Yuliani Siti Sondari
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salihah.” (HR. Muslim no. 1467)
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Wanita adalah makhluk Tuhan yang begitu halus dan lembut, dari rahimnya ia melahirkan generasi penerus pemimpin alam semesta, dengan air mata kasih sayangnya ia mampu membentuk manusia tangguh dan berkwalitas, bahkan dengan rayuannya yang halus ia mampu meruntuhkan benteng ketegaran dan kekuatan kaum adam. Wanita identik sekali dengan keindahan, kelembutan dan kelemahan. akan tetapi Islam memposisikannya menjadi tumpuan bagi proses regenerasi agar tercipta manusia-manusia saleh dan kelak bisa menjadi khalifah yang handal di muka bumi. Oleh karna itu tingginya kedudukan wanita muslimah teladan dapat kita samakan dengan kedudukan hati dalam tubuh manusia, di mana jika hati itu baik maka tubuh akan baik, sebaliknya jika hati buruk maka tubuh pun akan buruk. Begitu pula sangat tidak logis jika kita mengharapkan sebuah bayangan yang lurus dari ranting pohon yang bengkok. Dari wacana di atas dapat kita simpulkan bahwa potret muslimah teladan mempunyai peran penting demi baik buruknya suatu komunitas muslim.
Telah banyak disinggung baik dalam kitab suci umat islam (al-qur’an) maupun hadist Nabi tentang ciri-ciri muslimah teladan yang harus menjadi pedoman hidup kaum hawa agar tidak menyalahi kodrat kewanitaannya. Diantaranya dalam surat an-Nur telah digambarkan bahwa wanita muslimah teladan adalah wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya, memelihara kesuciannya, dan tidak suka menampakkan perhiasan yang berlebihan, mereka adalah para wanita yang hatinya selalu bermunajat kepada Tuhan semesta, pakaian kebesarannya adalah iman, perhiasannya adalah taqwa, parfumnya adalah akhlaq mulia yang terpancar dari dalam jiwa, make-upnya adalah basuhan sejuk air wudlu, sabun mandinya adalah taubat, lipstiknya adalah dzikir yang tiada henti, kosmetiknya adalah Iffah (kemampuan menjaga diri), celak matanya adalah memperbanyak baca al-qur’an.
Pada prinsipnya muslimah teladan adalah mereka yang ta’at terhadap Allah dan Rasulnya, selalu berbuat baik, mencegah dirinya dari perbuatan dosa, tutur katanya yang lemah lembut penuh makna ibaratkan untaian mutiara yang begitu berharga, kecantikannya bukanlah semata-mata karena make-up yang mereka gunakan akan tetapi tingkah laku dan perbuatan mereka yang selalu mencerminkan akhlak dan budi pekerti yang mulia, bahkan derajat mereka lebih utama dibandingkan dengan bidadari yang bermata jeli (huurun i’n) dan mutiara yang tersimpan dengan baik (Lu’luil Maknun).
Lantas bagaimana cermin wanita zaman sekarang? Tentunya setiap kita telah mengetahui realita atau kenyataan yang beredar bahwa sedikit sekali wanita-wanita berkepribadian seperti yang telah penulis sebutkan diatas. Dalam kontek sekarang penulis ingin mencoba mengangkat sebuah contoh yang sudah tidak asing lagi, bahwa tidak sedikit wanita yang seharusnya berperan sebagai Ibu rumah tangga yang baik, seringkali melalaikan ke-wajibannya sehingga hak-hak suami dan anak-anaknya seringkali tidak terpenuhi. Kebutuhan anak-anak akan kasih sayang seorang ibu, keteladanan, dan juga perhatian mereka, seringkali terkalahkan oleh aktifitas ibu mereka di luar rumah. Akibatnya emosi, karakter, dan psikis mereka terbentuk dari lingkungan di sekitarnya tanpa ada kontrol dari kedua orang tua khususnya dari pihak ibu. Dengan demikian, seorang ibu rumah tangga yang hanya mengejar obsesi tanpa mengindahkan tugas dan kewajibannya, akan menumbuhkan suasana kehampaan dan ketimpangan di dalam rumah tangganya. Bukankah derajat kemuliaan seorang ibu tidak akan pernah tergeser karna kepatuhannya kepada sang suami atau mendidik anak-anaknya dengan baik ?, bukankah nabi pernah bersabda bahwa surga berada dibawah telapak kaki ibu ?.
Sebenarnya agama tidak melarang atau bahkan membatasi ruang gerak para wanita selama hal itu masih dalam kontek kewajaran dan bisa dipertanggungjawabkan. Wanita muslimah boleh berkarier, berwiraswasta, berpolitik dan lain sebagainya, asalkan tugas dan kewajiban utama mereka tidak terabaikan, lahan untuk beramal soleh bagi wanita tetap terbuka lebar. Dalam Al-qur’an pun telah dijelaskan bahwa Tuhan tidak melihat derajat makhluknya dari jenis kelamin, namun Allah melihat dari sisi iman dan ketaqwaannya.
Adapun masalah stagnasi wanita-wanita zaman sekarang telah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang memaksa mereka lupa akan kodratnya sebagai makhluk ciptaan tuhan yang diberi posisi sangat mulia, mereka seringkali terbujuk oleh kesenangan duniawi yang bersifat sementara, mereka hanya sibuk berhias, berlomba-lomba dalam kemewahan, bersaing demi sebuah karir yang banyak menyita waktu bersama keluarga, selalu ingin mengikuti trend mode terbaru yang terus berganti tanpa mau berhenti, bahkan tidak cukup berhenti disitu saja melainkan mereka para wanita menginginkan hak dan kewajibannya disejajarkan dengan kaum pria dengan dalih emansipasi dan sebagainya. Namun untuk menyikapi hal negatif seperti ini kaum perempuan diharapkan merenungkan kembali akan tugas dan tanggung jawab mulia yang mereka emban, kembalilah kejalan yang telah di gariskan oleh Islam dengan menjalankan semua perintah agama dan menjauhi larangannya, jadilah muslimah sejati yang mempunyai budi pekerti mulia dan luhur, selalu menjaga harkat dan martabat sebagai kaum hawa sehingga terpancarlah dari dalam jiwa mereka pesona dan wibawa yang mengagumkan, pun kaum wanita haruslah lebih memahami pentingnya keseimbangan antara hak dan tugas pribadinya. Untuk itu wanita harus pandai mengatur waktu, mengatur mana kewajiban yang lebih utama, yang lebih bermaslahat, yang lebih banyak pahalanya, haruslah diprioritaskan. Berkiblatlah kepada wanita salehah yang telah menghiasi sejarah umat islam. Di antara mereka ada nama sufiah besar Rabiah al-Adawiyah, yang banyak mengingatkan akan kematian dan api neraka, Siti Khadijah r.a, dengan kedermawanan dan pengertiannya, Aisyah r.a., isteri Rasulullah SAW. Juga ada Ummu banin, saudara Umar bin Abdul Aziz, yang berbicara tentang akhlak mulia, petuah Zajlah si ahli ibadah, Zainab binti ali bin Abi Thalib, Shofiah, SyaÂ’wanah, dan Aminah binti al-MuwarroÂ’dan lain sebagainya.
Di penghujung kata, penulis sangat berharap agar wanita-wanita muslim kelak dapat selalu berpijak pada garis yang telah di tentukan oleh agama dan hendaknya selalu waspada akan hak dan kewajiban yang telah di embannya.
Renungkanlah bait-bait dibawah ini wahai engkau muslimah!
Akal setipis rambut, tebalkan dengan ilmu
Hati seperuh kaca, kuatkan dengan iman
Perasaan sehalus kapas, hiasi dengan akhlak
Jiwa selembut sutra, balut dengan taqwa
Raga yang mempesona, iringi dengan kepribadian mulia.
Cairo, 25 Oktober ‘05
loading...
Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar