PENDAHULUAN
Alquran sebagai kitab suci umat Islam, merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya, Muhammad SAW. Pembahasan mengenai penafsiran-penafsiran Alquran tidak akan habis hingga datangnya hari kiamat. Mengapa demikian? Karena dalam Alquran terdapat ayat-ayat muhkamat dan juga mutasyabihat.
Memahami Alquran tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahasanya yang unik, mengandung majas-majas yang terkadang sulit untuk dipahami. Pilihan katanya yang sesuai, terkadang satu kata mempunyai banyak makna. Pada suatu ayat kosa kata tertentu bisa memiliki arti yang berbeda jika dilihat pada ayat lain yang juga mengandung kosa kata tersebut.
Makalah ini akan membahas tentang kata basyar dalam Alquran yang dalam penggunaannya terdapat beberapa penafsiran yang berbeda. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kata basyar memiliki makna umum yang serupa dengan kata al-nas, al-ins dan al-insan yang berarti manusia. Diharapkan dengan dibahasnya makalah ini kita dapat menemukan perbedaan di antara kata-kata tersebut.
PEMBAHASAN
Pengertian Basyar
Basyar dalam Lisan al-Arab berarti alkhalq , yaitu makhluk, baik itu digunakan untuk mu’annats, mudzakkar, mufrad, mutsanna maupun jamak. Namun, menurut Ibn Mandzur, lafadz basyar mempunyai shighat jama’, yaitu lafadz البشرة.
Basyar adalah jama’ dari kata بشرة yaitu kulit yang tampak. بشرة adalah kulit yang paling luar dari kulit wajah dan jasad dari manusia. Ibnu Barzah mengartikannya sebagai kulit luar. Al-Lais mengartikannya sebagai permukaan kulit pada tubuh dan wajah manusia. Oleh karena itu, kata mubasyarah diartikan mulamasah yang artinya persentuhan antara kulit laki-laki dan kulit perempuan.
Sedangkan dalam kitab al Mufradat fi Gharib al-Quran, al-Ashfahani mengatakan bahwa menurut para ahli sastra, kata basyar/basyarah berarti kulit luar, sedangkan darah adalah bagian di dalam kulit. Manusia disebut dengan basyar karena kulitnya tampak jelas, berbeda dengan hewan yang kulitnya tertutup oleh bulu atau rambut.
Selanjutnya Quraisy Shihab dalam bukunya Wawasan Alquran menyatakan bahwa kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Alquran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad Saw. diperintahkan untuk menyampaikan bahwa: “Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu.” (QS Al-Kahf [18]: 110).
Dari sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat Al-Quran yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, kemudian ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran.” (QS Al-Rum [30]: 20).
Bertebaran di sini bisa diartikan berkembang biak akibat hubungan seks atau bertebaran mencari rezeki. Kedua hal ini tidak dilakukan oleh manusia kecuali oleh orang yang memiliki kedewasaan dan tanggung jawab. Karena itu pula Maryam a.s. mengungkapkan keheranannya dapat memperoleh anak, padahal dia belum pernah disentuh oleh basyar (manusia dewasa yang mampu berhubungan seks) (QS Ali 'Imran [3]: 47).
Kata basyiruhunna yang digunakan oleh Al-Quran sebanyak dua kali (QS Al-Baqarah [2]: 187), juga diartikan dengan hubungan seks. Demikian terlihat basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar {perhatikan QS Al-Hijr 115): 28 yang menggunakan kata basyar), dan QS Al-Baqarah (2): 30 yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya mengandung pemberitaan Allah kepada malaikat tentang manusia.
Ayat-ayat Alquran yang menggunakan kata basyar di antaranya surat Hud; 27, Yusuf; 31, al-Hijr; 28, Qamar; 24, al-Isra;93 dan 94, Maryam;17, al-Mu’minin;34, al-Furqan;54, Shad;71. Ada juga yang marfu’, ini terdapat dalam surat Ali Imran;47, al-Maidah;18, Ibrahim;10dan 11, an-Nahl;103, al-Kahfi;110, Maryam;20, al-anbiya; 3, al-Mu’minun; 24 dan 33, asy-Syu’ara ;154 dan 186, ar-Rum; 20, Yasin; 15, Fussilat; 5, dan at-Thalaq; 6. Yang berharkat majrur terdapat dalam surat Ali Imran; 79, al-An’am; 91, al-Hijr; 33, Maryam; 26, al-Anbiya’; 34, asy-Syu’ara; 51, dan al- Muddasir; 25, 29, 31, dan 36. Sementara itu, dalam bentuk mutsanna (basyarain) terdapat dalam surat al-Mu’minun; 47.
Beberapa Penafsiran Al-Qur’an Tentang Basyar
Tafsir Al-Zamakhsyariy
Dalam kitab Al-Tafsir wa al-Mufassirun karya al-Dzahabi disebutkan bahwa karakterisitk dari kitab tafsir Al-Kasyaf hasil buah pena dari al-Zamakhsyariy ini ialah lebih bersifat kebahasaan, baik dari segi i’rab, maupun sastranya. Terlebih ia menambahkan al-Kasyaf mempunyai corak penafsiran al-‘Ilmi wa al-Adabiy (keilmuan dan kesusastraan).
Adapun contoh-contoh penafsiran al-Dzahabiy mengenai lafadz Basyar ialah pada Q.S. Maryam: 17
ôNxsªB$$sù `ÏB öNÎgÏRrß $\/$pgÉo !$oYù=yör'sù $ygøs9Î) $oYymrâ @¨VyJtFsù $ygs9 #Z|³o0 $wÈqy ÇÊÐÈ
“Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.”
Í?ä3sù Î1uõ°$#ur Ìhs%ur $YZøtã ( $¨BÎ*sù ¨ûÉïts? z`ÏB Î|³u;ø9$# #Ytnr& þÍ<qà)sù ÎoTÎ) ßNöxtR Ç`»uH÷q§=Ï9 $YBöq|¹ ô`n=sù zNÏk=2é& uQöquø9$# $|Å¡SÎ) ÇËÏÈ
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
Pada dua ayat di atas, al-Zamakhsyariy berpendapat ~sebagaimana yang telah disebutkan di atas mengenai pengertian atau makna dari lafadz basyar~ dalam al-Kasyaf bahwa lafadz basyar bisa berlaku untuk semua bentuk, baik mufrad, mutsanna, maupun jama’.
Juga tidak mengenal jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan, seperti:
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ z`ÏB Ïä!$yJø9$# #Z|³o0 ¼ã&s#yèyfsù $Y7|¡nS #\ôgϹur 3 tb%x.ur y7/u #\Ïs% ÇÎÍÈ
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.”
Zamakhsyariy menjelaskan mengenai isi dari ayat ini, yaitu dengan membagi dua jenis dari basyar, jenis laki-laki, seperti fulan bin fulan dan jenis perempuan, seperti fulanah binti fulanah. Ia menjadikan ayat 39 dari surat al-Qiyamah bahwa makna basyar itu tercakup dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
@yèpgmú çm÷ZÏB Èû÷üy_÷r¨9$# tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÒÈ
“Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.”
Tafsir Bahr al-Muhith Karya Abu Hayyan
Nama lengakp dari pengarang kitab tafsir ini ialah Abu Abdullah Muhammad ibn Yusuf ibn Ali ibn Yusuf ibn Hayyan. Dalam kitab tafsir ini, beliau (Abu Hayyan) banyak mengadopsi dari tafsir Al-Zamakhsyariy dan tafsir Ibn ‘Athiyah, terlebih dalam masalah nahwu dan i’rab.
Adapun contoh-contoh penafsiran beliau mengenai lafadz basyar ialah:
Pada Q.S. Al-Kahfi: 110
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ×|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqã ¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_öt uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ wur õ8Îô³ç Íoy$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Dalam ayat ini, terdapat lafadz basyar yang merupakan pernyataan dari Nabi Muhammad, bahwasannya Nabi juga sama seperti manusia pada umumnya yang mempunyai sifat kemanusiaan seperti makan, sakit, marah, dan lain-lain.
Abu Hayyan menambahkan bahwa ayat ini ditujukan untuk meluruskan pandangan masyarakat bahwa Nabi Muhammad bukanlah malaikat. Namun, Nabi Muhammad mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya, yaitu wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadanya untuk diajarkan. Apapun itu, secara lahir, Muhammad tidak berbeda dengan manusia yang lain.
Selain surat al-Kahfi, kata basyar yang diartikan sebagai nabi Muhammad terdapat pula pada surat al-Anbiya’: 3
ZpuÏdw öNßgç/qè=è% 3 (#r| r&ur uqôf¨Z9$# tûïÏ%©!$# (#qçHs>sß ö@yd !#x»yd wÎ) Öt±o0 öNà6è=÷VÏiB ( cqè?ù'tFsùr& tósÅb¡9$# óOçFRr&ur crçÅÇö7è? ÇÌÈ
“(lagi) hati mereka dalam Keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, Maka Apakah kamu menerima sihir itu, Padahal kamu menyaksikannya?"
Salah satu makna kata basyar tidak hanya berarti nabi Muhammad saja, namun bisa juga berarti nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya seperti yang terdapat pada surat Ibrahim: 10-11
* ôMs9$s% óOßgè=ßâ Îûr& «!$# A7x© ÌÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( öNä.qããôt tÏÿøóuÏ9 Nà6s9 `ÏiB öNä3Î/qçRè öNà2t½jzxsãur #n<Î) 9@y_r& wK|¡B 4 (#þqä9$s% ÷bÎ) óOçFRr& wÎ) ×|³o0 $uZè=÷WÏiB tbrßÌè? br& $tRrÝÁs? $£Jtã c%x. ßç7÷èt $tRät!$t/#uä $tRqè?ù'sù 9`»sÜù=Ý¡Î0 &úüÎ7B ÇÊÉÈ ôMs9$s% öNßgs9 öNßgè=ßâ bÎ) ß`øtªU wÎ) Öt±o0 öNà6è=÷VÏiB £`Å3»s9ur ©!$# `ßJt 4n?tã `tB âä!$t±o ô`ÏB ¾ÍnÏ$t6Ïã ( $tBur c%x. !$uZs9 br& Nä3uÏ?ù'¯R ?`»sÜù=Ý¡Î0 wÎ) ÈbøÎ*Î/ «!$# 4 n?tãur «!$# È@2uqtGuù=sù cqãYÏB÷sßJø9$# ÇÊÊÈ
“Berkata Rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti Kami juga. kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) Kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang Kami, karena itu datangkanlah kepada Kami, bukti yang nyata".
“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan tidak patut bagi Kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal”.
Ayat sebelumnya menceritakan tentang nabi Musa yang mengingatkan umatnya agar selalu bersyukur dan tidak mengingkari nikmat Allah. Nabi Musa menceritakan tentang umat-umat terdahulu dari kaum nabi Nuh, ‘Ad, Samud dan orang-orang setelah mereka yang mengingkari para Rasul yang telah diutus kepada mereka. Maka rasul-rasul yang dimaksud di sini adalah rasul-rasul sebelum nabi Musa.
Setelah menelusuri kitab tafsir Al-Bahr Al-Muhith karya Abu Hayyan yang khusus mengenai penafsiran lafadz basyar, penulis tidak menemukan hasil yang nyata mengenai hal tersebut, karena di semua ayat yang mengandung lafadz basyar diartikan secara umum, yaitu manusia biasa.
Tafsir Al-Thabari
Pada umumnya, kata basyar dalam Alquran diartikan dengan kata insan, yang berarti manusia. Sama halnya dengan al-Zamakhsyariy dan Abu Hayyan, pada penafsirnnya tentang kata basyar, al-Thabari lebih banyak mengartikan kata ini dengan manusia. Beberapa penafsirannya dapat kita lihat pada ayat-ayat berikut.
Q.S. Al-Mukminuun: 24
tA$s)sù (#àsn=yJø9$# tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB ¾ÏmÏBöqs% $tB !#x»yd wÎ) ×|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB ßÌã br& @ÒxÿtGt öNà6øn=tæ öqs9ur uä!$x© ª!$# tAtRV{ Zps3ͳ¯»n=tB $¨B $uZ÷èÏJy #x»pkÍ5 þÎû $uZͬ!$t/#uä tû,Î!¨rF{$# ÇËÍÈ
“Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. belum pernah Kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang Kami yang dahulu”.
Kata basyar pada ayat ini ditujukan kepada seorang laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah nabi Nuh a.s. Ketika nabi Nuh menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah, para pemuka kafir malah mengatakan bahwa nabi Nuh hanya manusia biasa, bahkan pada ayat selanjutnya mereka katakana bahwa nabi Nuh adalah seorang laki-laki gila.
Q.S. al-Ruum: 20
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»t#uä ÷br& Nä3s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? ¢OèO !#sÎ) OçFRr& Öt±o0 crçųtFZs? ÇËÉÈ
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”.
Ayat ini menceritakan tentang proses penciptaan manusia dari tanah hingga akhirnya berkembang biak dan melahirkan generasi-generasi baru. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Quraisy Shihab yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa proses perkembangbiakan ini dengan melalui hubungan seks.
KESIMPULAN
Pembahasan singkat mengenai kata basyar dalam Alquran ini akhirnya menghasilkan suatu pemahaman. Pada umumnya kata ini diartikan dengan manusia. Kata basyar itu sendiri secara bahasa berarti kulit luar manusia yang tampak jelas, baik itu di bagian wajah, leher, tangan, badan, kaki dan anggota-anggota tubuh manusia lainnya yang tentu berbeda dengan binatang yang memiliki kulit berbulu.
Penggunaan kata basyar dalam Alquran tidak mengenal jenis dan bentuk. Kata ini bisa digunakan dalam bentuk mufrad, mutsanna dan jama’. Kata ini juga tidak mengenal apakah itu laki-laki atau pun perempuan. Basyar yang secara umum berarti manusia, mencakup seluruh manusia tanpa terkecuali. Tidak ada pengkhususan, baik itu manusia biasa atau pun nabi, orang kafir atau mukmin, semua bisa terwakili dengan kata basyar.
Mengenai perbedaan kata basyar itu sendiri dengan beberapa kata yang juga mempunyai arti sama yaitu manusia, seperti kata al-nas, al-ins dan al-insan, adalah bahwa basyar lebih cenderung kepada jasad/ sisi biologis manusia (fisik), al-insan dan al-ins lebih kepada sisi rohaniah/ yang bersifat batin, sedangkan al-nas lebih umum dari pada ketiga kata tersebut, mencakup semua aspek dan sisi totalitas seorang manusia termasuk juga biologisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baiquni, dkk. Ensiklopedi Al-Qur’an. Yogyakarta:Dana Bakti Primayasa, 2005
Al-Ashfahani, Abdul Qasim al-Husain ibn Muhammad ibn al-Fadhl al-Raghib. al-Mufradat fi Gharibi al-Quran. Beirut: Dar al-Ma’rifah, tt
Al-Dzahabiy, Muhammad Husain. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun. Mesir: Maktabah Wahbah, 2000
Al-Zamakhsyari. Tafsir al-Kasyaf dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Asy’arie, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta:LESFI, 1992
Ibn Hayyan, Abu Abdullah Muhammad ibn Yusuf ibn Ali ibn Yusuf. Tafsir Al-Bahr al-Muhith dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Ibn Mandzur, Muhammad bin Mukarram. Lisan al-‘Arab dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Syihab, Quraisy. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2005.
Alquran sebagai kitab suci umat Islam, merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya, Muhammad SAW. Pembahasan mengenai penafsiran-penafsiran Alquran tidak akan habis hingga datangnya hari kiamat. Mengapa demikian? Karena dalam Alquran terdapat ayat-ayat muhkamat dan juga mutasyabihat.
Memahami Alquran tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahasanya yang unik, mengandung majas-majas yang terkadang sulit untuk dipahami. Pilihan katanya yang sesuai, terkadang satu kata mempunyai banyak makna. Pada suatu ayat kosa kata tertentu bisa memiliki arti yang berbeda jika dilihat pada ayat lain yang juga mengandung kosa kata tersebut.
Makalah ini akan membahas tentang kata basyar dalam Alquran yang dalam penggunaannya terdapat beberapa penafsiran yang berbeda. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kata basyar memiliki makna umum yang serupa dengan kata al-nas, al-ins dan al-insan yang berarti manusia. Diharapkan dengan dibahasnya makalah ini kita dapat menemukan perbedaan di antara kata-kata tersebut.
PEMBAHASAN
Pengertian Basyar
Basyar dalam Lisan al-Arab berarti alkhalq , yaitu makhluk, baik itu digunakan untuk mu’annats, mudzakkar, mufrad, mutsanna maupun jamak. Namun, menurut Ibn Mandzur, lafadz basyar mempunyai shighat jama’, yaitu lafadz البشرة.
Basyar adalah jama’ dari kata بشرة yaitu kulit yang tampak. بشرة adalah kulit yang paling luar dari kulit wajah dan jasad dari manusia. Ibnu Barzah mengartikannya sebagai kulit luar. Al-Lais mengartikannya sebagai permukaan kulit pada tubuh dan wajah manusia. Oleh karena itu, kata mubasyarah diartikan mulamasah yang artinya persentuhan antara kulit laki-laki dan kulit perempuan.
Sedangkan dalam kitab al Mufradat fi Gharib al-Quran, al-Ashfahani mengatakan bahwa menurut para ahli sastra, kata basyar/basyarah berarti kulit luar, sedangkan darah adalah bagian di dalam kulit. Manusia disebut dengan basyar karena kulitnya tampak jelas, berbeda dengan hewan yang kulitnya tertutup oleh bulu atau rambut.
Selanjutnya Quraisy Shihab dalam bukunya Wawasan Alquran menyatakan bahwa kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Alquran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad Saw. diperintahkan untuk menyampaikan bahwa: “Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu.” (QS Al-Kahf [18]: 110).
Dari sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat Al-Quran yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, kemudian ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran.” (QS Al-Rum [30]: 20).
Bertebaran di sini bisa diartikan berkembang biak akibat hubungan seks atau bertebaran mencari rezeki. Kedua hal ini tidak dilakukan oleh manusia kecuali oleh orang yang memiliki kedewasaan dan tanggung jawab. Karena itu pula Maryam a.s. mengungkapkan keheranannya dapat memperoleh anak, padahal dia belum pernah disentuh oleh basyar (manusia dewasa yang mampu berhubungan seks) (QS Ali 'Imran [3]: 47).
Kata basyiruhunna yang digunakan oleh Al-Quran sebanyak dua kali (QS Al-Baqarah [2]: 187), juga diartikan dengan hubungan seks. Demikian terlihat basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar {perhatikan QS Al-Hijr 115): 28 yang menggunakan kata basyar), dan QS Al-Baqarah (2): 30 yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya mengandung pemberitaan Allah kepada malaikat tentang manusia.
Ayat-ayat Alquran yang menggunakan kata basyar di antaranya surat Hud; 27, Yusuf; 31, al-Hijr; 28, Qamar; 24, al-Isra;93 dan 94, Maryam;17, al-Mu’minin;34, al-Furqan;54, Shad;71. Ada juga yang marfu’, ini terdapat dalam surat Ali Imran;47, al-Maidah;18, Ibrahim;10dan 11, an-Nahl;103, al-Kahfi;110, Maryam;20, al-anbiya; 3, al-Mu’minun; 24 dan 33, asy-Syu’ara ;154 dan 186, ar-Rum; 20, Yasin; 15, Fussilat; 5, dan at-Thalaq; 6. Yang berharkat majrur terdapat dalam surat Ali Imran; 79, al-An’am; 91, al-Hijr; 33, Maryam; 26, al-Anbiya’; 34, asy-Syu’ara; 51, dan al- Muddasir; 25, 29, 31, dan 36. Sementara itu, dalam bentuk mutsanna (basyarain) terdapat dalam surat al-Mu’minun; 47.
Beberapa Penafsiran Al-Qur’an Tentang Basyar
Tafsir Al-Zamakhsyariy
Dalam kitab Al-Tafsir wa al-Mufassirun karya al-Dzahabi disebutkan bahwa karakterisitk dari kitab tafsir Al-Kasyaf hasil buah pena dari al-Zamakhsyariy ini ialah lebih bersifat kebahasaan, baik dari segi i’rab, maupun sastranya. Terlebih ia menambahkan al-Kasyaf mempunyai corak penafsiran al-‘Ilmi wa al-Adabiy (keilmuan dan kesusastraan).
Adapun contoh-contoh penafsiran al-Dzahabiy mengenai lafadz Basyar ialah pada Q.S. Maryam: 17
ôNxsªB$$sù `ÏB öNÎgÏRrß $\/$pgÉo !$oYù=yör'sù $ygøs9Î) $oYymrâ @¨VyJtFsù $ygs9 #Z|³o0 $wÈqy ÇÊÐÈ
“Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.”
Í?ä3sù Î1uõ°$#ur Ìhs%ur $YZøtã ( $¨BÎ*sù ¨ûÉïts? z`ÏB Î|³u;ø9$# #Ytnr& þÍ<qà)sù ÎoTÎ) ßNöxtR Ç`»uH÷q§=Ï9 $YBöq|¹ ô`n=sù zNÏk=2é& uQöquø9$# $|Å¡SÎ) ÇËÏÈ
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
Pada dua ayat di atas, al-Zamakhsyariy berpendapat ~sebagaimana yang telah disebutkan di atas mengenai pengertian atau makna dari lafadz basyar~ dalam al-Kasyaf bahwa lafadz basyar bisa berlaku untuk semua bentuk, baik mufrad, mutsanna, maupun jama’.
Juga tidak mengenal jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan, seperti:
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ z`ÏB Ïä!$yJø9$# #Z|³o0 ¼ã&s#yèyfsù $Y7|¡nS #\ôgϹur 3 tb%x.ur y7/u #\Ïs% ÇÎÍÈ
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.”
Zamakhsyariy menjelaskan mengenai isi dari ayat ini, yaitu dengan membagi dua jenis dari basyar, jenis laki-laki, seperti fulan bin fulan dan jenis perempuan, seperti fulanah binti fulanah. Ia menjadikan ayat 39 dari surat al-Qiyamah bahwa makna basyar itu tercakup dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
@yèpgmú çm÷ZÏB Èû÷üy_÷r¨9$# tx.©%!$# #Ós\RW{$#ur ÇÌÒÈ
“Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.”
Tafsir Bahr al-Muhith Karya Abu Hayyan
Nama lengakp dari pengarang kitab tafsir ini ialah Abu Abdullah Muhammad ibn Yusuf ibn Ali ibn Yusuf ibn Hayyan. Dalam kitab tafsir ini, beliau (Abu Hayyan) banyak mengadopsi dari tafsir Al-Zamakhsyariy dan tafsir Ibn ‘Athiyah, terlebih dalam masalah nahwu dan i’rab.
Adapun contoh-contoh penafsiran beliau mengenai lafadz basyar ialah:
Pada Q.S. Al-Kahfi: 110
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ×|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqã ¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_öt uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ wur õ8Îô³ç Íoy$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Dalam ayat ini, terdapat lafadz basyar yang merupakan pernyataan dari Nabi Muhammad, bahwasannya Nabi juga sama seperti manusia pada umumnya yang mempunyai sifat kemanusiaan seperti makan, sakit, marah, dan lain-lain.
Abu Hayyan menambahkan bahwa ayat ini ditujukan untuk meluruskan pandangan masyarakat bahwa Nabi Muhammad bukanlah malaikat. Namun, Nabi Muhammad mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya, yaitu wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadanya untuk diajarkan. Apapun itu, secara lahir, Muhammad tidak berbeda dengan manusia yang lain.
Selain surat al-Kahfi, kata basyar yang diartikan sebagai nabi Muhammad terdapat pula pada surat al-Anbiya’: 3
ZpuÏdw öNßgç/qè=è% 3 (#r| r&ur uqôf¨Z9$# tûïÏ%©!$# (#qçHs>sß ö@yd !#x»yd wÎ) Öt±o0 öNà6è=÷VÏiB ( cqè?ù'tFsùr& tósÅb¡9$# óOçFRr&ur crçÅÇö7è? ÇÌÈ
“(lagi) hati mereka dalam Keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, Maka Apakah kamu menerima sihir itu, Padahal kamu menyaksikannya?"
Salah satu makna kata basyar tidak hanya berarti nabi Muhammad saja, namun bisa juga berarti nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya seperti yang terdapat pada surat Ibrahim: 10-11
* ôMs9$s% óOßgè=ßâ Îûr& «!$# A7x© ÌÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( öNä.qããôt tÏÿøóuÏ9 Nà6s9 `ÏiB öNä3Î/qçRè öNà2t½jzxsãur #n<Î) 9@y_r& wK|¡B 4 (#þqä9$s% ÷bÎ) óOçFRr& wÎ) ×|³o0 $uZè=÷WÏiB tbrßÌè? br& $tRrÝÁs? $£Jtã c%x. ßç7÷èt $tRät!$t/#uä $tRqè?ù'sù 9`»sÜù=Ý¡Î0 &úüÎ7B ÇÊÉÈ ôMs9$s% öNßgs9 öNßgè=ßâ bÎ) ß`øtªU wÎ) Öt±o0 öNà6è=÷VÏiB £`Å3»s9ur ©!$# `ßJt 4n?tã `tB âä!$t±o ô`ÏB ¾ÍnÏ$t6Ïã ( $tBur c%x. !$uZs9 br& Nä3uÏ?ù'¯R ?`»sÜù=Ý¡Î0 wÎ) ÈbøÎ*Î/ «!$# 4 n?tãur «!$# È@2uqtGuù=sù cqãYÏB÷sßJø9$# ÇÊÊÈ
“Berkata Rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti Kami juga. kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) Kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang Kami, karena itu datangkanlah kepada Kami, bukti yang nyata".
“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan tidak patut bagi Kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal”.
Ayat sebelumnya menceritakan tentang nabi Musa yang mengingatkan umatnya agar selalu bersyukur dan tidak mengingkari nikmat Allah. Nabi Musa menceritakan tentang umat-umat terdahulu dari kaum nabi Nuh, ‘Ad, Samud dan orang-orang setelah mereka yang mengingkari para Rasul yang telah diutus kepada mereka. Maka rasul-rasul yang dimaksud di sini adalah rasul-rasul sebelum nabi Musa.
Setelah menelusuri kitab tafsir Al-Bahr Al-Muhith karya Abu Hayyan yang khusus mengenai penafsiran lafadz basyar, penulis tidak menemukan hasil yang nyata mengenai hal tersebut, karena di semua ayat yang mengandung lafadz basyar diartikan secara umum, yaitu manusia biasa.
Tafsir Al-Thabari
Pada umumnya, kata basyar dalam Alquran diartikan dengan kata insan, yang berarti manusia. Sama halnya dengan al-Zamakhsyariy dan Abu Hayyan, pada penafsirnnya tentang kata basyar, al-Thabari lebih banyak mengartikan kata ini dengan manusia. Beberapa penafsirannya dapat kita lihat pada ayat-ayat berikut.
Q.S. Al-Mukminuun: 24
tA$s)sù (#àsn=yJø9$# tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB ¾ÏmÏBöqs% $tB !#x»yd wÎ) ×|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB ßÌã br& @ÒxÿtGt öNà6øn=tæ öqs9ur uä!$x© ª!$# tAtRV{ Zps3ͳ¯»n=tB $¨B $uZ÷èÏJy #x»pkÍ5 þÎû $uZͬ!$t/#uä tû,Î!¨rF{$# ÇËÍÈ
“Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. belum pernah Kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang Kami yang dahulu”.
Kata basyar pada ayat ini ditujukan kepada seorang laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah nabi Nuh a.s. Ketika nabi Nuh menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah, para pemuka kafir malah mengatakan bahwa nabi Nuh hanya manusia biasa, bahkan pada ayat selanjutnya mereka katakana bahwa nabi Nuh adalah seorang laki-laki gila.
Q.S. al-Ruum: 20
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»t#uä ÷br& Nä3s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? ¢OèO !#sÎ) OçFRr& Öt±o0 crçųtFZs? ÇËÉÈ
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”.
Ayat ini menceritakan tentang proses penciptaan manusia dari tanah hingga akhirnya berkembang biak dan melahirkan generasi-generasi baru. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Quraisy Shihab yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa proses perkembangbiakan ini dengan melalui hubungan seks.
KESIMPULAN
Pembahasan singkat mengenai kata basyar dalam Alquran ini akhirnya menghasilkan suatu pemahaman. Pada umumnya kata ini diartikan dengan manusia. Kata basyar itu sendiri secara bahasa berarti kulit luar manusia yang tampak jelas, baik itu di bagian wajah, leher, tangan, badan, kaki dan anggota-anggota tubuh manusia lainnya yang tentu berbeda dengan binatang yang memiliki kulit berbulu.
Penggunaan kata basyar dalam Alquran tidak mengenal jenis dan bentuk. Kata ini bisa digunakan dalam bentuk mufrad, mutsanna dan jama’. Kata ini juga tidak mengenal apakah itu laki-laki atau pun perempuan. Basyar yang secara umum berarti manusia, mencakup seluruh manusia tanpa terkecuali. Tidak ada pengkhususan, baik itu manusia biasa atau pun nabi, orang kafir atau mukmin, semua bisa terwakili dengan kata basyar.
Mengenai perbedaan kata basyar itu sendiri dengan beberapa kata yang juga mempunyai arti sama yaitu manusia, seperti kata al-nas, al-ins dan al-insan, adalah bahwa basyar lebih cenderung kepada jasad/ sisi biologis manusia (fisik), al-insan dan al-ins lebih kepada sisi rohaniah/ yang bersifat batin, sedangkan al-nas lebih umum dari pada ketiga kata tersebut, mencakup semua aspek dan sisi totalitas seorang manusia termasuk juga biologisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baiquni, dkk. Ensiklopedi Al-Qur’an. Yogyakarta:Dana Bakti Primayasa, 2005
Al-Ashfahani, Abdul Qasim al-Husain ibn Muhammad ibn al-Fadhl al-Raghib. al-Mufradat fi Gharibi al-Quran. Beirut: Dar al-Ma’rifah, tt
Al-Dzahabiy, Muhammad Husain. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun. Mesir: Maktabah Wahbah, 2000
Al-Zamakhsyari. Tafsir al-Kasyaf dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Asy’arie, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta:LESFI, 1992
Ibn Hayyan, Abu Abdullah Muhammad ibn Yusuf ibn Ali ibn Yusuf. Tafsir Al-Bahr al-Muhith dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Ibn Mandzur, Muhammad bin Mukarram. Lisan al-‘Arab dalam DVD ROM Al-Maktabah Al-Syamilah. Solo: Pustaka Ridwana, 2005
Syihab, Quraisy. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2005.
loading...
8 komentar
Write komentarinfonya bagus sekali,,bermanfaat
Replyijin nyimak gan informasinya
Replymenarik dan bermanfaat nih infonya
thanks ya, sukses terus
terimakasih telah berbagi info yg bermanfaat
Replyupdate lagi info lainnya
sukses terus
infonya sangat menarik dan bermanfaat sekali gan
Replydi tunggu info selanjutnya
terimakasih banyak
bagus sekali info nya gan
Replysangat menarik untuk di baca
ditunggu update selanjut nya
ijin nyimak gan info yg menarik dan bermanfaatnya
Replysenang bisa berkunjung ke blog anda
terimakasih, sukses terus
info nya makin menarik cara penyajian nyapun juga bagus
Replyterimakasih gan
menrik sekali postingan dalam blogini sangat bagus dan penuh wawasan terimakasih
ReplySilahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar