Kodifikasi Hadist: Sebuah Studi Penulisan dan Kompilasi Hadist

Admin Thursday, December 16, 2010

Salah satu bukti yang menunjukkan ketidak- autentikan dari hadist yang di sandarkan pada Nabi tentang pelarangan menulis hadist adalah pernyataan Umar tentang perhatiannya untuk mengkompilasi hadist. Umar disebutkan  pernah mengatakan: " Saya telah berniat menulis  Sunnah Nabi. Tapi aku berfikir bahwa orang-orang dulu menulis kitab-kitab tertentu  dan tergantung  terhadap kitab-kitab tersebut, sebagai sebuah akibat dari apa yang mereka hapus dari kitab-kitab wahyu. Demi Allah, saya tidak akan mengizinkan sesuatupun menutup Kitab Allah.
Riwayat diatas  menunjukkan bahwa Khalifah Kedua awalnya telah berniat menulis hadist. Dalam beberapa versi riwayat ini dinyatakan bahwa dia berkonsultasi dengan sahabat-sahabat yang lain tentang masalaah ini dan mereka juga menyetujui nya; tapi kemudian dia berubah fikiran karena suatu alasan bahwa dia sendiri yang menyatakan, bukan berdasarkan larangan Nabi.
Hal lain yang dapat dicatat sebagai sebuah bukti atas ketidak autentikan tentang hadist larangan penulisan hadistadalah pernyataan Nabi pada Sabtu terakhir  dari akhir kehidupan beliau. Pada hari itu ketika para sahabat telah  berkumpul di sekitar tempat pembaringannya, Nabi berkata pada mereka: "Bawakan padaku tinta dan kertas hingga aku dapat menuliskan sesuatu pada kalian yang setelahnya kamu tidak akan melakukan kesalahan" Riwayat ini tidak hanya menunjukkan tidak dilarangnya menulis sesuatu selain Al-Quran, tapi dianggap penting oleh Nabi supaya mencegah ummat dari kesalahan dan kekeliruan. Ketika Nabi memerintahkan untuk penulisan  materi dan sekumpulan sahabat yang di pimpin oleh khalifah kedua menurut al-Sharistani dalam kita al-Milal wa al-nihal_ menentang nya, dia sadar akan munculnya bencana-bencana yang akan mengikuti buruknya priode ini. Setelah itu kita akan melihat penjelasan-penjelasan sebagaimana diceritakan oleh ulama-ulama Sunni tentang bahaya yang ditimbulkan  oleh tidak saja penulisan hadist, tapi benarkah mempertimbangkan Nabi bertanggung jawab untuk sesuatu yang membawa begitu banyak bahaya untuk kebudayaan Islam dan menyebabkan Sunnah Nabi ditambahi oleh hadist-hadist yang tidak autentik.

Hadist-hadist Nabi Yang Membolehkan Penulisan Hadist.

Hadsit-hadsit tersebut ditulis dari Nabi dimana telah beliau izinkan penulisan hadist secara umum atau diberikan izin tersebut pada orang-orang tertentu. Hadsit-hadsit ini, sendiri, cukup untuk menghapus hadist-hadist sebelumnya yang melarang penulisan hadsit atau menyebutkan paling tidak, karena menyebabkan konflik riwayat, dimana keduanya berhenti untuk mempertahankan validitas/kesahihan: Karena jumlah dari hadsit seperti ini banyak dan karena keberatan-keberatan yang muncul terhadap hadit-hadist yang melarang penulisan hadit, kemungkinan hadit-hadit ini shahih tak terbantahkan. Hadit-hadit ini tidak hanya berisikan izin tapi juga perintah  menulis hadit.
Hadist ini diriwayatkan melalui beberapa sanad bahwa seseorang mengadu pada Nabi  tentang ketidak mampuannya mempertahankan hafalannya. Nabi mengatakan padanya :" Minta bantuanlah dengan tangan kananmu (tulislah) dari serangan lupa.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi berdiri dan menyampaikan khutbah pada waktu fathu Mekkah. Abu Shat meminta Nabi untuk menulis catatan padanya, dimana Nabi memerintahkan ditulisnya catatan untuk Abu Shat.
Nabi diriwayatkan  telah bersabda:
"Ikatlah pengetahuan dengan  menuliskannya"
Diriwayatkan dari Rafi ibn Khadij bahwa dia berkata: "Kami bertanya pada Nabi, Haruskah kami menulis hal-hal yang kami dengar darimu? Nabi menjawab, "Tulislah, tidak ada mudharatnya. Diriwayatkan dari Amr ibn Syuayb bahwa kakeknya bertanya pada Nabi. " Kami mendengar banyak hal darimu yang kami tidak dapt menghafalnya. Apakah kami dibolehkan menuliskannya?" Nabi menjawab "Ya, tulislah".
Diriwayatkan dari beberapa sanad dari Abdullah ibn Amr ibn al-Ash bahwa dia berkata: " Saya berkata pada Nabi: Bolehkah kami menulis apa yang kami dengar darimu? Nabi menjawab Ya. Saya berkata, Tidak masalah apakah Rasul sedang marah atau tenang? Nabi menjawab, Ya. Saya tidak bicara apapun kecuali kebenaran baik saya dalam keadaan maraah atau senang.
Dalam hadist lain, perawi diriwayatkan  bertanya pada Nabi: "Bolehkah kami mengikat ilmu?" Nabi menjawab: Ya.
Abdullah ibn Amir al-mu'min meriwayatkan bahwa, "Saya terbiasa menuliskan apapun yang saya dengar dari Nabi dengan tujuan mencatatnya. Kemudian Quraisyi menghentikan saya, dan saya juga, berhenti menulis. Kemudian saya sampaikan permasalahan ini pada Nabi. Dia bersabda, "Demi Allah Yang di tanganNya kehidupanku, saya tidak berbicara apapun kecuali kebenaran.
Diriwayatkan dari Amirul Mu'minin Ali bahwa Nabi bersabda, "Tulislah ilmu ini yang darinya kamu mendapat manfaat di dunia maupun di akherat. Ketahuilah bahwa ilmu tidak akan membiarkan pemiliknya hancur.
Hadist masyhur lainnya dari Imam ahli bayt, yang diriwayatkan baik dari sumber-sumber Sunni maupun Syi'i, menunjukkan pada sebuah tulisan pada pedang Nabi. Imam Sodiq diriwayatkan telah berkata tentang hal ini:
Tulisan yang ada di gagang pedang Nabi, dimana tertulis: Celakah bagi para mencuri perbatasan tanah, celakalah bagi orang-orang yang ..........
Abu Hurayrah  diriwayatkan berkata: Tak seorangpun lebih baik mendapat informasi daripada saya tentang hadist Nabi kecuali Abdullah ibn Amr, karena dia akan menulis dengan tangan dan menghafalnya, sementara saya hanya menghafalkannya dan tidak menuliskannya. Dia telah mendapat izin Nabi. Abdullah ibn Amir diriwayatkan telah berkata: "Saya pergi pada Nabi dan berkata padanya, "Saya mau mencatat hadist-hadistmu dan kalau engkau izinkan saya akanmenggunakan tanganku untuk membantu ingatanku. Nabi bersabda, "Jika ini hadistku maka minta bantuanlah dengan tanganmu." 
Dalam hadsit yang lain Nabi diriwayatkan telah bersabda:" Ketika seorang beriman meninggal , lembaran dimana dia menuliskan ilmu akan berakhir dan lembaran tersebut akan menjadi tabir anatara dia dan api neraka di hari kebangkitan.
Samurah ibn Jundab juga telah mengumpulkan banyak hadist dalam sebuah buku besar, Sulaiman, yang mewarisinya, menggunakan menulis hadist darinta. Barangkali kitab tersebutlah dari apa yang dikatakan Ibn Sirin katakan," Dalah risalah yang diberikan oleh Samurah pada anaknya terdapat begitu banyak ilmu.
Diriwayatkan dari Anas yang menunjukkan pada sebuah mushaf dia berkata: " Inilah hadist-hadist yang aku dengar dari Nabi. Saya tulis dan saya bacakan pada Nabi (untuk persetujuan Nabi).
Imam Ja'far al-Sadiq meriwayatkan dari pendahulunya bahwa Nabi bersabda: " Ketika kamu menulis hadist, tulislah dengan sanadnya. Jika benar engkau benar engkau akan berbagi pahalanya; jika salah dosanya pada orang yang menyampaikan.
Ummu al-Mu'minin diriwayatkan berkata: " Nabi meminta kulit dibawa.'Ali juga bersamanya. Kemudia dia mendiktekan ke Ali dari kedua sisi kulitnya hingga ujungnya.
Semua hadist-hadist ini membuktikan bahwa Nabi mengizinkan penulisan Hadist. Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa Nabi melarang penulisan hadist awalnya kemudian membolehkannya. Kalau begitu apa alasan beberapa khalifah melarang penulisan hadist? Mungkinkah, setelah itu Nabi membolehkannya dan setelah sejumlah besar hadist  telah di tulis, menghubungkannya dengan larangan beberapa khalifah dengan Nabi.
Rasyid Ridha telah menganalisis hadist-hadist yang melarang dan mengizinkan penulisan hadist. Dia telah mencoba membuktikan bahwa hadist larangan mengahapus hadist yang membolehkannya dan maka dari itu hadist-hadist yang melarang penulisan hadist seharusnya diterima sebagai sahih. Dia menulis:
Jika kita mengasumsikan bahwa ada konflik antara hadist-hadist yang melarang penulisan hadist dengan hadist-hadist yang membolehkan,  ada yang mungkin mengatakan bahwa satu diantaranya mengakhiri yang lain dengan membuktikan bahwa hadist-hadist yang melarang penulisan hadist menggantikan hadist-hadist yang membolehkan karena dua alasan: Pertama, para sahabat meriwayatkan  hadist-hadist yang melarang penulisan bahkan setelah Nabi. Kedua, para sahabat tidak menulis hadist-hadist; Jika menuliskannya kompilasi mereka sudah akan sampai pada kita.

Kita tidak dapat menerima penjelasan ini dengan beberapa alasan berikut:
Pertama, para sahabat meriwayatkna hadist-hadist yang menmbolehkan penulisan hadist bersama dengan hadist-hadist yang melarangnya, dan sebagaimana kita lihat diatas, beberapa  sahabat tetap meneruskan menulis hadist.
Kedua, alasan tidak adanya kompilasi sahabat adalah larangan yang diterapkan oleh khalifah pertama dan kedua, bukan berdasarkan larangan Nabi.
Ketiga, Karena tidak mungkin menyatakan bahwa satu macam dari hadist ini menghapus hadist yang lain, kita seharusnya mengatakan bahwa konflik antar dua macam hadist ini menjadikan keduanya perlu perhatian dan bukan satu menggantikan yang lainnya.
Tentang pujian Abu Hurayrah bahwa Abdullah ibn Amir terbiasa menulis hadist-hadist, Rasyid Ridha berkomentar: " Tidak ada alsan kita harus menjadikannya sebagai bukti diperbolehkannya penulisan hadist, karena tidak disebutkan dalam hadist bahwa Abdullah menulis dengan izin Nabi.
Kita telah mengutip diatas riwayat yang menunjukkan bahwa Abdullah ibn Amir benar-benar memiliki izin tersebut. Ada banyak riwayat yang memunculkan hal ini, dan dan sebagimana dikutip diatas Abu Hueayrah menyatakan secara sungguh-sungguh bahwa Abdullah ibn Amir telah menerima izin tersebut dari Nabi.
Sebaliknya, yang lain, seperti Abu Zuhrah, ada pendapat bahwa Nabi mengizinkan penulisan hadist hingga akhir dari pemerintahannya ketika tidak ada lagi bahaya tercampurnya hadist dan teks Quran. Jika kita pikirkan tradisi beberapa sahabat, khususnya para khalifah, kita tidak dapat menerima pendapat ini; dengan kata lain, jika kita menerima kita akan telah mempertimbangkan tradisi para sahabat sebagai  penolakan. Kita tidak tahu yang mana diantara dua pilihan ini yang disetujui oleh  Abu Zuhrah.

Pendapat-pendapat sahabat tentang penulisan hadist.
Meskipun kepercayaan dari beberapa sahabat bahwa hadist seharusnya tidak ditulis, sejumlah dari mereka terus melanjutkan penulisannya. Fakta-fakta ini sendiri merupakan indikasi bahwa larangan yang dikaitkan adalah perintah dari khalifh dan bukan larangan Nabi. Diantara para sahabat mereka yang percaya padalah pembolehannya adalah Amir al-Mu'minin Ali dan anaknya Hasan, yang tidak hanya menulis hadist tapi juga menyandarkan pada tulisan mereka.
Abdullah ibn Abbas, diriwayatkan, biasa mengatakan , Ikatlah ilmu dengan cara menuliskannya. Harun ibn Antara meriwayatkan dari ayahnya bahwa Abdullah ibn al-Abbas setelah meriwayatkan sebuah hadist padanya meminanya untuk menuliskannya.
Salami meriwayatkan bahwa dia meliahat beberapa dimiliki Ibn Abbas dimana di atasnya dia menulis perbuatan-perbuatan Nabi seperti dituliskan padanya oleh Abu Rafi. Diriwayatkan bahwa Anas ibn Malik biasa mengatakan pada putranya, " Ikatlah ilmu dengan tulisan".
Meskipun, kebanyakan para sahabat, nampaknya, tidak ada kesepakatan dalam apa yang mereka nyatakan tentang pembolehan penulisan hadist atau tidak ada keberanian untuk menyatakan nya dalam perbuatan: bukti dari ini adalah tidak adanya kompilasi hadist mereka.
Hadsit yang diriwayatkan dari Ali yang dalamnya dia mengatakan bahwa siapapun menulis sebuah hadist harus menuliskan sanadnya, juga mendukung pendapat ini. Sumber-sember sudah jelas bahwa sejumlah sahabat menganggap penulisan hadist dibolehkan. Berdasarkan fakta-fakta ini kita dapat menyimpulkan bahwa penulisan hadist disetujui oleh sejumlah sahabat dan larangan khalifah atas penulisan hadist bukanlah berdasarkan perintah Nabi tapi berdasarkan penilaina mereka sendiri.

Al-Quran dan Penulisan:

Al-Kahtib al-Baghdadi, supaya mendukung pendapatnya akan dibolehkannya penulisan hadsit mengutip ayat Al-Quran. Adanya dalil bahwa Al-Quran memerintahkan kita menulis apapun dimana kita khawatir akan hilang, dia berpendapat bahwa hadist, juga termasuk dalam bahaya ini sehinga harus ditulis. Dalam hal ini dia mengutip ayat 2:282, 6:91 dan 37:157.
Al-Tahawi juga, mengutip ayat: Dan janganlah lupa menuliskannya, baik dalam masalah besar maupun kecil.....(2:282) tentang penulisan hutang, mengatakan bahwa ketika Tuhan memerintahkan penulisan tentang hutang untuk menghindari keraguan, mencatat ilmu lebih penting daripada mencatat hutang. Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Muhammad ibn al-Hasan al-Shaybani juga berpendapat yang sama.

