Kodifikasi Quran

Admin Wednesday, December 15, 2010
Diyakini oleh umat Islam bahwa penurunan Al-Qur’an terjadi secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qu’an dalam bentuk teks sudah dimulai sejak zaman Nabi saw, tapi sangat rare dan jarang didapatkan, karena pada zaman itu mereka kebanyaknya mengandalkan kepada hafalan bukan kepada tulisan. Kemudian sedikit demi sedikit mulai didapatkan perobahan Al-Qur’an dari hafalan ke tulisan dan perobahan Al-Qur’an menjadi teks terus dijumpai dan dilakukan sampai pada zaman khalifah Utsman bin Affan ra.

Pada masa ketika Rasulallah saw masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur’an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Ka’ab. Sahabat yang lain juga secara diam diam menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra, terjadi beberapa pertempuran diantaranya perang yang dikenal dengan nama perang Ridda yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur’an dalam jumlah yang tidak terhitung. Umar bin Khattab ra pada saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Khalifah Abu Bakar ra untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat, penghapal Al-Qur’an. Lalu Abu Bakar ra memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk membuat lajnah pengumpulan Al-Qur’an yang mengorganisai pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur’an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar ra. Abu Bakar ra menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf pertama itu berpindah kepada Umar bin Khattab ra sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya diserahkan dan dipegang oleh anaknya Hafsah yang juga istri Nabi saw.

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, Islam semakin tersebar luas ke suluruh penjuru, dan terjadilah perbedaan dialek (lahjah) antara suku yang berasal dari daerah dan negara berbeda beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijaksanaan untuk membuat keseragaman dalam cara membaca Al-Qur’an (qira’at). Lalu ia mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar ra untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Ia memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurahman bin Al-Harists bin Hisyam. Ia memerintahkan agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika terjadi perbedaan antara dan Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur’an turun dalam dialek bahasa mereka.

Maka terbentuklah sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah). Standar tersebut kemudian dikenal dengan istilah Mushaf Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Besamaan dengan keluarnya penyamaan dengan standar yang dihasilkan, maka khalifah Ustman ra memerintahkan seluruh mushaf yang berbeda untuk dimusnahkan. Hal ini demi untuk mencegah perselisihan di antara umat islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur’an. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah.

Dari keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati dan disetujui oleh para sahabat. Hal ini agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. Al-Hijr 9

Artikel di atas telah dimuat di koran Republika dan Republika online.

Wallahua’lam



Foto Al-Qur’an dari zaman ke zaman:

Ditulis tahun 448 H Ditulis tahun 546 H
Ditulis tahun 678
Ditulis tahun 953 H
Ditulis tahun 842 H Ditulis tahun 952 H
Ditulis tahun 960 H Ditulis tahun 985 H Ditulis tahun 1001 H

Ditulis tahun1034 H Ditulis tahun 1044 H
Ditulis tahun 1066 H
Ditulis tahun 1090 H Ditulis tahun 1105 H
Ditulis tahun 1116 H
Ditulis tahun 1119H Ditulis tahun 1132H
Ditulis tahun 1139 H
Ditulis tahun 1140H
Ditulis tahun 1140 H Ditulis tahun 1161 H
Ditulis tahun 1170 H Ditulis tahun 1172
Ditulis tahun 1181 H
Ditulis tahun 1206 H
Ditulis tahun 1206 H Ditulis tahun 1214 H

Ditulis tahun 1215 Ditulis tahun 1242 H
Ditulis tahun 1228H
Ditulis tahun 1234 H Ditulis tahun 1257 H Ditulis tahun 1245 H

Ditulis tahun 1251 H
Ditulis tahun 1254 H
Ditulis tahun 1258 H
Ditulis tahun 1262 H Ditulis tahun 1263 H
Ditulis tahun 1268 H
Ditulis tahun 1271 H
Ditulis tahun 1271 H Ditulis tahun 1273 H
Ditulis tahun 1276H Ditulis tahun 1277 H
Ditulis tahun 1222 H
Ditulis tahun 1278 H
Ditulis tahun 1286H Ditulis tahun 1309H
Ditulis tahun 1309H Ditulis abad ke 8 H Ditulis tahun 1294 H

SUMA’H
Memang setipis kertas jarak antara niat ikhlas dengan riya’ dan sum’ah. Saya sendiri beberapa kali membaca buku tentang How to Influence People, How to make a leadership, etc, ada poin penting yang senantiasa ada, yaitu learn to listen dan listen to learn. Kita dalam level pemimpin/ leader, tidak hanya dituntut untuk berbicara – sebagaimana merupakan bakat alamiah kebanyakan orang, yaitu senang berbicara. Kita juga dituntut agar terampil mendengarkan.
Kenapa saya sebut secara alamiah? Karena memang kita lebih senang membicarakan diri kita sendiri. Bayangkan ketika kita naik kereta api ke Semarang selama 6 jam. Kemudian teman sebelah kita bertanya kepada kita mengenai topik yang sangat kita kuasai. Maka, secara alami, kita akan cenderung berbusa-busa untuk menceritakan topik itu, menjelaskan, bahkan kalau perlu mendramatisir, dengan nada-nada seolah kita paling menguasai dan bisa mengatasi semua masalah yang ada.
Tapi, dengan asas kesadaran rendah hati, banyak orang juga yang bisa menahan diri untuk menjaga ucapannya, tindakannya, pikirannya, dengan landasan bahwa semua ilmu berasal dari Allah semata. Dia akan irit berbicara. Setiap ada target yang diberikan, akan selalu dia capai. Ketika ditanya, kalimat jawabannya tidak riya’. Dia bilang, “Ini kan Allah yang ngasih kemudahan ke saya agar bisa bekerja dengan tim yang luar biasa”.
Lain cerita, si pegawai ini kalau ada apa-apa, jangan tanya. Tanpa disuruh, dia akan langsung kerjakan. Just do it, meminjam tagline Nike.
Seorang pegawai, misalnya. Dia terlihat pendiam. Pokoknya tipe pegawai yang tekun bekerja dan dia ternyata gak banyak omong. Tiba-tiba, pegawai ini terlihat oleh teman sekerjanya pada hari sabtu-minggu di suatu pameran mall. Tanpa dinanya, dia terlihat naik mobil van, yang parkir di depan sebuah toko, yang ternyata toko itu adalah salah satu unit bisnis yang dikelolanya sendiri. Sepertinya lumayan sukses, terbukti dengan cirri-ciri fisik yang sehat: mobil van yang bersih, pegawai yang berseragam, penampilan komoditas jualan yang berkualitas, dll.
Ibaratnya, orang ini pun bisa dikategorikan meng-uswatun khasanah-kan dirinya, akan tetapi dilihat dari kacamata orang luar. Bukan dia yang berniat ingin menunjukkan kesuksesan jati dirinya. Bukan sum’ah. Bahkan apabila teman sekantornya ini akhirnya ketularan memiliki bisnis sampingan karena termotivasi dari teman kita yang naik mobil van ini, insya allah pahala ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir.
Menurut saya, kata singkatnya adalah do it our best. Allah pun selalu memberikan jalan inspirasi bagi orang lain, yang barangkali melalui kita. Biarkan Allah yang mengatur. Itu juga merupakan tips yang saya yakin merupakan juru ampuh menangkis riya’ dan sum ‘ah.

loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar