Teori Tradisional dan Teori Struktural dalam Filsafat

Admin Friday, December 24, 2010

Teori Tradisional

Teori ini berdasarkan pola pemikiran secara filosofsi. Munculnya teori ini Aritoteles yang kita kenal sebagai filosof-filosof besar Yunani. Walaupun sebenarnya teori tradisonal ini baru berkembang setelah zaman Yunani berlaku.

Adapun ciri-ciri teori tradisional tersebut adalah sebagai berikut
1. bertolak dari pola pikir secara filosofis

2. tidak membedakan bahasa dan tulisan. Teori ini mencampur adukkan pengertian bahasa (dalam arti yang sebenarnya) dan tulisan (perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan demikian secara otomatis juga mencampur adukkan pengertian bunyi dan huruf

3. senang bermain dengan definisi. Cara ini merupakan pengaruh dari berpikir secara deduktif. Semua istilah diberi definisi terlebih dahulu, dan selanjutnya diberi contoh, yang kadang-kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-kenyatan bahasa yang kemudian dianalis dan simpulkan. Yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis.

4. pemakaian bahasa berkiblat dan berpola pada kaedah. Kaedah bahasa yang telah mereka susun dalam suatu bentuk buku tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran kaedah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela. Tata bahasa yang dipakai ini biasa disebut tata bahasa normatif dan tata bahasa preskriptif.

5. level-level gramatik belum ditata secara rapi. Level (dalam tataran) yang terendah dalam teori ini adalah huruf. Level di atas huruf adalah kata, sedang level yang tertinggi adalah kalimat.

6. tata bahasa didominasi oleh jenis kata (part of speech). Ciri ini merupakan cirri-ciri yang paling menonjol dari cirri-ciri yang lain, karena masalah penjenisan kata merupakan aspek linguistik yang paling tua dalam kajian sejarah linguistik. Dapat dikatakan jika saat ina masih ada buku tata bahasa yang menempatkan "jenis kata" sebagai kajian utama dipastikan buku itu mengikuti aliran tradisional. Baik disadari oleh penulisnya maupun tidak.


Teori Struktural

Teori ini berlandaskan secara pola behavioristik, yaitu faham yang beranggapan bahwa jiwa seseorang dan hekekat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriyahnya yang tampak. Sejalan dengan itu, aliran struktural mengamati bahasa dan hakekatnya dalam perwujudannya yang kongkrit sebagai bentuk ujaran.. adapun ciri-ciri aliran struktural tersebut adalah,

1. berlandaskan pada paham behavioristik

2. bahasa berupa ujaran. Bahasa benar-benar dibedakan dengan tulisan, sedang bunyi / fonem benar-benar dibedakan dengan huruf

3. bahasa berupa sistem tanda (signifiant). Sistem tanda tersebut bersifat arbiter dan konfensional. Yang dimaksud dengan arbiter adalah tanda tersebut bersifat semena-mena. Namun demikian, kesemena-menaan itu dibatasi oleh suatu konfensi atau kesepatan antar pemakai

4. Bahasa merupakan faktor kebiasaan (habit). Berkaitan dengan konsep habit ini, kaum strukturalis menerapkan metode dalam pembelajaran bahasa yang kemudian dikenal dengan metode driil dan practice, yakni suatu bentuk metode yang menerapkan pemberian latihan dan terus menerus yang berulang-ulang sehingaa ahirnya membentuk kebiasaan.

5. Kegramatikalan berdasarkan ke-umuman, bukan standar kaedah atau norma

6. level level gramatikal ditegakkan secara rapi, secara berturut, level atau tataran gramtikal adalah morfem, kata, frase, klausa dan kalimat. Tataran di atas kalimat, belum terjangkau oleh aliran ini

7. tekanan analisis pada bidang morfologi

8. Bahasa merupakan deretan sintakmatik dan paradigmatik. Deretan sintakmatik adalah suatu deretan secara horisontal yang terjadi dalam segala tataran. Sementara deretan paradigmatik adalah deretan struktur yang sejenis secara vertikal. Kegunaanya untuk mencari atau menentukan unsur-unsru bahasa

9. Analisis bahasa secara deskriptif

10. Anaslisi struktur bahasa berdasarkan unsur langsung, yaitu unsur yang setingkat lebih rendah atau lebih bawah dari struktur tersebut. Unsur langsung ini biasa juga disebut unsur bawahan terdekat

Sumber:
Suparno, Dasar-dasar Linguistik Umum, Yogyakarta Tiara Wacana 2002. hal. 44-52
Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Yogyakarta, Paradigma 2002S
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
June 15, 2015 at 7:47 PM delete

info info yang disajikan menarik sekali
dan bermanfaat
terimakasih gan

Reply
avatar

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar