Dajjal dan Kemunculannya

Admin Saturday, December 25, 2010
Pernyataan bahwa Allah tidak buta sebelah mata adalah ungkapan simbolik Allah Maha Suci dari segala sifat yang menyamakan-NYA dengan makhluk. Ungkapan tersebut dapat di artikan dengan kekuasaan. Jadi maksud dari ungkapan tersebut adalah bahwa Allah itu tidak cacat, melainkan sempurna.

Sebaian ada yang mengatakan bahwa Dajjal itu buta matanya sebelah kanan merupakan ungkapan simbolik juga. Matanya simbolik dalam hal ini tidak hanya matanya yang buta sebelah kanan saja, tetapi juga dari al-Masih al-Dajjal itu sendiri. Dalam berbagai kitab syarah hadits di jelaskan juga bahwa al-Masih al-Dajjal, yang biasa di sebut juga dengan Dajjal, adalah makhluk yang gambaran fisiknya antara lain sebagaimana yang di sebutkan oleh berbagai matan hadits Nabi[1]. Pemahaman yang demikian adalah pemahaman secara tekstual.

Dalam kajian ini di nyatakan bahwa al-Dajjal adalah suatu ungkapan simbolik. Karenanya, di gunakanlah pemahaman secara kontekstual. Al-Dajjal dalam hal ini ialah keadaan yang penuh ketimpangan, para penguasa pada saat itu bersikap lalim, kaum dhua'fa tidak di perhatikan, amanah di khianati, dan berbagai kemaksiatan lainnya telah melanda di tengah-tengah masyarakat.[2]

Seorang khatib di sebuah masjid dengan lantang mengatakan, sebuah negara di benua Amerika sebagai dajjal. Dajjal itu symbol kezhaliman katanya berapi-api. Pendapat senada tentang simbolisasi Dajjal dengan kezhaliman, kerusakan dan sebagainya memang sangat santer terdengar di belahan bumi nusantara. Seorang profesor dari sebuah perguruan tinggi pun dengan lantang mengamini pendapat tersebut. Simak pendapat al-Maududi seperti dituturkannya dalam Rasail wa Masail halaman 57,Rasulullah menganggap bahwa Dajjal akan keluar di masa beliau atau dekat dengan masa beliau. Namun, anggapan ini telah lewat 1350 tahun silam lamanya dan beberapa abad yang panjang, tetappi Dajjal juga belum keluar. Maka anggapan Nabi itu tidak benar. Masih menurut al-Maududi, Seluruh riwayat dan hadits seputar Dajjal ternyata hanyalah logika dan pendapat beliau saja, yang mana beliau sendiri ragu akan hal itu. Sedangkan Muhammad Abduh dalam tafsir al-Manar III/317 mengatakan Bahwa Dajjal adalah simbol khurafat, kebohongan dan kerusakan. pendapat senada dikemukakan oleh Muhammad Fahim Abu Ubbiyah. Hal ini sangat mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad I/24, ad-Dani dalam al-Fitan II/23 serta dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Qishashatul al-Masih halaman 30, Ketahuilah bahwa akan ada suatu kaum setelah kalian yang mendustakan hukum rajam, Dajjal, siksa kubur, dan dikeluarkannya suatu kaum dari Neraka setelah hitam kelam. Jadi tak aneh bila pendapat di atas sangat mengemuka bahwa Dajjal itu tak lebih dari simbol kezhaliman dan kerusakan. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengatakan yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Tidak ada seorang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun kecuali telah memperingatkan ummatnya dari Dajjal yang buta. Ketahuilah bahwa Dajjal itu buta sedangkan Rabb kalian tidaklah buta dan Dajjal tertulis di antara kedua matanya ; (HR. Bukhari no. 7131 dan Muslim no. 2933) Tiga tahun sebelum kemunculan Dajjal, kata Syaikh al-Albani dalam Qishashatul al-Masih halaman 26, manusia ditimpa kelaparan yang sangat. Tahun pertama, Allah memerintahkan langit agar menahan sepertiga hujannya, menyuruh bumi agar menahan sepertiga tumbuhannya. Pada tahun kedua, Allah memerintahkan langit agar menahan dua pertiga hujannya, lalu menyuruh bumi menahan dua pertiga tumbuhannya. Kemudian tahun ketiga, Allah menyuruh langit menahan seluruh hujannya, dan menyuruh bumi menahan seluruh tumbuh-tumbuhannya. Sehingga tumbuh-tumbuhan hijau sama sekalu tidak tumbuh dan tidak ada seekor binatang pun melainkan mati, kecuali yang dikehendaki Allah. Apa yang dapat menghidupkan manusia pada saat itu? Jawabnya, Bacaan tahlil, takbir, tasbih dan tahmid, dan itu berfungsi seperti makanan bagi mereka. Menurut hadits Muslim, Dajjal akan muncul dari belahan timur yang bernama Khurasan, dari arah Khallah yang terletak antara Syam dan Irak. Ia akan membuat kerusakan ke arah kanan dan ke arah kiri. Awal kemunculannya mengklaim sebagai Nabi dan tidak ada Nabi setelahnya. Dajjal akan tinggal di bumi selama 40 hari, sehari seperti setahun, sehari seperti sebulan, sehari seperti sepekan, kemudian hari berikutnya seperti hari-hari biasa. Kemunculannya seperti diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad, Muslim, Abu Dawud dan yang lainnya, ketika manusia berselisih pendapat dan berpecah belah, saling dengki, semangat keagamaan lemah, hubungan antara yang satu dengan yang lain memburuk, serta saat orang-orang Romawi tiba di al-A’maq atau di Dabiq untuk menghadapi pasukan terbaik kaum muslimin saat itu. Sedangkan kecepatan Dajjal di atas bumi, menurut hadits Muslim no. 1252 seperti hujan yang dihembuskan angin.

Kapan Dajjal Muncul

Dajjal pasti akan muncul di tengah-tengah manusia. Sesungguhnya kemunculannya adalah benar. Adapun mengenai kemunculannya sudah dekat, maka sebagaimana dikatakan al-Bazzar dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu adalah segala sesuatu yang akan tiba adalah dekat. Ia akan muncul, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim VIII/194 dan Ibnu Hibban dalam ash-Shahih; karena ada sesuatu yang membuat dia marah dan ia tidak akan muncul, sebagaimana yang disebutkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir XX/401/953, sehingga harta warisan tidak dibagikan dan orang tidak merasa gembira mendapat harta rampasan perang.

Keberadaan Dajjal merupakan salah satu topik yang menarik dan layak kaji. Pasalnya, masalah yang satu ini sering menjadi ‘isu kondisional’ sejak dahulu kala. Simpang siur pendapat pun sering kali bergulir di tengah umat, tentunya dengan berbagai macam persepsi dan landasan berpikir yang berbeda. Tak ayal, kontroversi ini menjadikan bingung banyak orang yang notabene awam.

Sebelum menelusuri kontroversi sikap seputar Dajjal, tentunya amat penting untuk didudukkan terlebih dahulu hakikat Dajjal yang sedang dipermasalahkan ini. Karena hukum terhadap sesuatu, merupakan cabang dari penggambarannya. Bagaimana mungkin seseorang bisa menghukumi bahwa Dajjal itu ada atau tidak, sementara belum jelas baginya hakikat Dajjal yang sedang dipermasalahkan.

Hakikat Dajjal Yang Di Permasalahkan.

Dajjal yang sedang dipermasalahkan keberadaannya itu adalah seseorang dari bangsa manusia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala munculkan di akhir zaman (dengan segala kekuasaan dan hikmah-Nya), sebagai fitnah (ujian) besar bagi umat manusia di muka bumi ini1, dan sebagai salah satu pertanda kuat semakin dekatnya hari kiamat. Bentuk fisik Dajjal adalah: matanya buta sebelah (yang dengannya disebut Al-Masih), pada dahinya tertulis huruf (ك ف ر) yang berarti kafir di mana tulisan itu bisa dibaca oleh siapa saja yang di hatinya ada keimanan, berambut sangat keriting, bertubuh besar, dan sudah ada saat ini di sebuah pulau yang ada di tengah lautan (arahnya sebelah timur kota Madinah), dalam keadaan dibelenggu dengan belenggu besi yang amat kuat.

Ketika muncul, dia mengaku sebagai Allah Subhanahu wa Ta’ala (padahal sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak buta sebelah seperti dia) dan menyeru umat manusia untuk menyembah dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala kuasakan bagi Dajjal untuk membawa sesuatu seperti Jannah (surga) dan Naar (neraka). Jannah Dajjal hakikatnya adalah Naar Allah, dan Naar Dajjal hakikatnya adalah Jannah Allah.

Tempat kemunculannya kelak dari sebuah jalan yang terletak antara negeri Syam dan Irak. Dia pun akan tinggal di muka bumi ini selama 40 hari; hari pertama lamanya satu tahun, hari kedua lamanya satu bulan, hari ketiga lamanya satu pekan, hari keempat dan seterusnya lamanya seperti hari-hari biasa (24 jam). Allah Subhanahu wa Ta’ala kuasakan pula baginya kemampuan untuk mengelilingi dunia dengan sekejap seiring dengan berhembusnya arah angin (kecuali kota Makkah dan Madinah, tak mampu dimasukinya karena dijaga oleh para malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala). Sebagaimana pula Allah Subhanahu wa Ta’ala kuasakan baginya hal-hal aneh lainnya yang tak dimampui oleh manusia biasa.

Kemudian terjadilah pertempuran yang dahsyat antara Dajjal berikut pengikutnya melawan pasukan Islam yang dipimpin oleh Al-Imam Mahdi yang diperkuat oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan dari langit. Akhirnya Dajjal tewas dibunuh oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam di daerah Bab Ludd, Palestina.

BARZAKH
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَة[3]

SYARAH HADITS

Perkataan : ِ  ( إن كان من أهل الجنة فمن أهل الجنة ) bersatu di dalamnya lafadz  syarat dan balasan yang harus di hubungkan dengan takdir. Al-Turabusti berkata : takdir apabila temasuk dari orang-orang Ahli Syurga, maka tempatnya adalah tempat-tempat Ahli Syurga begitu juga sebaliknya, apabila termasuk dari orang-orang Ahli Neraka maka tempatnya adalah tempat-tempat Ahli Neraka. Dan al-Thaibi berkata : lafadz syarat dan balasan apabila bersatu maka menunjukkan kepada suatu kemuliaan. Maksudnya adalah Ia berpendapat bahwa setelah ba'ts, termasuk dari kemuliaan Allah dan apabila terlupa tempat tersebut maka telah selesai. Dan menurut Muslim dengan lafadz : " إن كان من أهل الجنة فالجنة " atau maksudnya adalah "Syurga" maka pada Hadits ini penetapan kepada Azab kubur, dan sesungguhnya ruh tidak fana dengan fananya jasad, karena sesuatu yang di lahirkan itu tidak terjadi kecuali dia hidup. Ibn Abd al-Bari berkata : itu menunjukkan dalil bahwasannya ruh (arwah) adalah halaman kubur kemudian ia berkata : maknanya menurut dia adalah sesungguhnya arwah telah ada pada halaman kuburnya dan tidak membedakan halaman, akan tetapi arwah tersebut seperti yang di katakan Malik bahwa ia telah sampai dan sesungguhnya arwah tersebut telah mendapatkannya, dan juga arwah tersebut pergi seketika ia menghendakinya. Dan perkataannya : ( حتى يبعثك الله يوم القيامة ) dalam riwayat muslim dari Yahya Bin Malik adalah " sampai Allah membangkitkanmu hingga Hari Kiamat" dan Ibn Abd al-Birri bercerita di dalamnya terdapat perbedaan di antara Shahabat-shahabat Malik, dan yang paling banyak meriwayatkan seperti riwayat Bukhari dan Ibn Qasim meriwayatkan seperti riwayat Muslim, kemudian berkata : makna dari sampai Allah membangkitkan kamu hingga tempat tersebut, barangkali Dhamirnya kembali kepada Allah, maka kepada Allah lah kembalinya segala perkara.

Dalam kitab syarah Muslim dijelaskan tentang barzakh bahwa Madzhab Ahli Sunnah menetapkan bahwa barzakh adalah azab kubur sebagaimana yang telah jelas dalil-dalilnya dalam kitab dan sunnah. Dan Allah SWT befirman :

{ النار يعرضون عليها غدوا وعشيا . . . } الآية

Dan di jelaskan dalam hadits-hadits Shahih dari Rasulullah SAW dari riwayat semua shahabah dalam mawathin yang banyak, dan tidak ada yang tidak logic dalam akal bahwa Allah SWT mengembalikan kehidupan dalam bagian dari jasad, dan kemudian mengadzabnya, dan apabila tidak di terima oleh akal bahwa Syara' telah menetapkan wajib untuk menerimanya dan percaya kepadanya, dan telah di sebutkan Muslim di sini hadits-hadits yang banyak dalam penetapan azab kubur, dan pendengaran Nabi SAW suara siapa saja yang di azab di dalamnya. Dan pendengaran orang yang mati mengetok kasut yang menguburkannya. Dan perkataan Nabi bahwa "antum lebih mendengar daripada mereka" dan pertnyaan dua Malaikat maut, dan jawaban untuk mereka, dan pasport baginya di dalam kubur. Maksudnya bahwa penetapan Madzhab Ahli Sunnah  tentang azab kubur seperti yang telah di jelaskan yang berbeda dengan Khawarij dan pembesar Mu'tazilah, dan lain sebagainya. Kemudian yang di azab bagi Ahli Sunnah adalah jasad setelah kembalinya ruh kepada jasad tersebut dan bagian dari jasad tersebut. Dan di sini Muhammad Bin Jarir dan kumpulannya berbeda pendapat mereka menyatakan bahwa tidak ada syarat kembalinya ruh berkata ashhabuna : ini salah.  Karena sakit dan perasaan itu ada ketika hidup. Maka seperti Allah mengembalikannya untuk hari kiamat dan Allah dapat melakukan hal tersebut, dan begitu juga kembalinya kehidupan kedalam bagian darinya atau bagian-bagiannya. Dan sesungguhnya dimakan oleh binatang yang buas dan dua ular, dan kami menyaksikan mayit atas keadaan mereka di dalam kuburnya.

Kalimat ( عرض عليه مقعده ) ialah di tunjukkan kepadanya tempat yang khusus dari syurga dan neraka. Qurthubi berkata : sesuatu yang lahir itu terjadi kepada ruh saja, dan juga boleh terjadi kepada bagian dari bagian dari badan.

Kalimat ( من أهل الجنة فمن أهل الجنة )  al-Taurabusti berkata : itu adalah takdir apabila dari ahli syurga maka tempatnya dari tempat-tempat ahli syurga yang di lahirkan darinya dan bagi Muslim dengan lafadz, apabila dari ahli syurga maka syurga itu sendiri atau tempat yang di buat/di lahirkan kepada kamu, tempat kamu sampai di bangkitkan Allah kembali. Al-Hafidz berkata di dalam al-Fath riwayat Muslim dari Yahya dari Malik samapai di bangkitkan oleh Allah pada hari kiamat berkata Ibn 'Abd al-Bar : makna sampai di bangkitkan oleh Allah kepada tempat tersebut boleh jadi dhamirnya kembali kepada Allah, maka kepada Allah lah kembalinya segala urusan.

KIAMAT
حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُم[4]ْ

SYARAH HADITS
Di riwayatkan Sulaiman dia adalah Ibn Bilal, perkataan ( يعرق الناس ) dengan ra' fath, dan kasrah ketika fi'il Madhi, perkataan :

( يوم القيامة حتى يذهب عرقهم في الأرض سبعين ذراعا , ويلجمهم العرق حتى يبلغ آذانهم )  dalam riwayat Ismail dari jalan Ibn Wahab, dari Sulaiman Bin Balan " سبعين باعا " dan dari riwayat Muslim dari jalan al-Darurady dari Tsauri :

" وإنه ليبلغ إلى أفواه الناس أو إلى آذانهم شك ثور "  dan datang dari Abdullah Bin UmarBin 'Ashi bahwasannya yang terkekang keringat adalah orang-orang kafir di riwayatkan Baihaq fi al-Ba'tsi dengan sanad yang hasan. Dan juga berkata : "yang sangat kesusahan pada hari itu adalah orang kafir sampai-sampai mereka di kekang dengan keringat mereka, dan mereka berkata: maka dimana orang-orang Mukmin? Berkata : mereka ada di atas kursi-kursi yang terbuat dari emas dan di teduhi dengan awan" dengan sanad yang kuat dari Abi Musa bekata: "Matahari di atas kepala-kepala manusia pada hari Kiamat dan amalan-amalan mereka yang meneduhi mereka" di riwayatkan Ibn Mubarak fi al-Zihad dan Ibn Abi Syaibah fi al-Musannaf dan lafadz dengan sanad yang bagus. dari Salman berkata : di berikan Matahari pada hari Kiamat yang panasnya 10 tahun. Dan Ibn Mubarak menambahkan dalam riwayatnya : yang mana panas tersebut tidak membahayakan orang mukmin dan mukminah. Qurthubi berkata : maksud dari Iman yang sempurna ketika di tunjukkan hadits al-maqdaad  dan selainnya bahwa mereka berfatwa dalam hal itu adalah dengan hitungan amalan-amalan mereka.dan dalam Hadits Ibn Mas'ud bersama al-Thabrani dan Baihaqi " sesungguhnya laki-laki akan melimpah keringatnya sampai mengalir di tanah kemdian naik sampai mengenai hidungnya. Dan dalam riwayatnya bagi Abi Ya'la dan di benarkan oleh Ibn Hibban : bahwa laki-laki akan sangat berkeringat pada hari kiamat, sampai-sampai mereka berkata : Ya Tuhan campakkanlah aku walaupun ke dalam Neraka. Dan di riwayatkan Muslim juga dari hadits Samrah : bahwa sebagian mereka masuk Neraka sampai dengkulnya, dan sebagian mereka masuk Neraka sampai pembatasnya, dan dalam riwayat lain sebagian mereka masuk ke Neraka sampai ke batang lehernya.dan ini menndakan bahwa Neraka di dalamnya terdapat Majaz dengan sangat kesusahan. Sedangkan orang-orang kafir sesungguhnya mereka di dalam keadaan sengsara. Syeik Abu Muhammad Bin Abi Jamrah : kedzahiran hadits itu adalah keumuman bagi manusia, akan tetapi hadits-hadits lain menunjukkan bahwa sesungguhnya Khusus bagi sebagian. Dan Allah memberikan pengecualian bagi para Nabi-Nabi dan Syuhada, dan orang –orang yang di kehendaki Allah. Dan yang sengsara dalam keringat mereka adalah orang-orang Kafir, para penguasa kemudian setelah itu orang-orang Muslim yang mana mereka sangat sedikit, di bandingkan dengan orang kafir.

NERAKA
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ نَعْلَانِ وَشِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ كَمَا يَغْلِ الْمِرْجَلُ مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ مِنْهُ عَذَابًا وَإِنَّهُ لَأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا[5]

SYARAH HADITS
Perkataan Nabi SWA :
( أهون أهل النار عذابا من له نعلان وشراكان من نار يغلي منهما دماغه كما يغلي المرجل )

Kata Syirak dengan Syin kasrah adalah salah seorang yang berjalan dengan sandal yang terdapat di atas kepalanya dan di atas kakinya. Dan air yang mendidih itu di ketahui bahwa sangat bergoyang dan sebagainya di atas Neraka karena sangat bernyala. Di katakan : mendidihnya sesuatu itu di didihkan dengan menggelegak.

Sedangkan ( المرجل ) dengan mim kasrah dan jim fath adalah sesuatu yang di ketahui sama seperti dari besi atau batu atau tembaga, dan tembikar. Dan ini adalah yang benar. Dan berkata Shahhib al-Mathali'  dikatakan bahwa itu adalah sesuatu yang tebuat dari tembaga yang khusus dengan mim zaidah. dan dalam hadits ini dan apa-apa yang menyamakannya dibenarkan dengan fatwa-fatwa Azab bagi Ahli Neraka dan juga fatwa-fatwa nikmat bagi Ahli Syurga.

Setelah melakukan takhrij hadits terdapat bahwa hadits tentang Neraka ini terdapat dalam kitab-kitab lainnya seperti dalam kitab al-Bukhari, Ahmad, dan Turmudzi yang kemudian di ambil syarah dari masing-masing kitab tersebut sebagaiman yang di jelaskan berikut, akan tetapi dalam kitab syarah pada kitab Ahmad belum di temukan syarahnya, jadi hanya ada syarah dalam kitab Muslim, Bukhari dan Ahmad.

Dalam di kitab Syarah al-Bukhari dari hadits Nu'man Bin Basyir, dia meriwayatkan dengan dua alasan lebih tinggi dari yang lain. Dan dari riwayat Yahya Bin Adam dari Israil dari Abi Ishaq, saya mendengar dari Nu'man Bin Basyir al-Anshari berkata : lafadz ( أهون أهل النار عذابا ) Ibn Tail berkata : barang kali seperti yang di maksudkan dengan Abu Thalib saya katakan bahwa saya telah menjelaskan kisah Abi Thalib pada masa Nabi bahwa dalam hadits Ibn Abbas bagi Muslim yang membenarkan seperti itu lafadznya adalah yang termasuk Ahli Neraka adalah Abu Thalib.

Dan di dalam kitab syarah al-Turmudzi perkataan/lafadz ( إن أهون أهل النار ) atau yang memudahkan mereka Ibn Tayyan berkata : yang di maksudkan di situ adalah Abu Thalib Hafidz berkata : dan saya telah menjelaskan seperti dalam kisah Abi Thalib pada masa Nabi bahwa dalam hadits Ibn Abbas bagi Muslim yang membenarkan seperti itu lafadznya adalah yang termasuk Ahli Neraka adalah Abu Thalib. Dan Nabi SAW bersabda : bahwa yang mudah untuk di katakan Ahli Neraka adalah Azab bagi Abi Thalib dan dia bersandal dengan du sandal yang mendidih dari dua sandal tersebut otak/benaknya.

SYURGA
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَاللَّفْظُ لِإِسْحَقَ قَالَا أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ قَالَ الثَّوْرِيُّ فَحَدَّثَنِي أَبُو إِسْحَقَ أَنَّ الْأَغَرَّ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَأَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُنَادِي مُنَادٍ إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلَا تَسْقَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلَا تَمُوتُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلَا تَهْرَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلَا تَبْأَسُوا أَبَدًا فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمْ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ[6]

SYARAH HADITS
Perkataan ( ينادي مناد ) atau di dalam syurga  ( إن لكم )dengan hamzah kasrah atau perkataan ( أن تحيوا ) dengan ya' fath atau sering menjadi hidup, ( أن تصحوا ) dengan shad kasrah dan ha' tasydid atau badan sering (selalu) sehat, ( أن تشبوا ) dengan syin kasrah dan tasydidi atau tetap menjadi pemuda, ( أن تنعموا )  dengan 'ain fath atau tetap di berikan kepada kalian nikmat, ( فلا تبأسوا )  atau kalian tidak menerima kekuatan dalam keadaan apapun.   
[1] Lihat ibid, dan Sunan Abi Daud.
[2] Frof. Dr. H. M. Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Yang Tekstual dan Kntekstual,(Jakarta : PT Bulan Bintang) hlm. 18-19
[3] Hadis Riwayat Bukhari, Shahih bukhari, Kitab Zana-ij, No. 1290, CD Mawsu'ah al-Hadits al-Syarif, Global Islamic Softwer.
[4]Hadis Riwayat Bukhari, Shahih bukhari, Kitab-Riqaq, No. 6051, CD Mawsu'ah al-Hadits al-Syarif, Global Islamic Softwer.
[5] Hadis Riwayat Muslim, Shahih Muslim, Kitabal-Iman , No. 314, CD Mawsu'ah al-Hadits al-Syarif, Global Islamic Softwer.
[6] Hadis Riwayat Muslim, Shahih Muslim, Kitab al-Jannah wa Sifah Na'imiha wa Ahliha, No. 5069, CD Mawsu'ah al-Hadits al-Syarif, Global Islamic Softwer.
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar