MUNAFIK DALAM AL-QURAN

Admin Sunday, November 28, 2010

BAB I
Pendahuluan

Munafik merupakan sifat tercela yang dapat membuat seseorang tertipu. Hal ini dikarenakan mereka (orang-orang munafik) menampakkan hal yang berbeda dengan keyakinannya. Mereka melakukan hal itu hanyalah untuk kepentingan duniawi atau untuk mendapat keuntungan sesaat. Dari gambaran ringkas ini, kita dapat mengatakan bahwa munafik adalah tindakan pengecut yang dilakukan oleh orang-orang yang takut kehilangan kesenangan mereka jika menampakan perbuatan mereka yang sebenarnya.
Dalam makalah ini, penulis memulai pembahasan dari pengertian munafik secara etimologi & terminology, kemudian disusul dengan perincian jumlah bentuk kata munafik dalam al-Qur’an, Ayat yang berkaitan beserta penafsirannya, hadits yang berkaitan dengan tema ini, sifat-sifat kemunafikan dan terakhir adalah macam-macam orang munafik.
Demikianlah penulis menyusun makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah tafsir pada akhir semester. Walaupun demikian, penulis beranggapan bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis sangat berharap sekali akan saran dan masukan dari para pembaca.













BAB II
Pembahasan

A.    Pengertian ‘Munafiq’
منافق adalah isim fa’il dari نافق yang asalnya dari kata نفق. Di dalam kitab  Mufradat Alfadhil Qur’an (مفردات الفاظ القران) bahwa ma’na نفق adalah sebagai berikut:[1]
1.      نفق : نفد, مضي ‘ nafaqa’ yang berarti habis, maka habis di sini dapat diartikan dengan ma’na yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya. Di bawah adalah contoh-contok yang menunjukkan makna “habis” yang berbeda-beda, yaitu:
·      Apabila dalam konteks jual-beli maka artinya adalah laris, contoh:البيع نفاقا  نفق artinya adalah jual beli tersebut laris.
·      Apabila dihubungkan dengan makhluk maka yang dimaksud ‘habis’ adalah kematian (الموت), contoh: نفقت الدابة نفوقا artinya adalah binatang-binatang melata itu mati.
·      Apabila dihubungkan dengan benda maka yang dimaksud dengan “nafaqa” di sini adalah  punah yang dalam bahasa Arabnya adalah الفناء , contoh:  الدراهم نفقت , artinya dirham-dirham tersebut telah habis.
2.      نفق : النفاق   apabila ‘nafaqa’ bermakna “an-nifaq”  maka maksudnya adalah orang munafik yaitu orang yang masuk ke dalam syari’at pada pintu tertentu dan keluar dari pintu yang lain. Sebagaimana dalam surat at-Taubah : 67, yaitu:
   الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama. Mereka memerintahkan kepada kemunkaran dan melarang dari kebaikan dan mereka menggenggam tangan mereka. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah pun telah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik adalah orang-orang yang fasik.”
Maksud dari المنافقون  pada ayat di atas adalah orang-orang yang keuar dari syari’at Islam. Dalam kitab “Lisanul ‘Arab” telah disebutkan bahwa نافَقَ يُنافِق مُنافقة ونِفاقاً وهو مأْخوذ من النافقاء لا من النَّفَق وهو السَّرَب  maksudnya adalah lafadh ‘naafaqa’ berasal dari kata an-naafiqa’ yang berarti lubang. Yang dimaksud lubang di sini adalah lubang yang dijadikan tempat persembunyian. Pada masa rasulullah, banyak orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Inilah yang disebut dengan munafik dalam agama.[2] Akan tetapi, inti dari kemunafikan adalah menampakan sesuatu yang berbeda dengan hal yang terdapay dalam hati.
Dari uraian-uraian di atas kita dapat menari kesimpulan bahwa  lafadz “nafaqa” memiliki beberapa ma’na, yaitu:
·     نفد : habis
·     راج : ramai atau laris 
·     مات: mati
·     المصروف: membelanjakan atau menginfakan
·     السرب: lubang
·     الفناء: Punah
Akan tetapi, yang dimaksud dengan “nafaqa” di sini adalah yang berma’na lubang yang dicirikan sebagai prilaku orang-orang munafik yang menyembunyikan kebenaran sesuatu dalam hatinya dan menampakkan hal yang tidak sebenarnya.






B.   Bentuk Kata ‘Munafik’ dalam Al-Qur’an & Perincian Jumlahnya


1.      منافق        : 0
2.      ومنافق      : 0
3.      المنافق      : 0
4.      والمنافق     : 0
5.      المنافقون    : 7
6.      والمنافقون  : 0
7.      المنافقين    : 15
8.      والمنافقين    : 4
9.      المنافقات     : 0
10.  والمنافقات   : 5
11.  النفاق         : 1
12.  والنفاق       : 0
13.  نافقوا         : 2
14.  ونافقوا       : 0


Dalam hal ini, penulis belum dapat memastikan jumlah secara keseluruhan dari bentuk-bentuk kata munafik di dalam al-Qur’an.
                                                   
C.    Beberapa Ayat Al-Qur’an Tentang Munafik Beserta Penafsirannya

1.      Surat Al-Munafiquun: 1

#sŒÎ) x8uä!%y` tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# (#qä9$s% ßpkôtR y7¨RÎ) ãAqßts9 «!$# 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ y7¨RÎ) ¼ã&è!qßts9 ª!$#ur ßpkôtƒ ¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# šcqç/É»s3s9 ÇÊÈ  
Artinya: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.”
Ada beberapa penafsiran  lafadz  “Munafiq” yang terdapat pada ayat di atas, di antaranya yaitu:
1)   Berdasarkan tafsir At-Thabari
Yang dimaksud dengan orang munafik pada ayat di atas adalah orang yang bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Padahal mereka tidak meyakini dan mereka tidak beriman terhadap  demikian itu. Oleh karena itulah, Allah menggolongkan meereka ke dalam orang-orang yang berdusta.
2)   Bedasarkan tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa  yang disebut munafik pada ayat di atas adalah seseorang yang ikut berbincang-bincang tentang Islam bersama rasulullah saw. Padahal, batinnya tidak demikian. Berdasarkan pemahaman saya, munafik menurut Ibnu Katsir adalah seseorang yang berbincang-bincang tentang Islam supaya dikira bahwa ia suka dalam perbincangan itu. Padahal, hatinya menunjukan hal yang sebaliknya.
3)   Berdasarkan tasir Ar-Razy
Ar-Razy menjelaskan bahwa lafadh munafik di atas ditunjukan kepada Ibn Ubay dan sahabat-sahabatnya. Mereka selalu menyembunyikan suatu kebenaran. Ketika ada berita (tentang Islam) datang kepadanya, maka mereka selalu menyalahi di dalam hatinya . Itulah yang disebut kadzib atau bohong. Kadzib atau bohong adalah pertentangan antara al-wujud  al-lafdhiy (keadaan lafadh) dengan al-wujud az-dzihniy (keadaan hati) sebagaimana kebodohan yang diibaratkan dengan pertentangan antara al-wujud az-dzihniy dengan al-wujud al-khorijiy. Allah menyebut mereka pembohong ketika mereka berkata :
!$#Aqßts9 y7¨RÎ)pkôtR” .Itu disebabkan karena keyakinan mereka berbeda dengan ucapan mereka sehingga Allah berfirman:
ª!$#ur. ßpkôtƒ ¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# šcqç/É»s3s9  
4)   Berdasarkan tafsir Haqqi
Di dalm tafsir ini, dijelaskan tentang asbabun nuzul dari ayat di atas, yaitu : “Tatkala Islam mencapai kejayaan pada masa rasulullah, beliau berkunjung ke Madinah. Pada saat itu, banyak umat Islam yang berada di Madinah yang di antaranya adalah suku Aus dan Khozraz. Apabila mereka bertemu dengan nabi, mereka selalu menampakkan keimanan dengan tujuan supaya mereka tidak diperang oleh umat Islam yang pada saat itu sedang mencapai kejayaan. Dengan demikian, mereka tetap dapat menikmati kemegahan yang mereka rasakan selama ini dan  harta mereka selamat. Begitulah, asbabun nuzul surat Al-Munafiquun: 1 sehingga Allah menyebutkan sifat-sifat mereka supaya kita berhati-hati terhadap tipuan mereka.

2.      Surat At-Taubah: 67
tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# àM»s)Ïÿ»oYßJø9$#ur OßgàÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ 4 šcrããBù'tƒ Ìx6ZßJø9$$Î/ šcöqpk÷]tƒur Ç`tã Å$rã÷èyJø9$# šcqàÒÎ6ø)tƒur öNåkuÏ÷ƒr& 4 (#qÝ¡nS ©!$# öNåkuŽÅ¡t^sù 3 žcÎ) tûüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# ãNèd šcqà)Å¡»xÿø9$# ÇÏÐÈ  
“ Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.”

5)   Versi Tafsir At-Thabari
Penafsiran lafadh munafik dalam ayat Al-Muanafiqun: 1 dengan At-Taubah: 67 versi At-Tabari tidak berbeda jauh, yaitu:
وهم الذين يظهرون للمؤمنين الإيمانَ بألسنتهم، ويُسِرُّون الكفرَ بالله ورسوله
6)   Versi Tafsir As-Sa’diy
Ada beberapa ciri orang munafik yang telah disebutkan pada ayat di atas, yaitu:
-      Memerintahkan kemunkaran
-      Melarang kebaikan
-      Menahan diri untuk bersadaqah & menuju jalan kebaikan
-      Mereka hanya sedikit mengingat Allah.



øŒÎ) ãAqà)tƒ tbqà)Ïÿ»oYßJø9$# šúïÏ%©!$#ur Îû NÎgÎ/qè=è% íÚt¨B §xî ÏäIwàs¯»yd óOßgãYƒÏŠ 3 `tBur ö@ž2uqtGtƒ n?tã «!$#  cÎ*sù ©!$# îƒÍtã ÒOÅ6ym ÇÍÒÈ  
49. (ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

âxøts šcqà)Ïÿ»uZßJø9$# br& tA¨t\è? óOÎgøŠn=tæ ×ouqß Nßgã¥Îm;uZè? $yJÎ/ Îû öNÍkÍ5qè=è% 4 È@è% (#ÿrâäÌöktJó$# žcÎ) ©!$# ÓlÍøƒèC $¨B šcrâxøtrB ÇÏÍÈ  
64. orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.

tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# àM»s)Ïÿ»oYßJø9$#ur OßgàÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ 4 šcrããBù'tƒ Ìx6ZßJø9$$Î/ šcöqpk÷]tƒur Ç`tã Å$rã÷èyJø9$# šcqàÒÎ6ø)tƒur öNåkuÏ÷ƒr& 4 (#qÝ¡nS ©!$# öNåkuŽÅ¡t^sù 3 žcÎ) tûüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# ãNèd šcqà)Å¡»xÿø9$# ÇÏÐÈ  
67. orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya[648]. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.

[648] Maksudnya: Berlaku kikir

ô`£JÏBur /ä3s9öqym šÆÏiB É>#tôãF{$# tbqà)Ïÿ»oYãB ( ô`ÏBur È@÷dr& ÏpuZƒÏyJø9$# ( (#rߊttB n?tã É-$xÿÏiZ9$# Ÿw ö/àSßJn=÷ès? ( ß`øtwU öNßgßJn=÷ètR 4 Nåkæ5ÉjyèãZy Èû÷üs?§¨B §NèO šcrŠtム4n<Î) A>#xtã 8LìÏàtã ÇÊÉÊÈ  
101. di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu[657] itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) kamilah yang mengetahui mereka. nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.

[657] Maksudnya: orang-orang Badwi yang berdiam di sekitar Madinah.


D.    Hadits Tentang Tanda-Tanda Orang Munafik
 حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا عبدالله بن نمير ح وحدثنا ابن نمير حدثنا أبي حدثنا الأعمش ح وحدثني زهير بن حرب حدثنا وكيع حدثنا سفيان عن الأعمش عن عبدالله بن مرة عن مسروق عن عبدالله بن عمرو قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم  : أربع من كن فيه كان منافق خالصا ومن كانت فيه خلة منهن كانت فيه خلة من نفاق حتى يدعها إذا حدث كذب وإذا عاهد غدر وإذا وعد أخلف وإذا خاصم فجر غير أن في حديث سفيان وإن كانت فيه خصلة منهن كانت فيه خصلة من النفاق
Ada 4  tanda orang munafik pada hadits di atas, yaitu:
· Apabila ia berbicara, ia berdusta
· Apabila ia berjanji, ia melanggar
· Apabila ia berjanji, ia mengingkari
· Apabila ia bermusuhan, ia melakukan kedustaan


E.     Klasifikasi Sifat-Sifat Orang Munafik dalam Al-Qur’an[3]
1.      Iman di mulut, kafir di hati
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB ãAqà)tƒ $¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ÌÅzFy$# $tBur Nèd tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÑÈ  
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
2.      Menipu diri sendiri dengan tidak disadari
šcqããÏ»sƒä ©!$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä $tBur šcqããyøƒs HwÎ) öNßg|¡àÿRr& $tBur tbráãèô±o ÇÒÈ  
“ Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
3.      Kelihatannya memperbaiki, sebenarnya merusak.
#sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% öNßgs9 Ÿw (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ß`øtwU šcqßsÎ=óÁãB ÇÊÊÈ  
“ Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi[24]". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan."
4.      Lidahnya bercabang dua
#sŒÎ)ur (#qà)s9 tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqä9$s% $¨YtB#uä #sŒÎ)ur (#öqn=yz 4n<Î) öNÎgÏYŠÏÜ»ux© (#þqä9$s% $¯RÎ) öNä3yètB $yJ¯RÎ) ß`øtwU tbrâäÌöktJó¡ãB ÇÊÍÈ  
“ Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok."
5.      Manis di mulut, pahit di hati
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB y7ç6Éf÷èム¼ã&è!öqs% Îû Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ßÎgô±ãƒur ©!$# 4n?tã $tB Îû ¾ÏmÎ6ù=s% uqèdur $s!r& ÏQ$|ÁÏø9$# ÇËÉÍÈ  
“ Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (QS. Al-Baqarah: 204)
6.      Lain di mulut, asing di hati
!$tBur öNä3t7»|¹r& tPöqtƒ s)tGø9$# Èb$yèôJpgø:$# ÈbøŒÎ*Î6sù «!$# zNn=÷èuÏ9ur tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÊÏÏÈ   zNn=÷èuÏ9ur tûïÏ%©!$# (#qà)sù$tR 4 Ÿ@ŠÏ%ur öNçlm; (#öqs9$yès? (#qè=ÏG»s% Îû È@Î6y «!$# Írr& (#qãèsù÷Š$# ( (#qä9$s% öqs9 ãNn=÷ètR Zw$tFÏ% öNä3»oY÷èt7¨?^w 3 öNèd Ìøÿà6ù=Ï9 >ͳtBöqtƒ Ü>tø%r& öNåk÷]ÏB Ç`»yJƒM~Ï9 4 šcqä9qà)tƒ NÎgÏdºuqøùr'Î/ $¨B }§øŠs9 Îû öNÍkÍ5qè=è% 3 ª!$#ur ãNn=÷ær& $oÿÏ3 tbqßJçFõ3tƒ ÇÊÏÐÈ  
166. Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, Maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.
167. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". mereka berkata: "Sekiranya Kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah Kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. Ali Imran: 166-167)
7.      Benci dan berpura-pura
öNçFRr'¯»yd ÏäIw'ré& öNåktXq7ÏtéB Ÿwur öNä3tRq6Ïtä tbqãYÏB÷sè?ur É=»tGÅ3ø9$$Î/ ¾Ï&Íj#ä. #sŒÎ)ur öNä.qà)s9 (#þqä9$s% $¨YtB#uä #sŒÎ)ur (#öqn=yz (#qÒtã ãNä3øn=tæ Ÿ@ÏB$tRF{$# z`ÏB Åáøtóø9$# 4 ö@è% (#qè?qãB öNä3ÏàøŠtóÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# 7LìÎ=tæ ÏN#xÎ/ ÍrßÁ9$# ÇÊÊÒÈ  
Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, Padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada Kitab-Kitab semuanya. apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.” (QS. Ali Imran : 119)
8.      Tiada menepati janji
* öNs9r& ts? n<Î) šúïÏ%©!$# (#qà)sù$tR tbqä9qà)tƒ ÞOÎgÏRºuq÷z\} tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. ô`ÏB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# ÷ûÈõs9 óOçFô_Ì÷zé&  Æy_ã÷uZs9 öNä3yètB Ÿwur ßìÏÜçR óOä3ŠÏù #´tnr& #Yt/r& bÎ)ur óOçFù=Ï?qè% ö/ä3¯RuŽÝÇYuZs9 ª!$#ur ßpkôtƒ öNåk¨XÎ) tbqç/É»s3s9 ÇÊÊÈ  
“ Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya Kamipun akan keluar bersamamu; dan Kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti Kami akan membantu kamu." dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.”(al-Hasyr: 11)

9.      Dalam gelap gulita, ia tidak menampakkan hal-hal yang baik


öNßgè=sVtB È@sVyJx. Ï%©!$# ys%öqtGó$# #Y$tR !$£Jn=sù ôNuä!$|Êr& $tB ¼ã&s!öqym |=ydsŒ ª!$# öNÏdÍqãZÎ/ öNßgx.ts?ur Îû ;M»yJè=àß žw tbrçŽÅÇö6ムÇÊÐÈ  
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”(QS. Al-Baqarah: 17)
10.  Berhanyut-hanyut dalam kedurhakaan
ª!$# äÌöktJó¡o öNÍkÍ5 ÷LèeßJtƒur Îû öNÎgÏY»uŠøóèÛ tbqßgyJ÷ètƒ ÇÊÎÈ  
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”(QS. Al-Baqarah: 15)


F.      Macam-Macam Kemunafikan[4]
¨    Nifaq I’tiqadi (berkaitan dengan keyakinan), dinamakan juga nifaq akbar (kemunafikan besar), yaitu menampakan keimanan dan menyembunyikan kekufuran. Nifaq I’tiqadi ini dapat mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Apabila pelakunya tetap melakukannya, kemudian meninggal sebelum ia bertaubat. Allah SWT. berfirman dalam surat an-Nisa’:145 yang berbunyi:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditetapkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.”
Di antara sifat mereka adalah bahwa mereka orang-orang yang beriman dan mengejek mereka, mereka membantu orang-orang kafir dalam melawan orang-orang Islam, dan mereka mengerjakan amal soleh karena menginginkan kepentingan dunia.
¨    Nifaq ‘Amali (berkaitan dengan perbuatan) yang juga dinamakan nifaq ashghar (kemunafikan kecil). Munafik jenis ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Namun, jika ia tidak segera bertaubat maka ia dalam kondisi yang membahayakan karena hal itu dapat menghantarkannya kepada nifaq akbar. Ciri-ciri nifaq ‘amali adalah jika ia berbicara maka ia berbohong, jika ia berjanji maka ia mengingkari, jika ia bermusuhan maka ia akan melakukan kefasikan, jika ia melakukan perjanjian maka ia melanggar dan jika ia diberi amanat maka ia akan berkhianat. Oleh karena itulah, para sahabat sangat khawatir terhadap nifaq ‘amali, Ibnu Abi Mulaykah rh. berkata: “Saya menjumpai tiga puluh orang sahabat rasulullah saw., masing-masing khawatir bila kemunafikan muncul dalam dirinya”. Ibrahim At-Taimy rh. berkata: “Tidaklah aku mencocokan perkataanku dengan perbuatanku kecuali disebabkan oleh kekhawatiranku untuk menjadi orang yang pembohong.” Hasan Al-Bashri rh. berkata: Tidak ada yang mengkhawatirkan kemunafikan kecuali orang mu’min dan tidak ada yangmerasa aman darinya kecuali orang munafik”.






















                                    BAB III
                                    Penutup
Dari uraian di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa alangkah tercelanya sifat-sifat orang munafik. Allah pun telah banyak memberikan peringatan kepada orang-orang yang beriman supaya berhati-hati terhadap mereka. Mereka menipu orang-orang beriman dengan cara yang sangat keji hanya karena kepentingan duniawi mereka.
Munafik di atas termasuk munafik i’tiqadi yang menyebabkan keislaman yang mereka lakukan tidak dianggap. Adapun munafik ‘amali tidak dapat menyebabkan seseorang keluar dari agama Islam, karena kemunafikan di sini tidak berkaitan dengan keyakinan.
Demikianlah sekelumit pembahasan tentang orang-orang munafik. Bagi penulis, pembahasan munafik perlu dibahas lebih mendalam karena pembahasan ini merupakan pembahasan yang erat kaitannya dengan pembentukkan kepribadian seseorang. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah cukup memuaskan pemahaman kita tentang tema ini. Namun, penulis telah berusaha untuk menyajikan pembahasan yang dapat membongkar pemahaman kita tentang hakikat sifat “Munafik”. Penulis pun berharap makalah ini dapat memberikan manfa’at kepada kita dalam menuju kepada  kepribadian yang lebih baik. Amiin.


[1]  Mufradat Alfaadhil Qur’an dalam CD ROM Maktabh as-Syamilah, (Pustaka Ridwana, 2008).
[2]  Lisanul ‘Arab dalam CD ROM Maktabah As-Syamilah (Pustaka Ridwana: 2008).
[3] Fakhruddin Hs., Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), hlm. 130-140.
[4]  Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir dari Al-Qur’an Al-Karim juz (28, 29, 30), hlm. 93.
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar