Al-Nas dalam AL-Quran

Admin Tuesday, November 30, 2010

A. PENDAHULUAN  

Manusia diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna dibandingkan makhluk Allah yang lainnya, karena ia dikaruniai akal dan bentuk yang sempurna yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Ia dapat menggunakan akalnya untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Ia juga dapat membedakan antara baik dan buruk. Hanya saja, manusia juga diberi nafsu oleh Allah sehingga terkadang nafsunya mengalahkan akalnya.
Manusia pertama yang diciptakan Allah adalah Adam. Selain sebagai manusia pertama, ia juga menjabat sebagai nabi dan rasul Allah. Walaupun akhirnya ia harus dikeluarkan dari surga karena melanggar satu aturan Allah, yakni memakan buah kuldi. Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa manusia terkadang sangat terpengaruh oleh nafsunya. Ditambah lagi adanya godaan setan iblis yang selalu membisiki manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela.
Manusia dikaruniai oleh Allah berbagai kelebihan, disamping memilki banyak kekurangan juga. Dalam hal ini, Allah membebaskan manusia untuk beraktivitas dan berusaha sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. ia diperintah untuk melakukan apapun yang ia bisa untuk mencari karunia Allah.
Sebagai khalifah fil ardl manusia diberikan kewenangan untuk memanfaatkan bumi Allah sebagai tempat tinggal. Baik buruknya bumi dipercayakan kepada manusia. Oleh karena itu, jika saat ini bumi semakin tidak bersahabat maka sebenarnya keadaan itu adalah ulah tangan-tangan usil manusia sendiri. Al-Qur’an telah menjelaskan sifat-sifat baik maupun buruk manusia dalam ayat-ayatnya dengan berbagai redaksi, diantaranya adalah dengan kata al-nas. Dalam paper ini juga akan dijelaskan beberapa hal yang terkait dengan manusia dalam Al-qur’an dengan redaksi al-nas
  



B. DEFINISI AL-NAS
Ibnu Manzur di dalam Lisan Al-‘Arab menjelaskan bahwa kata al-nas (الناس) berasal dari kata الاناس (al-unas) yang dihapus hamzahnya, sedangkan huruf alifnya asli.[1]
Menurut Imam Sibawaih dalam Lisan Al-‘Arab bahwa lafaz al-nas berasal dari “اناس “ (unas) untuk takhfif , huruf alif dan lam sebagai pengganti dari hamzah yang dihapuskan.[2] 

Dalam At-Tabari diungkapkan bahwa lafaz al-nas memiliki dua bentuk, yaitu:
a. merupakan bentuk jamak dari lafaz “insan ( muzakkar) atau insaniyyah ( muannas)” .
b. berasal dari kata al-nas kemudian dihapus hamzah pada lafaz tersebut dan ditambah dengan alif lam sebagai tanda ma’rifahnya.

Akan tetapi ada sebagian yang berpendapat bahwa lafaz al-nas tidak berasal dari kata “اناس”. Mereka berpendapat bahwa orang Arab memberikan bentuk tashghir untuk lafaz “الناس” dengan ungkapan “نويس”, maka seandainya “الناس” itu berasal dari kata “اناس” tentulah lafaz tashghirnya itu bukan “نويس”, tetapi “ انيس ”.
C. PENGGUNAAN KATA “AL-NAS” DALAM AL-QURAN
Kata al-nas di dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 241 kali dengan ragam penjelasan yang bermacam-macam seperti:
a.       Kata al-nas dikaitkan dengan kata iman dan turunannya (bentuk kata lainnya dari akar kata yang sama) seperti , QS. An-nisa’: 1
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u ÇÊÈ
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.
b.      Kata al-nas juga sering dikaitkan dengan kata kafir.
Q.S. Al-Baqarah: 161-162
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qè?$tBur öNèdur î$¤ÿä. y7Í´¯»s9'ré& öNÍköŽn=tæ èpuZ÷ès9 «!$# Ïps3Í´¯»n=yJø9$#ur Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèyJô_r& ÇÊÏÊÈ tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù ( Ÿw ß#¤ÿsƒä ãNåk÷]tã Ü>#xyèø9$# Ÿwur öLèe šcrãsàZムÇÊÏËÈ
Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.
Mereka kekal di dalam la'nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.

c.       Kata al-nas juga dikaitkan bahwa sebagian besar manusia tidak mengerti
Seperti:
QS. Yusuf: 68
$£Js9ur (#qè=yzyŠ ô`ÏB ß]øym öNèdttBr& Nèdqç/r& $¨B šc%Ÿ2 ÓÍ_øóムOßg÷Ztã z`ÏiB «!$# `ÏB >äóÓx« žwÎ) Zpy_%tn Îû ħøÿtR z>qà)÷ètƒ $yg9ŸÒs% 4 ¼çm¯RÎ)ur rä%s! 5Où=Ïæ $yJÏj9 çm»oYôJ¯=tæ £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw šcqßJn=ôètƒ ÇÏÑÈ
Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu Hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang Telah ditetapkannya. dan Sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, Karena kami Telah mengajarkan kepadanya. akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.

d.      Kata al-nas dikaitkan bahwa sebagian manusiaitu tidak beriman,
Seperti:
Q.S. Yusuf: 103
!$tBur çŽsYò2r& Ĩ$¨Y9$# öqs9ur |Mô¹tym tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÊÉÌÈ
Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat menginginkannya-.
e.       Kata al-nas  ketika berserikat dengan kebaikan dan mengutuk kekafiran disebut bersamaan dengan kata al-malaikah.
Seperti QS. Al-Baqarah 161:
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qè?$tBur öNèdur î$¤ÿä. y7Í´¯»s9'ré& öNÍköŽn=tæ èpuZ÷ès9 «!$# Ïps3Í´¯»n=yJø9$#ur Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèyJô_r& ÇÊÏÊÈ
 Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la'nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.
f.       Kata Al-nas berserikat dengan kejelekan, kejahatan dan kekafiran yang kemudian masuk neraka Jahannam , maka kawan berserikatnya adalah dari golongan Jin, aljinnah.[3]
Seperti dalam QS. Hud: 119
žwÎ) `tB zMÏm§ y7/u 4 y7Ï9ºs%Î!ur óOßgs)n=yz 3 ôM£Js?ur èpyJÎ=x. y7În/u ¨bV|øBV{ zO¨Yygy_ z`ÏB Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèuHødr& ÇÊÊÒÈ
Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) Telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.

D. Makna “al-Nas“ di dalam AlQuran
a.       Surat Al-Baqarah : 8
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB ãAqà)tƒ $¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ÌÅzFy$# $tBur Nèd tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÑÈ
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Kata al-nas dalam QS.Albaqarah ayat 8 di atas ditafsirkan dalam Fathul Qadir sebagai bentuk jamak dari kata إنسان  atau إنسانية  dan dengan diikuti huruf   من sebelumnya menandakan sebagian manusia, karena huruf tersebut faidahnya untuk تبعيض.[4] Sehingga, maknanya dalam ayat ini adalah hanya sebagian manusia saja yang mengatakan beriman kepada Allah dan hari akhir akan tetapi sebenarnya mereka mengingkari. Jadi bukan semua manusia.
b.       Surat Al-Baqarah: 13
#sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% öNßgs9 (#qãYÏB#uä !$yJx. z`tB#uä â¨$¨Z9$# (#þqä9$s% ß`ÏB÷sçRr& !$yJx. z`tB#uä âä!$ygxÿ¡9$# 3 Iwr& öNßg¯RÎ) ãNèd âä!$ygxÿ¡9$# `Å3»s9ur žw tbqßJn=ôètƒ ÇÊÌÈ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
Kata “al-nas” dalam surat al-Baqarah: 13 di atas ditujukan kepada orang-orang yang beriman terhadap kerasulan Muhammad dan wahyu yang diturunkan kepadanya. Jadi, ayat ini memerintahkan orang-orang munafik untuk beriman dan membenarkan kerasulan Muhammad sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman sebelumnya.
Alif Lam yang terdapat pada kata “al-nas” di atas bukanlah berarti alif lam yang menunjukkan bahwa semua manusia termasuk ke dalam golongan manusia yang diperintahkan oleh Allah untuk dicontoh keimanannya. Allah hanyalah memaksudkan sebagian golongan saja di antara mereka.
Ar-Razi menjelaskan makna kata “al-nas” di dalam surat Al-baqarah:13 di atas dengan menguraikan makna yang terdapat pada alif lam yang mengikuti kata tersebut. Ar-Razi menyatakan bahwa alif lam dalam kata “al-nas” memiliki dua kemungkinan makna yaitu pertama, jika Alif  lam ‘ahdiyyah maka kata al-nas di sana sudah ditentukan orangnya yakni Abdullah bin Salam dan keluarganya karena mereka merupakan golongan yang pertama mengimani Rasulullah Saw. Kedua, jika alif lam jinsiyyah, bisa mengandung dua kemungkinan juga, yaitu orang-orang Aus-Khazraj, dan orang-orang  mukmin.[5]
c. Surat An-Nisa’: 54
ôQr& tbrßÝ¡øts }¨$¨Z9$# 4n?tã !$tB ÞOßg9s?#uä ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ( ôs)sù !$oY÷s?#uä tA#uä tLìÏdºtö/Î) |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur Mßg»oY÷s?#uäur %¸3ù=B $VJŠÏàtã ÇÎÍÈ
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia  yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami Telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.
Mengenai ayat di atas ada dua pendapat terhadap kata “al-nas
a.              Ibnu Abbas dan mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kata “al-nas” di sini adalah nabi Muhammad Saw. meskipun kata “al-nas” itu pada dasarnya memiliki makna jama’.
b.                  Makna “ al-nas” pada ayat di atas adalah Rasulullah Saw dan orang-orang Mukmin yang membenarkan serta mengikuti risalah dan ajaran serta mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Golongan yang memegang pendapat ini berhujjah bahwa kata “al-nas” merupakan bentuk jama’, maka membawanya dalam arti jama’ (Rasulullah dan orang-orang mukmin yang mengikutinya) lebih utama dari pada membawanya kepada arti singular (Rasulullah Saw).
Pendapat ini pun kemudian dibantah oleh pemegang pendapat pertama. Penyebutan kata “al-nas” itu bukan selalu menuntut bentuk plural, adakalanya yang diinginkan dengan penyebutan lafaz “ al-nas” itu adalah untuk kelompok  tertentu dari manusia, bukan mereka secara keseluruhan. Hal ini dapat kita lihat di dalam surat Az-zariyat: 56, berkaitan dengan kewajiban manusia kepada Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ   
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Ayat di atas mengandung maksud bahwa seluruh golongan Jin dan manusia memiliki kewajiban untuk menyembah Allah sebagai khaliq yang telah menciptakan mereka. Namun, jika yang melaksanakan kewajiban tersebut hanya sebagian kecil dari manusia seperti nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya saja, maka seolah-olah mereka itu menempati posisi seperti manusia secara keseluruhannya.
At-Tabari menyatakan di dalam tafsirnya bahwa ahli takwil berbeda pendapat di dalam memahami maksud lafaz “al-nas” pada ayat di atas.
a.              Sebagian mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lafaz “al-nas” pada ayat di atas hanyalah nabi Muhammad Saw saja dengan berpegang pada beberapa riwayat, diantaranya:
- حدثني المثنى قال, حدثنا عمرو قال, حدثنا اسباط قال, اخبرنا هشيم, عن خالد,عن هكرمة في قوله: "ام يحسدون الناس على ما اتاهم الله من فضله", قال: " الناس " في هذا الموضع, النبي صلى الله عليه و سلم خا صة.
- حدثني محمد بن الحسين قال,حدثني احمد بن مفضل قال, حدثنا اسباط قال, عن السدي : " ام يحسدون الناس على ما اتاهم الله من فضله " , يعني محمد صلى الله عليه و سلم.
b. Sebagian mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lafaz “ al-nas” di sini adalah nabi Muhammad dan orang-orang beriman yang mengikuti risalah ada ajarannya.[6]
Az-Zamakhsyari berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lafaz “al-nas” di sini adalah Rasulullah Saw. dan orang-orang mukmin yang mengikuti jalan dan tuntunannya.[7]
Jadi, ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang tidak memiliki kesucian batin yang dengki terhadap kerasulan dan kemenangan yang diberikan Allah kepada nabi Muhammad. Hal serupa juga telah diberikan Allah kepada nabi Ibrahim dan keluarganya. Allah memberi mereka nikmat yang besar berupa hikmah, kitab dan kerajaan yang besar. Namun, mengapa orang-orang yang dengki melihat kerasulan Muhammad dan kemenangannya tidak kagum dan merasa dengki pula terhadap nikmat-nikmat yang diterima nabi Ibrahim dan keluarganya tersebut.
d. Surat Al-hujurat: 13
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Az-zamakhsyari di dalam tafsirnya Al-Kasysyaf menjelaskan bahwa, di dalam ayat ini Allah memberitahukan kepada manusia bahwa mereka diciptakan dari asal yang satu, yaitu Adam dan Hawa. Semua mereka sama di mata Allah, maka tidak ada alasan untuk berlaku sombong dan berbangga diri antara satu sama lainnya dalam nasab, karena semuanya berasal dari satu keturunan. Maka, yang menjadi pembeda di antara mereka adalah sebarapa besar tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah Swt. Sebagaimana yang dinyatakan oleh nabi Saw:
وعن النبي صلى الله عليه وسلم, أنه طاف يوم فتح مكة ، فحمد الله وأثنى عليه ثم قال : " الحمد لله الذي أذهب عنكم عبية الجاهلية وتكبرها ، يا أيها الناس ، إنما الناس رجلان : مؤمن تقي كريم على الله ، وفاجر شقيّ هين على الله " ثم قرأ الآية . وعنه عليه السلام  


E. KESIMPULAN

Di dalam Al-Qur’an, kata “ al-nas” disebut sebanyak 241 kali dalam ragam penyebutan maksud yang bermacam-macam. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh suatu ayat dengan melihat konteks kalimat tersebut atau melihat kolerasi (munasabahnya) dengan ayat-ayat yang lain.
Ada beberapa ragam penyebutan dan makna yang ditujukan oleh lafaz “al-nas” di dalam Al-Qur’an, yaitu:
1.      Kata al-nas yang dikaitkan dengan Iman
2.      Kata al-nas  yang dikaitkan dengan kafir
3.      Kata al-nas yang dikatikan sebagian besar manusia yang tidak mengerti
4.      Kata al-nas yang dikaitkan dengan sebagian manusia yang tidak beriman
5.      Kata al-nas yang dikaitkan dengan kebaikan disertai dengan lafaz Malaikat
6.      Kata al-nas yang aikaikatkan dengan kejelekan dan neraka Jahannam sebagai balasannya disertai dengan lafaz Jinn.

Dalam penunjukan maknanya, walaupun kata al-nas merupakan bentuk plural, namun di dalam Al-qur’an ia tidak selalu menunjukkan kepada makna plural. Adakalnya ia menunjukkan hanya kepada satu orang, beberapa kelompok manusia dan adakalanya ia menunjukkan makna untuk manusia secara keseluruhannya.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Mishri, Muhammad bin Mukarram bin Manzhur al-Afriqi, Lisanul ‘Arab. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
Arrazi, Fakhruddin. Mafatihul Ghaib, Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
Asy-Syaukani, Fathul Qadir, dalam Maktabah Syamilah.Pustaka Ridwana, 2008.
At-Thabari Abu Ja’far, jami’ul Bayan Fi Takwilil Quran. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008
Az-Zamakhsyari. Al-Kasysyaf. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
M.Yusron, dkk, Studi Kitab Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: TH Press, 2006



[1] Muhammad bin Mukarram bin Manzhur al-Afriqi al-Mishri, Lisanul ‘Arab. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
[2] Muhammad bin Mukarram bin Manzhur al-Afriqi al-Mishri, Lisanul ‘Arab. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
[3] M. Yusron,dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer. (Yogyakarta: TH Press, 2006), hal.31-32
[4] Asy-Syaukani, Fathul Qadir, dalam Maktabah Syamilah.Pustaka Ridwana, 2008.
[5] Fakhruddin Arrazi, Mafatihul Ghaib, Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
[6] Abu Ja’far at-Thabari, jami’ul Bayan Fi Takwilil Quran. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008
[7] Az-Zamakhsyari. Al-Kasysyaf. Maktabah Syamilah. Pustaka Ridwana, 2008.
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar