PROPOSAL STUDI AGAMA-AGAMA INSTITUT DIALOG ANTAR IMAN DI INDONESIA (DIAN INTERFIDEI) DI PADANG, BALI DAN MANADO

Admin Wednesday, December 15, 2010
PROPOSAL STUDI AGAMA-AGAMA
INSTITUT DIALOG ANTAR IMAN
DI INDONESIA (DIAN INTERFIDEI)
DI PADANG, BALI DAN MANADO
Juli—Oktober 2005

1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini, minat masyarakat, khususnya masyarakat intelektual dan para aktivis, yang ingin mengenal dan memahami agama-agama di luar agama yang dianutnya mengalami perkembangan signifikan. Indikasinya, antara lain, dengan munculnya berbagai kelompok, komunitas atau forum antar umat beragama/ beriman di berbagai daerah. Di samping itu, wacana mengenai agama-agama semakin hari semakin ramai dibicarakan dalam diskusi-diskusi atau seminar dan dibaca melalui media cetak, termasuk terbitan-terbitan dalam kepustakaan.
Perkembangan tersebut pada gilirannya memunculkan kesadaran dI antara para intelektual dan aktivis serta kaum agamawan pada umumnya, untuk mengenal lebih jauh tentang agamanya sendiri maupun tentang agama lain. Kesadaran yang tidak semata-mata didorong oleh kepentingan pribadi untuk "sekedar tahu", tetapi juga menyadari dinamika dan perubahan sosial serta budaya yang terjadi di masyarakat.
Bagaimanapun, kenyataan pluralitas agama dalam kehidupan riil di masyarakat dengan segala bentuk interaksinya, menuntut semua orang untuk mampu memahami dan menghargai satu sama lain, sekaligus mampu terbuka dan kritis terhadap agama yang dianutnya dan terhadap agama-agama lain.
Kesadaran ini berjalan seiring dengan perkembangan dunia pada umumnya. Agama-agama semakin berkembang dengan kehadiran "The New Religions" seperti agama Baha'i, Sikh dan lain sebagainya. Semua melakukan ekspansi besar-besaran ke seluruh pelosok dunia, hampir tidak ada batasnya, termasuk ke Indonesia. Mereka melakukannya dengan berbagai cara, melalui media cetak, elektronik, pergaulan, hubungan-hubungan keluarga, persahabatan dan sebagainya. Hampir mustahil bila kehadiran dan perkembangan agama-agama itu dibatasi atau dikebiri oleh siapapun,
2
termasuk oleh negara. Realitas Ahmadiyah yang menjadi polemik—hingga menimbulkan konflik dan kekerasan baru-baru ini, yang disertai pengharaman terhadap wacana pluralisme oleh MUI dalam fatwanya, merupakan serangkaian tantangan dalam kehidupan masyarakat kita. Untuk itu mendialogkan realitas permasalahan antar umat beragama ini menjadi semakin penting.
Di Indonesia, berkembangnya sejumlah agama-agama, di luar kelima agama yang diakui oleh pemerintah menjadi masalah. Bertambahnya keanekaragaman agama tidak dilihat sebagai bagian dari realitas sebuah masyarakat yang selalu berubah dan berkembang, melainkan dianggap sebagai sesuatu yang akan menyebabkan terganggunya keamanan. Karena itu, cukup 5 (lima) agama. Bahkan lebih ekstrim lagi, negara yang menentukan, yang lima ini agama sedangkan yang lain bukan agama karena tidak masuk dalam kategori agama menurut rumusan negara. Apakah agama itu? Apakah agama-agama itu? Mengapa ada di Indonesia? Bagaimana memahami masing-masing agama? Bagaimana agar semua agama yang berbeda bisa hidup dan tumbuh di Indonesia? Bagaimana agar semua agama yang ada dan berkembang di Indonesia menjadi kekuatan bagi masyarakat dalam proses transformasi? Ini yang tidak mampu dikembangkan oleh negara, kecuali bertahan pada konsep yang sudah dilakukan selama ini, yang lebih mementingkan kepentingan negara.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, muncul berbagai pertanyaan tentang makna dan fungsi kehadiran agama-agama dalam konteks Indonesia. Agama cenderung menjadi 'pokok persoalan' sekaligus tumpuan dan harapan bagi penyelesaian persoalan tersebut. Banyak sebab yang dapat diidentifikasi. Misalnya, soal kesalahpahaman, ketertutupan, sangat mementingkan hal-hal yang sifatnya dogmatis-doktriner, mementingkan institusi agama bukan subtansi nilai dan maknanya dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu muncul klaim-klaim kebenaran antara satu agama terhadap agama yang lain. Keadaan ini semakin memperburuk konteks pluralitas di masyarakat.
Kenyataan tersebut mendorong para agamawan khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk melihat kembali dan mengkaji lebih jauh tentang ajaran agamanya sendiri. Di samping itu, merekapun ingin mengenal dan memahami agama-
3
agama yang lain. Bagi mereka, ini dianggap penting dalam rangka memahami konteks masyarakat pluralis dengan lebih baik dan realistis.
Dalam kerangka berpikir seperti itulah, Institut Dian/Interfidei merancang program Studi Agama-agama ini. Program yang memberi kesempatan serta fasilitas kepada masyarakat yang lebih luas, untuk memahami "diri sendiri" dan "orang lain" secara lebih baik, tepat dan dialogis.
2. Maksud dan Tujuan
a. Memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk mengenal dan memahami dengan lebih baik tentang agamayang dianutnya dan agama-agama yang lain.
b. Mengembangkan studi-studi dialogis antaragama, secara bersama dan terbuka di kalangan masyarakat lebih luas.
c. Membongkar stereotive dan stigma kolektif di antara umat, serta membangun visi bersama untuk persaudaraan sejati dalam ikatan keadaban.
d. Menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dalam kepelbagaian di kalangan masyarakat dengan pemahaman yang terbuka dan saling menghargai satu terhadap yang lain.
3. Yang diharapkan
a Terjadi dinamika hubungan antarumat beragama secara lebih positif, terbuka dan konstruktif di tingkat daerah.
b Semakin berkembang dan meluas kelompok-kelompok studi antariman di daerah-daerah.
c Semakin banyak orang yang memahami secara lebih baik tentang agamanya sendiri dan agama lain
4
4. Kelompok Sasaran
Program ini terbuka bagi siapa saja yang berminat dan mau mengembangkan pemahamannya tentang agama-agama dan hubungan antaragama pada umumnya. Rekrutmen peserta dilakukan melalui penyebaran brochure, undangan, baik secara individual maupun melalui lembaga. Jumlah peserta maksimum 40 orang
5. Bentuk Kegiatan
Studi ini akan dilangsungkan dalam bentuk "tinggal bersama" (live in) selama lima hari. Diharapkan semua peserta dapat tinggal bersama-sama selama 4-5 hari, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi, saling mengenal satu dengan yang lain.
6. Proses dan Metode
a. Proses
Kegiatan ini merupakan kegiatan belajar bersama antariman. Akan ada beberapa orang pembicara dari berbagai agama, termasuk agama lokal. Mereka akan mempresentasikan materi yang akan menjadi bahan diskusi – secara team teaching. Presentasi itu kemudian akan didiskusikan bersama dengann mengeksplorasikan kajian-kajian yang ada secara lebih mendalamdan jelas. Proses ini akan berlangsung dalam kelas, tetapi tidak menutup kemungkinan jika ingin dilakukan di luar kelas. Ada 2 (dua) orang fasilitator yang secara bergantian akan memfasilitasi proses selama 4-5 (lima) hari itu.
b. Metode
- ceramah narasumber dengan model team teaching
- diskusi pendalaman materi dipandu oleh seorang fasilitator
5
7. Materi
Studi ini akan mengkaji setiap agama dalam tiga perspektif yakni:
1. Perspektif Sejarah
- Sejarah agama
- Sejarah pemikiran keagamaan
2. Perspektif Teologi/Filsafat
3. Perspektif Etika
Agama-agama yang dimaksud adalah Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, Yahudi, Baha'i, Sikh dan aliran kepercayaan (disesuikan dengan konteks lokal).
Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dikembangkan dalam kegiatan ini, antara lain adalah: Bagaimana memahami agama sendiri dan agama lain dalam kerangka hidup bersama dalam sebuah masyarakat plural? Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menimbulkan konflik dan kekerasan antar umat beragama? Aspek-aspek apa yang ada dalam masing-masing agama, baik dari segi sejarah, teologi maupun etika, yang dapat member inspirasi bagi umat beragama untuk mampu hidup bersama dalam kepelbagaian dengan saling menghargai? Aspek apa yang merupakan kekuatan bersama dalam rangka membangun masyarakat yang demokratis?
8. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini akan dimulai dengan persiapan bersama di daerah masing-masing. Di Bali pada bulan Agustus 2004 dan di Manado pada bulan Desember 2004. Maksud pertemuan persiapan ini adalah untuk membicarakan isi proposal yang sudah dikirim terlebih dahulu, mengenai materi, pembicara, peserta, fasilitator dan hal-hal tehnis administratif lainnya. Peserta pertemuan ini adalah seorang utusan dari Interfidei ditambah dengan wakil-wakil dari jaringan setempat yang terlibat dalam kegiatan ini.
6
Studi ini akan dilaksanakan di 3 (dua) daerah, yaitu Manado, Sulawesi Utara, Padang dan Bali. Mengapa di ketiga tempat tersebut? Pertama, program studi ini sudah dilaksanakan beberapa kali (sejak tahun 1998) di Jogjakarta. Mulai tahun 2003 program yang sama (hanya bentuk berbeda, yaitu kelas dan live in) diselenggarakan juga di luar Jogjakarta, yaitu di Banjarmasin, bekerjasama dengan jaringan Interfidei yang ada di sana. Terobosan ini memberi efek yang sangat berarti bagi masyarakat di tingkat daerah dalam rangka mengembangkan wacana pluralisme (agama) di masyarakat. Manado dan Bali adalah 2 (dua) daerah yang cukup dikenal dengan mayoritas agama tertentu. Di Manado atau Selawesi Utara umumnya, mayoritas masyarakat beragama Kristen, sementara di Bali beragama Hindu. Sedangkan di Padang mayoritas beragama Islam—dengan pola keberagaman yang cukup khas serta tingkat fanatisme yang tinggi. Ketiga daerah tersebut hidup dan berkembang juga agama-agama lain dengan segala bentuk dinamika masing-masing dapat tumbuh dan berkembang secara bersama-sama. Akan tetapi sebagai suatu konsekwensi logis dari dari realitas kehidupan masyarakat yang plural serta dinamika konflik sosial yang mengitari kehidupan masyarakat kita di beberapa daerah, cukup mempengaruhi pemahaman serta perspektif tentang pluralisme agama di masing-masing. Hal ini tentu juga mempengaruhi corak keberagaman ketiga daerah ini. Karena itu, dianggap penting dan menarik bila studi bersama antariman seperti ini dapat dilakukan di daerah-daerah tersebut.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini diharapkan berlangsung pada tanggal 27 September 1- Oktober 2005 di Bali; tanggal 29 Agustus-1 September 2005 di Manado, sedangkan di Padang telah dilaksanakan pada tanggal 15-17 Juli 2005.
Kegiatan ini akan diakhiri dengan evaluasi bersama, baik antara pelaksana dan peserta, maupun; di antara pelaksana sendiri. Dari hasil evaluasi akan dilihat sampai sejauh mana output yang diperoleh dan dapat ditindaklanjuti di daerah masing-masing, bagaimana fungsi jaringan setempat, juga fungsi serta posisi Interfidei dalam proses tindak lanjut.
9. Pelaksana
7
Pelaksana kegiatan ini adalah Institut DIAN/Interfidei yang dikoodinir oleh bidang "Kursus Reguler" bekerjasama dengan Yayasan PEKA, Manado, Fakultas Teologi UKI-Tomohon dan STAIN – Manado. Sedangkan di Bali, bekerjasama dengan Gedong Gandhi Ashram dan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Denpasar – Bali. Sedangkan di Padang dengan Pusaka.
8
10. Anggaran (terlampir)
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

3 komentar

Write komentar
March 25, 2015 at 8:27 PM delete

informsi yang menarik dan bermanfaat sekali nih gan...
di tunggu info selanjutnya, thanks

Reply
avatar
March 27, 2015 at 7:13 PM delete

menarik dan bermanfaat nih infonya
senang sekali bisa mampir ke blog anda
terimakasih banyak gan

Reply
avatar

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar