يألفه , و قيل هو إفعلان و أصله إنسيان سمي بذالك لانه عهد اليه فنسي.
sebab-sebab dinyatakan insan itu, karena tiga sebab: pertama, karena ia diciptakan dalam suatu bentuk ynag tidak punya kekuatan, kecuali dengan keramahan terhadap yang lain (bersosial).  dan, karena manusia ketika berjanji selalu lupa.
Kata al-insan berasal dari akar kata alif, nun dan sin yang sama sebagaimana kata al-ins. Arti keduanya adalah merupakan lawan kata dari kata kebuasan. Meskipun demikian, masing-masing memiliki penekanan arti yang berbeda. Menurut Bint al-Syati’ kata al-insan di dalam al-Qur’an disebutkan 56 kali.
Al-insan terbentuk dari kata nasiya yang berarti lupa, penggunaan kata al-insan pada umumnya digunakan untuk menggambarkan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya. Keistimewaan tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis disamping makhluk fisik yang memiliki potensi dasar.
insan berarti manusia atau makhluk hidup yang berfikir. Istilah insan dalam al-Qur’an selain menggunakan kata insan, juga menggunakan kata ins, nas atau unas, basyar, bani adam atau zurriyatu Adam.
penggunaan lafaz insan dalam al-Qur’an digunakan untuk menunjuk manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Perbedaan manusia dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik , mental, dan kecerdasan.

Penciptaan Manusia
1. diciptakan dalam bentuk yang paling baik
ô‰s)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þ’Îû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ  
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (at-tiin: 4)
2. diciptakan dari segumpal darah
t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ  
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (al-‘alaq: 2)
3. diciptakan dari air yang dipancarkan
Ì�ÝàYu‹ù=sù ß`»|¡RM}$# §NÏB t,Î=äz ÇÎÈ   t,Î=äz `ÏB &ä!$¨B 9,Ïù#yŠ ÇÏÈ   ßlã�øƒs† .`ÏB Èû÷üt/ É=ù=�Á9$# É=ͬ!#uŽ©I9$#ur ÇÐÈ  
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. (at-thariq: 5-7)
4. diciptakan dari air mani
$¯RÎ) $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB >pxÿôÜœR 8l$t±øBr& Ïm‹Î=tGö6¯R çm»oYù=yèyfsù $Jè‹ÏJy™ #·Ž�ÅÁt/ ÇËÈ  
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat. (al-insaan: 2)
 [1535] Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.
5. diciptakan dari tanah kering seperti tembikar
šYn=y{ z`»|¡SM}$# `ÏB 9@»|Áù=|¹ Í‘$¤‚xÿø9$%x. ÇÊÍÈ
 Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (ar-rahman: 14)
 Dalam tafsir al-maroghi Lafad  انسان yang dimaksud pada ayat ini adalah Adam as.. adam diciptakan dari tanah kering yang bersuara bila dipukul, sedang tanah itu seperti tembikar yang dibakar tentang kekerasanya.
Menurut penafsiran al-zamakhsyari, lafadl الصلصال bermakna lumpur kering yang bisa berbunyi. Lafadhالفخار berarti Lumpur yang dimasak (dibakar) dengan api yaitu tembikar.

Sifat-Sifat Manusia
Bersifat lemah
߉ƒÌ�ムª!$# br& y#Ïeÿsƒä† öNä3Ytã 4 t,Î=äzur ß`»|¡RM}$# $Zÿ‹Ïè|Ê ÇËÑÈ  

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS. an-Nisa’: 28)
[286] Yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila telah cukup syarat-syaratnya.


Putus asa dan tidak bersyukur
÷ûÈõs9ur $oYø%sŒr& z`»|¡SM}$# $¨YÏB ZpyJômu‘ §NèO $yg»oYôãt“tR çm÷YÏB ¼çm¯RÎ) Ó¨qä«uŠs9 Ö‘qàÿŸ2 ÇÒÈ  
Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah Dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. (QS. Huud: 9)
Tergesa-gesa
äíô‰tƒur ß`»|¡RM}$# ÎhŽ¤³9$$Î/ ¼çnuä!%tæߊ ÎŽö�sƒø:$$Î/ ( tb%x.ur ß`»|¡RM}$# Zwqàftã ÇÊÊÈ  
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (QS. al-Isra’: 11)
 Sangat dhalim dan ingkar
Nä39s?#uäur `ÏiB Èe@à2 $tB çnqßJçGø9r'y™ 4 bÎ)ur (#r‘‰ãès? |MyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) z`»|¡SM}$# ×Pqè=sàs9 Ö‘$¤ÿŸ2 ÇÌÍÈ  
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. ibrahim: 34)

Melampaui batas
#sŒÎ)ur ¡§tB z`»|¡RM}$# •Ž‘Ø9$# $tR%tæyŠ ÿ¾ÏmÎ7/YyfÏ9 ÷rr& #´‰Ïã$s% ÷rr& $VJͬ!$s% $£Jn=sù $uZøÿt±x. çm÷Ztã ¼çn§ŽàÑ §�tB br(Ÿ2 óO©9 !$oYããô‰tƒ 4’n<Î) 9hŽàÑ ¼çm¡¡¨B 4 y7Ï9ºx‹x. z`Îiƒã— tûüÏùÎŽô£ßJù=Ï9 $tB (#qçR%x. šcqè=yJ÷ètƒ ÇÊËÈ  
Dan apabila manusia ditimpa bahaya Dia berdoa kepada Kami dalam Keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, Dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah Dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Yunus: 12)
Sangat kikir
@è% öq©9 öNçFRr& tbqä3Î=ôJs? tûÉî!#t“yz ÏpyJômu‘ þ’În1u‘ #]ŒÎ) ÷Läêõ3|¡øB`{ spu‹ô±yz É-$xÿRM}$# 4 tb%x.ur ß`»|¡RM}$# #Y‘qçGs% ÇÊÉÉÈ  
Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat kikir. (QS. al-Isra’: 100)
Banyak membantah
ô‰s)s9ur $oYøù§Ž|À ’Îû #x‹»yd Èb#uäö�à)ø9$# Ĩ$¨Z=Ï9 `ÏB Èe@à2 9@sWtB 4 tb%x.ur ß`»|¡RM}$# uŽsYò2r& &äóÓx« Zwy‰y` ÇÎÍÈ  
Dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (QS. al-Kahfi: 54)
Enggan memikirkan penciptaan dirinya
ãAqà)tƒur ß`»|¡RM}$# #sŒÏär& $tB ‘MÏB t$öq|¡s9 ßlt�÷zé& $†‹ym ÇÏÏÈ   Ÿwurr& ã�à2õ‹tƒ ß`»|¡RM}$# $¯Rr& çm»oYø)n=yz `ÏB ã@ö6s% óOs9ur à7tƒ $\«ø‹x© ÇÏÐÈ  
Dan berkata manusia: "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?". Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa Sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali? (QS. Maryam: 66-67)
Sombong dan putus asa
!#sŒÎ)ur $oYôJyè÷Rr& ’n?tã Ç`»|¡SM}$# uÚ{�ôãr& $t«tRur ¾ÏmÎ7ÏR$pg¿2 ( #sŒÎ)ur çm¡¡tB •Ž¤³9$# tb%x. $U™qä«tƒ ÇÑÌÈ  
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila Dia ditimpa kesusahan niscaya Dia berputus asa. (QS. al-Isra’: 83)
è    Melampaui batas karena merasa serba cukup
Hxx. ¨bÎ) z`»|¡SM}$# #ÓxöôÜuŠs9 ÇÏÈ   br& çn#u䧑 #Óo_øótGó™$# ÇÐÈ  
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, Karena Dia melihat dirinya serba cukup. (QS. al-‘Alaq: 6-7)





¨@ä.ur ?`»|¡SÎ) çm»oYøBt“ø9r& ¼çnuŽÈµ¯»sÛ ’Îû ¾ÏmÉ)ãZãã ( ßlÌ�øƒéUur ¼çms9 tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $Y7»tFÅ2 çm9s)ù=tƒ #·‘qà±YtB ÇÊÌÈ  
13. Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.
Tafsir Lafaz Allah

Tafsir Lafaz Allah

Admin Tuesday, November 30, 2010 1 Comment
TAFSIR LAFADZ ALLAH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Tafsir 1
Dosen Pengampu: Bpk. Yusron Asy-rofie








Disusun Oleh:
Ika Husnul Khotimah : 09532016

Jurusan Tafsir Hadis
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
PENDAHULUAN
Dalam Al-Qur’an ada empat istilah pokok yaitu Al-ilah, Rabb, Ibadah dan Ad-Din. Maksud dari empat istilah pokok ini adalah Bahwa Allah, adalah Rabbul-alamin (Pemilik dan Penguasa atas segala sesuatu) dan Ilah (Tuhan/Pelindung). Bahwasanya, tiada Tuhan, atau Ilah dan Rabbul-alamin, selain Allah s.w.t. Bahwasanya, segala kegiatan dan ketaatan sayugianya diperuntukkan Allah (yakni disesuaikan dengan ketentuanNya). Dan hanyalah Allah semata yang membuat Din (agama/ tatacara hidup).
Lafadz اللَّهِ merupakan salah nama Allah yang paling banyak di sebut dalam Al qur’an (sekitar 1566 dalam Al qur”an). Lafadz Allah merupakan wujud dari keesaannya dan kekuasaannya, lafadz اللَّهِ memiliki keunikan dari segi hurufnya yakni tetap akan kembali kepada semula walaupun dikurangi satu huruf, contoh : lafadz اللَّهِ kalau dikurangi huruf alif maka akan menjadi لِلَّهِ yang berarti semata mata karna اللَّهِ, begitu pula kalau di kurangi dua huruf yakni alif dan lam maka akan menjadi له yang berarti baginya (اللَّهِ), dan begitu pula kalau dikurangi tiga huruf yakni huruf alif, lam dan lam, maka akan menjadi ه yang berarti nya (اللَّهِ).
Begitu banyak serta begitu pentingnya lafadz Allah dalam Al-Qur’an mendorong kita perlu mengkaji penafsiran lafadz Allah sehingga kita bisa membedakan maknanya lafadz Allah dan Rabb yang banyak diabaikan serta diartikan sama oleh sebagian besar umat Islam.
Maka dari itu dalam makalah ini penulis membagi dua bagian. Pertama, makna lafadz Allah yang disamakan dengan lafadz Al-Ilah. Kedua, makna Allah yang dibedakan dari Al-Ilah. Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa memberikan tambahanAdapun pokok permasalahan yang akan penulis bahas dalam makalah ini antara lain :
Makna lafadz Allah ditinjau dari segi etimologi
Pendapat-pendapat para mufasir mengenai lafadz Allah
Tafsir Lafadz Allah berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits( Dzat, sifat dan Af’al Allah)
Perbedaan antara lafdaz Allah dengan rabb

PEMBAHASAN

Lafadz Allah Ditinjau dari Segi Bahasa
Adapun lafad al-ilah menjadi allah adalah diqiyaskan pada lafad lakinna yang terdapat dalam Qs.Al-Taubat ayat 38.lakinna asalnya lakin ana huwallahu rabby kemudian hamzah lafad anaa dibuang, maka bertemu dua nun, antara nun lafad lakin yang sukun dengan nun pada lafad naa, kemudian diidghoman, jadi dibaca lakinna.Begitu juga lafad allah, asalnya al-ilaahu, kemudian hamzah fa fi’ilnya dibung, sehingga bertemu dua lam, dan diidghomkan.Akhirnya dibaca allah, sedangkan kata ini diulas dalam kamus kamu bahasa Arab sebagai berikut:
a.) ألهت الي فلان alahtu ila fulan) = Aku cenderung kepada fulan.
b.أله الرجل يأله  (Alihar-rajulu - ya’lahu) = Orang itu mengharapkan
seseorang yang mampu menolongnya, kerana ditimpa oleh suatu musibah.
  Cأله الرجل الي الرجل . (Alihar-rajulu ilar-rajuli) = Orang ini mencari
seseorang itu, kerana sangat rindu kepadanya.
   Dأله الفصل . (Alihal fashilu) = Anak kuda (atau sebagainya) tidak mahu
berpisah daripada induknya.
e. َاَلهَ، اَِلهًَة، ُاُلوهًَة (Alaha, Ilahatan, Uluhatan) = Mengabdi— Pengabdian.
      f. اِلهٌ (Ilah), adalah pecahan dan kata َلاهَ، يَلِيهُ، َليْهًا (Laha — Yalihu —
Laihan = Berlindung— Lindungan.
Dan penjelasan di atas, dapatlah dimengerti bahwa kata Alaha, Ya’lahu,Ilahatan bererti menyerahkan atau mentitipkan diri supaya selamat dan terjamin. Untuk mendapatkan keselamatan atau jaminan itu, ada syaratnya.
Dan kata (al-Ilah) berarti (al-Ma’bud) = Pelindung, Penjamin dan sebagainya




Pendapat Para Mufasir Mengenai Lafadz Allah

Dalam tafsir Al-Qurthuby karangan Syekh Syamsuddin Al-Qurthuby  Lafad Allah merupakan  nama bagi yang disucikan dzatNya, yang hakeki wujudnya, dzat yang tidak ada sekutu bagiNya.Lafad Allah merupakan nama  yang paling agung diantara nama-namaNya, juga nama yang menghimpnun seluruh sifat-sifat ketuhanan yang menyendiri dengan wujud haqiqiNya.
Syekh ibnu al-jauzy berkata: para ulama berbeda pendapat  tentang nama Allah, sebagian berpendapat bahwa lafad Allah itu musytaq , sebagian lagi berpendapat lafad Allah itu merupakan nama (isim ‘alam).
Diriwayatkan dari Imam Kholil bahwa ada dua persi tentang lafad Allah,  musytaq dan goir musytaq.adapun pemustaqkannya (pembuatan) dari kata al-ilaahah yang memiliki ma’na ‘ibadah  atau ta`lluh yang artinya ta’abbud .
Sahabat ibnu abbas berkata  allah itu zul uulhiyyah walma’budiyyah.sedangkan lafad uluhiyyah ditafsirkan  dengan ‘ibadah dan alilah ditafsirkan dengan al-ma’bud. Seperti halnya lata, Uza, dan Manat dijadikan tuhan oleh kaum jahiliyah akan tetapi sebenarnya para patung tersebut tidak diberi hak uluhiyah. adapun yang menjadi dalil adalah:
- orang arab selalu mengungkapkan dengan dengan ungkapan ta`llaha pulanun, bagi sesorang yang suka mengabdikan(ibadah) dirinya dan meminta apa-apa yang allah miliki.oleh karena itu kata ta`alluh merupakan bentuk masdar dari kata ta`llaha yang berwazan tafa’ala.ta`allaha asalny dari kata alaha ya`lahu.bentuk  masdarnya adalah uluhatan, ilahatan dan uluhiyyah, yang memiliki ma’na ‘ibadah.
-  penafsiran ibnu abbas pada tentang QS.Al-A’raf ayat 127.beliau menafsirkan kata wailahataka dengan kata ‘ibadataka.
-  diqiyaskan pada hadis abu sa’id, yaitu tentang pertanyaan nabi isa ketika disuruh menuliis lafad allah  oleh ahli kitab.nabi isa bertanya apakahkamu tahu apa itu allah? Nabi isa langsung menjawab allah itu ilaahul alihah.
      Sedangkan  Syekh Muhammad Ali Assyabuny membedakan antara lafad Allah dengan alilaahu .Lafad Allah merupakan isim ‘alam yang hanya digunakan untuk dzat yang maha suci, yang tiadak sekutu bagiNya, dan dzat yang paling hak disembaleh.sedangkan lafad ilaahun  lebih umum, bisa digunakan untuk nama Allah dan selainNya.selain itu, lafad ilaahun dibentuk (dimustaq) dari lafad له§   artinya yang disembah baik itu yang disembah atau yang batil.Maka patung-patung yang disembah orang arab jahiliyah disebut  لهة¥ jamak dari kata لهª/ artinya tuhan yang disembah.Sebenarnya bangsa arab jahiliyah apabila ditanya siapa Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, mereka menjawab dengan nama  allah,tidak menyebut patung-patung yang mereka sembah.sebagaimana tercantum dalam Al-Qur`an surat Luqman ayat 25
Penafsiran lafadz Allah berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits
Berdasarkan pendapat dari Syekh Ali Ash-Shobuny bahwa Lafadz Allah itu berbeda dengan lafadz Ilah, maka dari penulis lebih mengkhususkan penafsiran atau pemaknaan Allah dengan keterangan mengenai Dzat, Sifat dan Af’al Allah.
Dzat  dan Sifat Allah
Dzat Allah berbeda dengan makhlukNya. Kita biberikan kemampuan berfikir dan mempelajari segala sesuatu, akan tetapi Allah member batasan dalam kemampuan tersebut. Seperti halnya memikirkan dzatnya Allah maka kita tidak akan mampu. Seperti yang disabdakan Rasullah saw :
تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في الله فانكم لن تقدروا قدره
“ Pikirkan ciptaan Allah, Jangan kau memikirkan Dzat Allah karena kamu tidak akan dapat menjangkau-Nya”
Wujud Allah itu bisa dibuktikan dengan empat sarana yaitu fitrah, akal, syara’ dan indrawi. Dengan fitrah semua makhluk akan mengakui adanya Allah kecuali hati yang memalingkan mereka. Dengan akal, kita bisa melihat proses terjadinya makhluk hidup. Dengan Syara’, kita bisa mengetahui adanya Allah melalui kitab-kitab Samawi. Serta dengan inderawi bahwa ada yang mengabulkan doa dan member kemukjizatan kepada para Nabi.
    DalamShohih Muslim, Bab Iman, hadits no. 263 juga menggambarkan dzatnya Allah
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّورُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ النَّارُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ الْأَعْمَشِ وَلَمْ يَقُلْ حَدَّثَنَا حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَلَمْ يَذْكُرْ مِنْ خَلْقِهِ وَقَالَ حِجَابُهُ النُّورُ
Hadits di atas menerangkan bahwa Allah itu menunduk segala sesuatu serta mampu mendatangkan malam dan siang dan Allah mendatangkan batasan( hijab) antara siang dan malam berupa cahaya. Maka dari hadits ini penulis mendapatkan satu penafsiran lafadz Allah yaitu Allah adalah Penunduk segala sesuatu serta Pencipta siang dan malam. Banyak sekali tuhan yang dianut manusia tapi mereka tidak bisa mungkin bisa menundukkan sesuatu akan tetapi mereka tidak bisa mendatangkan siang dan malam. Terbukti jelas ketika Nabi Ibrahim mengatakan bahwa Tuhannya bisa menghidupkan dan mematikan maka orang kafir menjawab saya juga bisa akan tetapi ketika Nabi Ibrahim mengatakan bahwa Tuhanya bisa mendatangkan matahari dari timur maupun barat maka orang kafir kebingungan menjawabnya. Firman Allah
öNs9r& ts? ’n<Î) “Ï%©!$# ¢l!%tn zN¿Ïdºtö/Î) ’Îû ÿ¾ÏmÎn/u‘ ÷br& çm9s?#uä ª!$# šù=ßJø9$# øŒÎ) tA$s% ãN¿Ïdºtö/Î) }‘În/u‘ ”Ï%©!$# ¾Ç‘ósムàM‹ÏJãƒur tA$s% O$tRr& ¾ÄÓóré& àM‹ÏBé&ur ( tA$s% ãN¿Ïdºtö/Î)  cÎ*sù ©!$# ’ÎAù'tƒ ħôJ¤±9$$Î/ z`ÏB É-ÎŽô³yJø9$# ÏNù'sù $pkÍ5 z`ÏB É>̍øóyJø9$# |MÎgç6sù “Ï%©!$# txÿx. 3 ª!$#ur Ÿw “ωöku‰ tPöqs)ø9$# tûüÏJÎ=»©à9$# ÇËÎÑÈ
258.  Apakah kamu tidak memperhatikan orang[163] yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena Allah Telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan".[164]Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
[163]  yaitu Namrudz dari Babilonia.
[164]  maksudnya raja Namrudz dengan menghidupkan ialah membiarkan hidup, dan yang dimaksudnya dengan mematikan ialah membunuh. perkataan itu untuk mengejek nabi Ibrahim a.s.
Adapun mengenai sifat Allah yang digambarkan dari hadits antara lain:
Dalam Sunan Abi Dawud, kitab As-Sunnah hadits 4103 :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ نَصْرٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ يُونُسَ النَّسَائِيُّ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ يَعْنِي ابْنَ عِمْرَانَ حَدَّثَنِي أَبُو يُونُسَ سُلَيْمُ بْنُ جُبَيْرٍ مَوْلَى أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا إِلَى قَوْلِهِ تَعَالَى سَمِيعًا بَصِيرًا قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ إِبْهَامَهُ عَلَى أُذُنِهِ وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى عَيْنِهِ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَؤُهَا وَيَضَعُ إِصْبَعَيْهِ قَالَ ابْنُ يُونُسَ قَالَ الْمُقْرِئُ يَعْنِي إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ يَعْنِي أَنَّ لِلَّهِ سَمْعًا وَبَصَرًا قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذَا رَدٌّ عَلَى الْجَهْمِيَّةِ
Bahwasanya Nabi ditanya mengenai bagaimana Sifat Allah maka beliau memegang mata dan telingan. Maka dari hadits ini bisa ditafsirkan bahwa Allah itu dzat yang Maha Melihat dan Mendengar.
Di dalam surat Al-Baqarah : 255 mencakup beberapa penafsiran lafadz Allah didasarkan pada  Dzat dan Sifat Allah

ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPq•‹s)ø9$# 4 Ÿw ¼çnä‹è{ù's? ×puZÅ™ Ÿwur ×PöqtR 4 ¼çm©9 $tB ’Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur ’Îû ÇÚö‘F{$# 3 `tB #sŒ “Ï%©!$# ßìxÿô±o„ ÿ¼çny‰YÏã žwÎ) ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 4 ãNn=÷ètƒ $tB šú÷üt/ óOÎgƒÏ‰÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz ( Ÿwur tbqäÜŠÅsム&äóÓy´Î/ ô`ÏiB ÿ¾ÏmÏJù=Ïã žwÎ) $yJÎ/ uä!$x© 4 yìÅ™ur çm•‹Å™öä. ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur ( Ÿwur ¼çnߊqä«tƒ $uKßgÝàøÿÏm 4 uqèdur ’Í?yèø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇËÎÎÈ
255.  Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
[161]  Kursi dalam ayat Ini oleh sebagian Mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya
Makna-maknanya:
“ Allah, tidak ada Tuhan selain Dia…” maksudnya bahwa ilah yang sebenarnya hanya Allah dan tiada sekutu baginya. Dialah satu-satunya tuhan yang harus disembah dengan penuh kecintaan. Pengambilan tuhan yang dilakukan oleh orang musyrik bantah Allah dengan dua bukti :
Tuhan-tuhan mereka tidak mempunyai keistimewaan uluhiyah karena mereka adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat menarik manfaat, tidak dapat menolak bahaya, tidak hidupdan mati serta tidak memiliki apa yang ada di langit dan bumi.(Al-Furqon:3)
Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb pencipta,mereka juga mengakui bahwa hanya Allah yang dapat melindungi akan tetapi tidak ada yang dapat melindunginya.( Az-Zuhruf :87)
Jadi Allah adalah satu-satunya Tuhan yang haqq disembah
“ Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluknya…”. Begitu banyak tuhan yang disembah umat manusia akan tetapi mereka bisa mati karena mereka adalah makhluk. Seperti halnya raja Fir’au yang mengaku dirinya tuhan akan tetapi dia tidak bisa hidup selamanya. Hidup merupakn sifat yang terus ada bersamaNya.hal itulah yang membedakan makhluk dengan sang kholik. Allah juga berfirman dalam QS. Al- Zumar:30
y7¨RÎ) ×MÍh‹tB Nåk¨XÎ)ur tbqçFÍh‹¨B ÇÌÉÈ
30.  Sesungguhnya kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula).
Jadi Allah itu dzat yang kekal
“ Tidak mengantuk dan tidak tidur”. Allah sebagai pengawas tidak mungkin mengantuk ataupun tidur karena ketika keadaan mengantuk itu kosentrasi maupun kesadaran kita mengenai apa yang kita pikirkan menjadi terganggu. Berbeda halnya dengan sebagaian patung yang dituhankan manusia mereka dibuat dengan keadaan menutup mata. Ini sebagai bukti jelas bahwa mereka tidak pantas dijadikan tuhan.
Jadi Allah itu tuhan yang tidak mengantuk dan tidak tidur
“ KepunyaanNya apa yang ada di langit maupun  bumi”. Potongan ayat ini menjadi bukti konkret keesaan Allah..
Jadi, Allah adalah pemilik apa yang ada di langit maupun bumi
“Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya”. Dari potongan ayat ini bisa diambil penafsiran bahwa Allah itu pemilik syafa’at
“ Allah mengetahui apa yang  dihadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka”. Hal ini begitu jelas dalam kalam-kalam Allah yang mengkhabarkan hal-hal yang akan terjadi di masa akan datang. Berbeda halnya dengan tuhan-tuhan orang kafir yang tidak bisa memberikan kemanfaatan maupun menolak kemadhorotan karena mereka tidak mengetahui apa yang akan terjadi walaupun dalam konsep ketuhanan orang kafir ada istilah “ Dewa Penyelamat” .Jadi Allah adalah maha tahu segala sesuatu
Penafsiran lafadz Allah juga ditemukan dalam QS. Al- Ikhlash :1-3
ö@è% uqèd ª!$# î‰ymr& ÇÊÈ ª!$# ߉yJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ô‰s9qムÇÌÈ öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7‰ymr& ÇÍÈ
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2.  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Allah adalah tempat bergantung makhuk akan tetapi Allah tidak pernah bergantung pada makhlukNya. Berbeda dengan para dewa yang di anut oleh orang kafir. Para dewa tersebut masih membutuhkan partner dalam mnjalankan tugasnya. Jadi Allah adalah sebenar-benarnya serta satu-satunya tempat bergantung.
3.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Potongan ayat ini sekaligus menjadi sanggahan bagi umat manusia yang menganggap bahwa Isa Bin Maryam adalah anak Allah. Jika Isa dikatakan anak Allah maka bisa disimpulkan bahwa Allah berjenis kelamin laki-laki padahal Allah disucikan dari hal tersebut. Sebenarnya Isa pun tidak pernah menyuruh pengikutnya untuk menyembahnya akan tetapi menyembah Allah. Serta Allah tidak diperanakan karena Allah adalah awal serta akhir dari segala yang ada.
Jadi, Allah adalah Tuhan yang tidak beranak dan juga tidak diperanakan
4.  Dan tidak ada seorangpun yang setara dia." Jika kita melihat sifat, dzat maupun af’al Allah maka kita akan berfikir bahwa tidak ada yang bisa memenuhi syarat-syarat jadi tuhan seperti Allah kecuali Allah sendiri.
Af’al Allah
Penafsiran yang dapat diambil dari Af’al Allah antara lain: Allah adalah tuhan pencipta apa yang ada dibumi dan langit. Dalilnya Qs. Al-Baqarah:29
uqèd “Ï%©!$# šYn=y{ Nä3s9 $¨B ’Îû ÇÚö‘F{$# $YèŠÏJy_ §NèO #“uqtGó™$# ’n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# £`ßg1§q|¡sù yìö7y™ ;Nºuq»yJy™ 4 uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« ×LìÎ=tæ ÇËÒÈ
29.  Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.

Perbedaan lafadz Allah dengan lafadz Rabb
Al-‘Askari mengemukakan dalam kitab Mu’jam Al-furuq Al-lughawiyahnya bahwa:
Lafadz الله hanya berhak digunakan untuk menyebut Dzat-Nya semata, maka kasus bangsa Arab yang menamakan patung-patung dengan Illah atau Allah merupakan suatu kesalahan. Dan syahadat  لا اله الا الله berarti       
      لا يستحق العبادة الا الله تعايyaitu tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah SWT, serta penetapan hak yang berhak disembah adalah Allah.

Lafadz  رب bermakna سيد yang artinya Tuan, ketika diidhafatkan, akan tetapi hal ini tidak selalu berlaku demikian, karena pada kenyataannya, seorang budak tidak memanggil tuannya dengan sebutan يا ربي akan tetapi dengan سيد يا. Seperti dalam QS. Yusuf : 41-42:


ÄÓt<Ås9|Á»tƒ Ç`ôfÅb¡9$# !$¨Br& $yJä.߉tnr& ’Å+ó¡uŠsù ¼çm­/u‘ #\ôJyz (
  Hai kedua penghuni penjara: "Adapun salah seorang diantara kamu berdua, akan memberi minuman tuannya dengan khamar;



KESIMPULAN
Sebagian pendapat ada yang mengatakan bahwa lafdaz Allah berasal dari lafadz illah yang artinya Dan kata (al-Ilah) berarti (al-Ma’bud) = Pelindung, Penjamin dan sebagainya
Dalam tafsir Al-Qurthuby karangan Syekh Syamsuddin Al-Qurthuby  Lafad Allah merupakan  nama bagi yang disucikan dzatNya, yang hakeki wujudnya, dzat yang tidak ada sekutu bagiNya.Lafad Allah merupakan nama  yang paling agung diantara nama-namaNya, juga nama yang menghimpnun seluruh sifat-sifat ketuhanan yang menyendiri dengan wujud haqiqiNya.
Syekh ibnu al-jauzy berkata: para ulama berbeda pendapat  tentang nama Allah, sebagian berpendapat bahwa lafad Allah itu musytaq , sebagian lagi berpendapat lafad Allah itu merupakan nama (isim ‘alam).
Diriwayatkan dari Imam Kholil bahwa ada dua persi tentang lafad Allah,  musytaq dan goir musytaq.adapun pemustaqkannya (pembuatan) dari kata al-ilaahah yang memiliki ma’na ‘ibadah  atau ta`lluh yang artinya ta’abbud .
Sahabat ibnu abbas berkata  allah itu zul uulhiyyah walma’budiyyah
Syekh Muhammad Ali Assyabuny membedakan antara lafad Allah dengan alilaahu .Lafad Allah merupakan isim ‘alam yang hanya digunakan untuk dzat yang maha suci, yang tiadak sekutu bagiNya, dan dzat yang paling hak disembaleh.sedangkan lafad ilaahun  lebih umum, bisa digunakan untuk nama Allah dan selainNya.selain itu, lafad ilaahun dibentuk (dimustaq) dari lafad له§   artinya yang disembah baik itu yang disembah atau yang batil
Penafsiran berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits
Tuhan yang maha melihat dan maha mendengar. Dalilnya Sunan Abi Dawud, kitab As-Sunnah hadits 4103
Penunduk  siang dan malam. Dalilnya Al-Baqarah :258
Penafsiran yang ada dalam QS. Al-Baqarah :255
Tuhan yang tidak tidur dan tidak mengantuk.
Tuhan yang haqq disembah
Tuhan yang mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau, sekarang dan akan datang
Pemilik syafa’at
Tuhan yang kekal dan berdiri sendiri( tidak bergantung pada yang lain)
Pemilik “kerajaan” langit dan bumi
Penafsiran yang ada dalam QS. Al-Ikhlash:1-4
Tuhan yang satu
Tuhan yang tidak beranak dan tidak diperanakan
Tempat bergantung yang haqq bagi makhluk
Tuhan yang tidak bisa ditandingi
Penafsiran yang ada dalam QS. Al-Baqarah:29
Pencipta apa yang ada di bumi maupun dilangit

Perbedaan Lafadz Allah dan Rabb
Allah hanya untuk sebutan DzatNya yang suci
Rabb jika di idhofahkan maka maknanya adalah tuan
Beriman Kepada Allah meliputi:
Wujud Allah
Rubbubiyah Allah
Uluhiyah Allah
Asma’ dan Sifat Allah








DAFTAR PUSTAKA
 A.W.Almunawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia. 2002.Surabaya: Pustaka Progresif
Abdul Halim Mahmud, Ali.1996. Karakteristik Umat terbaik: Telaah Manhaj, Akidah dan Harakah. Jakarta: Gema Insani Press.
Al-‘Askari, Mu’jam Al-Furuq Al-Lughawiyah, CD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah, Pustaka Ridwan, 2008.
Al-Ghazali, Muhammad. Aqidah Muslim. 1986. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya
Al-Ghazali, Muhammad.2003. Selalu melibatkan Allah. Jakarta: PT Serambi Ilmu semesta
Ali Ash-shobuny, Muhammad. Tafsir Ayatil Ahkam Minal Qur’an I. Mekkah  
Al-Maududi. Empat kalimah dalam Al-Qur’an.
Dawud ,Abi. Sunan Abi Dawud. CD Al-Mausu’ah
Maktabah syamilah “al bahtsu fil qur’anil karim”
Syekh Syamsudin Al-Qurtuby, Taf.Qurtuby I, CD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah

Al-Ins dalam Al-Quran

Al-Ins dalam Al-Quran

Admin Tuesday, November 30, 2010 Add Comment
Pengertian lafadz Al-ins
Kata Al-Ins dalam Al-Qur’an digunakan sebanyak 18 kali, dari sekian banyak lafadz Al-Ins hampir semua bersanding dengan kata Al-Jin. Walau bersanding tapi kedua kata ini bukanlah kata yang memiliki makna serupa atau kedudukan yang setara. Kata Al-Jin dalam Al-Qur’an menggambagkan suasana yang mencekam dan mengerikan, kebuasan, dan kacau, sedangkan Al-Ins merupakan lawan kata dari Al-Jin yaitu bermakna kelembutan, jinak, dan kedamaian. Dalam maqoyis al-lughoh dan mu’jam ghorib al-quran lil ashfahani lafaz al-insu berarti berbeda dari jin. Dalam mu’jam ghorib al-quran lil ashfahani ditambahkan bahwa al-insu berarti berbeda juga dari sekelompok orang. Dikatakan seperti itu karena banyaknya sifat ramah atau senangnya. Oleh karena itu dikatakan hewan yang jinak.
Kata Al-Ins dari akar katab yang sama dengan kata insaan,an-nas, dari tiga huruf Alif. Nun, dan sin. Walau dari akar kata yang sama tapi ada bedanya :
Letak perbedaan penggunaan antara al-insu, al-nas, al-insanu yaitu:
Al-insu digunakan untuk menunjukkan jenis manusia itu sendiri. Oleh karena itu setiap lafaz al-insu selalu disandingkan dengan al-jin
Dalam bebebrapa konteks al-insu sering bermakna suatu golongan ataupun individu.
Jumlah lafaz al insi di al-Quran ada 18:
Q.S Al-An’am: 112, 128, dan 130
Q.S al-Isro: 88
Q.S Fushilat: 25&29
Q.S al-A’rof:38 &179
Q.S adz-Dzariyat:56
Q.S al-Ahqof: 18
Q.S AR-Rohman: 33,39, 56 &74
Q.S an-Naml:17
Q.S al-Jin: 5&6

Penafsiran lafaz al-insi
Q.S Al- a’rof 179
ô‰s)s9ur $tRù&u‘sŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o„ !$pkÍ5 ………
179. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)
Dalam tafsir al-Khozin ditafsirkan bahwa para jin dan manusia yang disebutkan dalam ayat di atas berarti para manusia dan jin yang mana mereka telah ditetapkan untuk celaka sejak zaman azali dan mustahil jika ia berbuat ikhlas atau tidak bersangkut paut dengan ikhlas. Sedangkan dalam tafsir al-zamakhsyari maknanya berarti mereka yang Allah mengetahui bahwa hati mereka telah bertabiat tidak adanya kelembutan didalamnya dan Allah menjadikan ingatan hati mereka atau kefahaman mereka tidak bisa mengerti akan sesuatu yang hak.
Q.S an naml: 17
uŽÅ³ãmur z`»yJø‹n=Ý¡Ï9 ¼çnߊqãZã_ z`ÏB Çd`Éfø9$# ħRM}$#ur ÎŽö©Ü9$#ur ôMßgsù tbqããy—qムÇÊÐÈ
17. dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
Dalam tafsir Zamakhsyari dijelaskan bahwa tentara nabi Sulaiman terdiri dari 25 jin dan 25 manusia. Dalam tafsir al-durru al-mantsur, Ibnu Hatim mentakhrij dari Su’aid bin Jubair bahwa terdapat 1300 kursi untuk nabi Sulaiman. Para manusia mukmin duduk disitu, lalu para jin mukmin dibelakang mereka.
Q.S Fushilat: 29
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿŸ2 !$uZ­/u‘ $tRÍ‘r& Èûøïs%©!$# $tRžx|Êr& z`ÏB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur $yJßgù=yèøgwU |MøtrB $uZÏB#y‰ø%r& $tRqä3u‹Ï9 z`ÏB tûüÎ=xÿó™F{$# ÇËÒÈ
29. dan orang-orang kafir berkata: "Ya Rabb Kami perlihatkanlah kepada Kami dua jenis orang yang telah menyesatkan Kami (yaitu) sebagian dari jinn dan manusia agar Kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki Kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina".

Dalam tafsir aysaru al-tafasir, al-wajiz, al- jalalain, al-durru al-mantsur, al-baidhowi menyatakan bahwa yang dimaksud dalam lafaz ins dan jin dalam ayat tersebut adalah qabil (putra nabi Adam) dan iblis yang mana mereka mempunyai sifat syaitan yang membawa pada kesesatan serta kemaksiatan.
Q.S al-Dzariyat:56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Dalam tafsir al-khozin dijelaskan bahwa makna jin dan ins dalam ayat diatas adalah mukmin jin dan manusia. Ditambahkan dalam aysaru al-tafasir bahwa Allah menciptakan mereka untuk beriman. Barang siapa yang menyembah-Nya maka akan Ia mulyakan sedangkan yang meninggalkan menyembah-Nya maka akan Ia hinakan.
Q.S al-an’am:130
uŽ|³÷èyJ»tƒ Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur óOs9r& öNä3Ï?ù'tƒ ×@ߙ①öNä3ZÏiB tbqÁà)tƒ öNà6ø‹n=tæ ÓÉL»tƒ#uä ö/ä3tRrâ‘É‹Yãƒur uä!$s)Ï9 öNä3ÏBöqtƒ #x‹»yd …….
130. Hai golongan jin dan manusia, Apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?.....
Dalam tafsir al-tobari Abu ja’far menyebutkan bahwa ini adalah khobar dari Allah yang mana Dia adalah yang berfirman tentang hari kiamat kepada yang berlaku aniaya terhadap-Nya yaitu para jin dan manusia yang musyrik.
Q.S al-a’rof:38
tA$s% (#qè=äz÷Š$# þ’Îû 5OtBé& ô‰s% ôMn=yz `ÏB Nà6Î=ö6s% z`ÏiB Çd`Éfø9$# ħRM}$#ur ’Îû Í‘$¨Z9$# ( ……….
38. Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. …….
Dalam tafsir al-tobari dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu adalah para jin dan manusia yang yang membuat-buat terhadap Allah dan yang mendustakan ayat-ayat-Nya. Sedangkan dalam tafsir al-bagowi dijelaskan bahwa maksudnya adalah para kafir terdahulu dari dua jenis makhluq tersebut.
Al-Nas dalam AL-Quran

Al-Nas dalam AL-Quran

Admin Tuesday, November 30, 2010 Add Comment

A. PENDAHULUAN  

Manusia diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna dibandingkan makhluk Allah yang lainnya, karena ia dikaruniai akal dan bentuk yang sempurna yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Ia dapat menggunakan akalnya untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Ia juga dapat membedakan antara baik dan buruk. Hanya saja, manusia juga diberi nafsu oleh Allah sehingga terkadang nafsunya mengalahkan akalnya.
Manusia pertama yang diciptakan Allah adalah Adam. Selain sebagai manusia pertama, ia juga menjabat sebagai nabi dan rasul Allah. Walaupun akhirnya ia harus dikeluarkan dari surga karena melanggar satu aturan Allah, yakni memakan buah kuldi. Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa manusia terkadang sangat terpengaruh oleh nafsunya. Ditambah lagi adanya godaan setan iblis yang selalu membisiki manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela.
Manusia dikaruniai oleh Allah berbagai kelebihan, disamping memilki banyak kekurangan juga. Dalam hal ini, Allah membebaskan manusia untuk beraktivitas dan berusaha sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. ia diperintah untuk melakukan apapun yang ia bisa untuk mencari karunia Allah.
Sebagai khalifah fil ardl manusia diberikan kewenangan untuk memanfaatkan bumi Allah sebagai tempat tinggal. Baik buruknya bumi dipercayakan kepada manusia. Oleh karena itu, jika saat ini bumi semakin tidak bersahabat maka sebenarnya keadaan itu adalah ulah tangan-tangan usil manusia sendiri. Al-Qur’an telah menjelaskan sifat-sifat baik maupun buruk manusia dalam ayat-ayatnya dengan berbagai redaksi, diantaranya adalah dengan kata al-nas. Dalam paper ini juga akan dijelaskan beberapa hal yang terkait dengan manusia dalam Al-qur’an dengan redaksi al-nas
  



B. DEFINISI AL-NAS
Ibnu Manzur di dalam Lisan Al-‘Arab menjelaskan bahwa kata al-nas (الناس) berasal dari kata الاناس (al-unas) yang dihapus hamzahnya, sedangkan huruf alifnya asli.[1]
Menurut Imam Sibawaih dalam Lisan Al-‘Arab bahwa lafaz al-nas berasal dari “اناس “ (unas) untuk takhfif , huruf alif dan lam sebagai pengganti dari hamzah yang dihapuskan.[2] 

Dalam At-Tabari diungkapkan bahwa lafaz al-nas memiliki dua bentuk, yaitu:
a. merupakan bentuk jamak dari lafaz “insan ( muzakkar) atau insaniyyah ( muannas)” .
b. berasal dari kata al-nas kemudian dihapus hamzah pada lafaz tersebut dan ditambah dengan alif lam sebagai tanda ma’rifahnya.

Akan tetapi ada sebagian yang berpendapat bahwa lafaz al-nas tidak berasal dari kata “اناس”. Mereka berpendapat bahwa orang Arab memberikan bentuk tashghir untuk lafaz “الناس” dengan ungkapan “نويس”, maka seandainya “الناس” itu berasal dari kata “اناس” tentulah lafaz tashghirnya itu bukan “نويس”, tetapi “ انيس ”.
C. PENGGUNAAN KATA “AL-NAS” DALAM AL-QURAN
Kata al-nas di dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 241 kali dengan ragam penjelasan yang bermacam-macam seperti:
a.       Kata al-nas dikaitkan dengan kata iman dan turunannya (bentuk kata lainnya dari akar kata yang sama) seperti , QS. An-nisa’: 1
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u ÇÊÈ
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.
b.      Kata al-nas juga sering dikaitkan dengan kata kafir.
Q.S. Al-Baqarah: 161-162
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qè?$tBur öNèdur î$¤ÿä. y7Í´¯»s9'ré& öNÍköŽn=tæ èpuZ÷ès9 «!$# Ïps3Í´¯»n=yJø9$#ur Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèyJô_r& ÇÊÏÊÈ tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù ( Ÿw ß#¤ÿsƒä ãNåk÷]tã Ü>#xyèø9$# Ÿwur öLèe šcrãsàZムÇÊÏËÈ
Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.
Mereka kekal di dalam la'nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.

c.       Kata al-nas juga dikaitkan bahwa sebagian besar manusia tidak mengerti
Seperti:
QS. Yusuf: 68
$£Js9ur (#qè=yzyŠ ô`ÏB ß]øym öNèdttBr& Nèdqç/r& $¨B šc%Ÿ2 ÓÍ_øóムOßg÷Ztã z`ÏiB «!$# `ÏB >äóÓx« žwÎ) Zpy_%tn Îû ħøÿtR z>qà)÷ètƒ $yg9ŸÒs% 4 ¼çm¯RÎ)ur rä%s! 5Où=Ïæ $yJÏj9 çm»oYôJ¯=tæ £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw šcqßJn=ôètƒ ÇÏÑÈ
Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu Hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang Telah ditetapkannya. dan Sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, Karena kami Telah mengajarkan kepadanya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.

d.      Kata al-nas dikaitkan bahwa sebagian manusiaitu tidak beriman,
Seperti:
Q.S. Yusuf: 103
!$tBur çŽsYò2r& Ĩ$¨Y9$# öqs9ur |Mô¹tym tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÊÉÌÈ
Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat menginginkannya-.
e.       Kata al-nas  ketika berserikat dengan kebaikan dan mengutuk kekafiran disebut bersamaan dengan kata al-malaikah.
Seperti QS. Al-Baqarah 161:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qè?$tBur öNèdur î$¤ÿä. y7Í´¯»s9'ré& öNÍköŽn=tæ èpuZ÷ès9 «!$# Ïps3Í´¯»n=yJø9$#ur Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèyJô_r& ÇÊÏÊÈ
 Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.
f.       Kata Al-nas berserikat dengan kejelekan, kejahatan dan kekafiran yang kemudian masuk neraka Jahannam , maka kawan berserikatnya adalah dari golongan Jin, aljinnah.[3]
Seperti dalam QS. Hud: 119
žwÎ) `tB zMÏm§ y7/u 4 y7Ï9ºs%Î!ur óOßgs)n=yz 3 ôM£Js?ur èpyJÎ=x. y7În/u ¨bV|øBV{ zO¨Yygy_ z`ÏB Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèuHødr& ÇÊÊÒÈ
Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) Telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.

D. Makna “al-Nas“ di dalam AlQuran
a.       Surat Al-Baqarah : 8
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB ãAqà)tƒ $¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ÌÅzFy$# $tBur Nèd tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÑÈ
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Kata al-nas dalam QS.Albaqarah ayat 8 di atas ditafsirkan dalam Fathul Qadir sebagai bentuk jamak dari kata إنسان  atau إنسانية  dan dengan diikuti huruf   من sebelumnya menandakan sebagian manusia, karena huruf tersebut faidahnya untuk تبعيض.[4] Sehingga, maknanya dalam ayat ini adalah hanya sebagian manusia saja yang mengatakan beriman kepada Allah dan hari akhir akan tetapi sebenarnya mereka mengingkari. Jadi bukan semua manusia.
b.       Surat Al-Baqarah: 13
#sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% öNßgs9 (#qãYÏB#uä !$yJx. z`tB#uä â¨$¨Z9$# (#þqä9$s% ß`ÏB÷sçRr& !$yJx. z`tB#uä âä!$ygxÿ¡9$# 3 Iwr& öNßg¯RÎ) ãNèd âä!$ygxÿ¡9$# `Å3»s9ur žw tbqßJn=ôètƒ ÇÊÌÈ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
Kata “al-nas” dalam surat al-Baqarah: 13 di atas ditujukan kepada orang-orang yang beriman terhadap kerasulan Muhammad dan wahyu yang diturunkan kepadanya. Jadi, ayat ini memerintahkan orang-orang munafik untuk beriman dan membenarkan kerasulan Muhammad sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman sebelumnya.
Alif Lam yang terdapat pada kata “al-nas” di atas bukanlah berarti alif lam yang menunjukkan bahwa semua manusia termasuk ke dalam golongan manusia yang diperintahkan oleh Allah untuk dicontoh keimanannya. Allah hanyalah memaksudkan sebagian golongan saja di antara mereka.
Ar-Razi menjelaskan makna kata “al-nas” di dalam surat Al-baqarah:13 di atas dengan menguraikan makna yang terdapat pada alif lam yang mengikuti kata tersebut. Ar-Razi menyatakan bahwa alif lam dalam kata “al-nas” memiliki dua kemungkinan makna yaitu pertama, jika Alif  lam ‘ahdiyyah maka kata al-nas di sana sudah ditentukan orangnya yakni Abdullah bin Salam dan keluarganya karena mereka merupakan golongan yang pertama mengimani Rasulullah Saw. Kedua, jika alif lam jinsiyyah, bisa mengandung dua kemungkinan juga, yaitu orang-orang Aus-Khazraj, dan orang-orang  mukmin.[5]
c. Surat An-Nisa’: 54
ôQr& tbrßÝ¡øts }¨$¨Z9$# 4n?tã !$tB ÞOßg9s?#uä ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ( ôs)sù !$oY÷s?#uä tA#uä tLìÏdºtö/Î) |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur Mßg»oY÷s?#uäur %¸3ù=B $VJŠÏàtã ÇÎÍÈ
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia  yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami Telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.
Mengenai ayat di atas ada dua pendapat terhadap kata “al-nas
a.              Ibnu Abbas dan mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kata “al-nas” di sini adalah nabi Muhammad Saw. meskipun kata “al-nas” itu pada dasarnya memiliki makna jama’.
b.                  Makna “ al-nas” pada ayat di atas adalah Rasulullah Saw dan orang-orang Mukmin yang membenarkan serta mengikuti risalah dan ajaran serta mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Golongan yang memegang pendapat ini berhujjah bahwa kata “al-nas” merupakan bentuk jama’, maka membawanya dalam arti jama’ (Rasulullah dan orang-orang mukmin yang mengikutinya) lebih utama dari pada membawanya kepada arti singular (Rasulullah Saw).
Pendapat ini pun kemudian dibantah oleh pemegang pendapat pertama. Penyebutan kata “al-nas” itu bukan selalu menuntut bentuk plural, adakalanya yang diinginkan dengan penyebutan lafaz “ al-nas” itu adalah untuk kelompok  tertentu dari manusia, bukan mereka secara keseluruhan. Hal ini dapat kita lihat di dalam surat Az-zariyat: 56, berkaitan dengan kewajiban manusia kepada Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ   
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Ayat di atas mengandung maksud bahwa seluruh golongan Jin dan manusia memiliki kewajiban untuk menyembah Allah sebagai khaliq yang telah menciptakan mereka. Namun, jika yang melaksanakan kewajiban tersebut hanya sebagian kecil dari manusia seperti nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya saja, maka seolah-olah mereka itu menempati posisi seperti manusia secara keseluruhannya.
At-Tabari menyatakan di dalam tafsirnya bahwa ahli takwil berbeda pendapat di dalam memahami maksud lafaz “al-nas” pada ayat di atas.
a.              Sebagian mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lafaz “al-nas” pada ayat di atas hanyalah nabi Muhammad Saw saja dengan berpegang pada beberapa riwayat, diantaranya:
- حدثني المثنى قال, حدثنا عمرو قال, حدثنا اسباط قال, اخبرنا هشيم, عن خالد,عن هكرمة في قوله: "ام يحسدون الناس على ما اتاهم الله من فضله", قال: " الناس " في هذا الموضع, النبي صلى الله عليه و سلم خا صة.
- حدثني محمد بن الحسين قال,حدثني احمد بن مفضل قال, حدثنا اسباط قال, عن السدي : " ام يحسدون الناس على ما اتاهم الله من فضله " , يعني محمد صلى الله عليه و سلم.
b. Sebagian mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lafaz “ al-nas” di sini adalah nabi Muhammad dan orang-orang beriman yang mengikuti risalah ada ajarannya.[6]
Az-Zamakhsyari berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lafaz “al-nas” di sini adalah Rasulullah Saw. dan orang-orang mukmin yang mengikuti jalan dan tuntunannya.[7]
Jadi, ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang tidak memiliki kesucian batin yang dengki terhadap kerasulan dan kemenangan yang diberikan Allah kepada nabi Muhammad. Hal serupa juga telah diberikan Allah kepada nabi Ibrahim dan keluarganya. Allah memberi mereka nikmat yang besar berupa hikmah, kitab dan kerajaan yang besar. Namun, mengapa orang-orang yang dengki melihat kerasulan Muhammad dan kemenangannya tidak kagum dan merasa dengki pula terhadap nikmat-nikmat yang diterima nabi Ibrahim dan keluarganya tersebut.
d. Surat Al-hujurat: 13
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Az-zamakhsyari di dalam tafsirnya Al-Kasysyaf menjelaskan bahwa, di dalam ayat ini Allah memberitahukan kepada manusia bahwa mereka diciptakan dari asal yang satu, yaitu Adam dan Hawa. Semua mereka sama di mata Allah, maka tidak ada alasan untuk berlaku sombong dan berbangga diri antara satu sama lainnya dalam nasab, karena semuanya berasal dari satu keturunan. Maka, yang menjadi pembeda di antara mereka adalah sebarapa besar tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah Swt. Sebagaimana yang dinyatakan oleh nabi Saw:
وعن النبي صلى الله عليه وسلم, أنه طاف يوم فتح مكة ، فحمد الله وأثنى عليه ثم قال : " الحمد لله الذي أذهب عنكم عبية الجاهلية وتكبرها ، يا أيها الناس ، إنما الناس رجلان : مؤمن تقي كريم على الله ، وفاجر شقيّ هين على الله " ثم قرأ الآية . وعنه عليه السلام  


E. KESIMPULAN

Di dalam Al-Qur’an, kata “ al-nas” disebut sebanyak 241 kali dalam ragam penyebutan maksud yang bermacam-macam. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh suatu ayat dengan melihat konteks kalimat tersebut atau melihat kolerasi (munasabahnya) dengan ayat-ayat yang lain.
Ada beberapa ragam penyebutan dan makna yang ditujukan oleh lafaz “al-nas” di dalam Al-Qur’an, yaitu:
1.      Kata al-nas yang dikaitkan dengan Iman
2.      Kata al-nas  yang dikaitkan dengan kafir
3.      Kata al-nas yang dikatikan sebagian besar manusia yang tidak mengerti
4.      Kata al-nas yang dikaitkan dengan sebagian manusia yang tidak beriman
5.      Kata al-nas yang dikaitkan dengan kebaikan disertai dengan lafaz Malaikat
6.      Kata al-nas yang aikaikatkan dengan kejelekan dan neraka Jahannam sebagai balasannya disertai dengan lafaz Jinn.

Dalam penunjukan maknanya, walaupun kata al-nas merupakan bentuk plural, namun di dalam Al-qur’an ia tidak selalu menunjukkan kepada makna plural. Adakalnya ia menunjukkan hanya kepada satu orang, beberapa kelompok manusia dan adakalanya ia menunjukkan makna untuk manusia secara keseluruhannya.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Mishri, Muhammad bin Mukarram bin Manzhur al-Afriqi, Lisanul ‘Arab. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
Arrazi, Fakhruddin. Mafatihul Ghaib, Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
Asy-Syaukani, Fathul Qadir, dalam Maktabah Syamilah.Pustaka Ridwana, 2008.
At-Thabari Abu Ja’far, jami’ul Bayan Fi Takwilil Quran. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008
Az-Zamakhsyari. Al-Kasysyaf. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
M.Yusron, dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: TH Press, 2006



[1] Muhammad bin Mukarram bin Manzhur al-Afriqi al-Mishri, Lisanul ‘Arab. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
[2] Muhammad bin Mukarram bin Manzhur al-Afriqi al-Mishri, Lisanul ‘Arab. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
[3] M. Yusron,dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer. (Yogyakarta: TH Press, 2006), hal.31-32
[4] Asy-Syaukani, Fathul Qadir, dalam Maktabah Syamilah.Pustaka Ridwana, 2008.
[5] Fakhruddin Arrazi, Mafatihul Ghaib, Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
[6] Abu Ja’far at-Thabari, jami’ul Bayan Fi Takwilil Quran. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008
[7] Az-Zamakhsyari. Al-Kasysyaf. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.