Alasan Sebenarnya dibalik Pelarangan Penulisan Hadist.
Diskusi diatas menunjukkan bahwa tanggung jawab akan penundaan penulisan hadist tidak dapat disandarkan pada Nabi karena hadist yang disandarkan padanya mengimplikasikan suatu larangan demikian  olehnya tidak dapat diterima dengan berbagai alasan. Sekarang kita akan mencoba mengidentifikasi faktor utama dibalik ini. Dalam upaya ini, kita akan sangat percaya pada sumber-sumber sejarah autentik dari Ahlu Sunnah dan kadang kadang menggunakan sumber-sumber syiah. Kami harap pembaca akan mengevaluasi validitas studi ini dengan penuh perhatian.
Aisyah diriwayatkan berkata: " Ayah saya telah mengumpulkan 500 hadist Nabi. Suatu pagi dia datang padaku dan berkata, "Bawa hadsit-hadist yang ada padamu". Aku bawa padanya. Dia membakarnya lalu berkata," Saya takut wafat dengan meninggalkan ini padamu.
Diriwayatkan oleh al-Zuhri bahwa: "Umar mau menulis sunah Nabi. Dia memikirkan tentang hal ini selama sebulan, mencari petunjuk Allah dalam hal ini. Suatu pagi dia mengambil keputusan  dan menyatakan: " Saya mengingatkan diriku sendiri orang-orang sebelum kamu, yang menulis dan menyerap dari tulisan mereka dan mengabaikan kitabullah".
Abu al-A'la berkata: " Qosim ibn Muhammad ibn Abi Bakr biasa mendiktekan hadist pada kami. Dia berkata, Hadist berkemabang selama masa Umar. Dia kemudia memerintahkan semuanya dikumpulkan. Ketika semua sudah terkumpul dia meletakkannya diatas api sambil menyatakan, " Tidak ada Mahnat seperti mahnat ahli kitab". Mahnat nampaknya, sebuah kitab yang telah ditulis oleh orang Yahudi untuk mereka sendiri dan berbeda dari teks, Taurat. Disini Umar membandingkannya dengan hadist Nabi, yang dia tidak mau ada kitab lain disamping Kitabullah.
Diriwayatkan dari Urwah ibn al-Zubayr bahwa, "Umar ibn al-Khattab mau menulis hadist Nabi. Dalam kaitannya dengan ini dia berkonsultasi dengan para sahabat Nabi. Semua mereka berpendapat bahwa hadist-hadist tersebut seharusnya ditulis. Tapi Umar memikirkan hal ini sampai suatu pagi dia mengambil keputusan  dan berkata, "Saya mau menulis hadist tapi kemudian saya mengingatkan orang sebelum kamu telah menulis dan menghilangkan Kitabullah. Demi Allah, saya tidak akan menutup s
Riwayat ini menunjukkan pada kita bahwa semua sahabat-atau paling tidak mereka yang dikonsultasi- menyetujui penulisan hadist. Tapi khalifah, setelah melewati refleksi selama sebulan, melarang penulisan hadist berdasarkan pertimbangannya pribadi, sebuah pendapat yang tentu saja bukan Sunnah Nabi.

Penolakan dari beberapa Sahabat dan Tabi'in terhadap Penulisan Hadist

Setelah larangan khalifah dalam penulisan hadist, karena keputusan dianggap sebagai sunnah oleh khalayak, sejumlah sahabat dan tabi'in juga tidak menulis hadist dan hanya bersandarkan pada hafalan saja. Mereka menyebarkan hadist lewat lisan dan meninggalkan ide penulisannya. Bagi mereke tidak boleh menulis dan mengkodifikasi hadist-hadist Nabi, sementara Al-Quran dan Nabi menekankan menulis secara umum.
Abu Burdah diriwayatkan berkata bahwa ayahnya mengatakan pada Abu Musa al-As'ari untuk membawa kepadanya apapun yang ia tulis dari tulisan-tulisan ayahnya. Ketika tulisan-tulisan dibawa dia menghancurkannya dan berkata, " Kamu juga seperti kami, harus menghafalkannya saja.
Abdurahman ibn Salamah al-Jamhi meriwayatkan:"Aku mendengar sebuah hadist Nabi dari Abdullah ibn Amr dan menuliskannya. Setelah menghafalnya, saya memusnakan apa yang telah saya tulis. Diriwayatkan dari Ibn Abi Tamim bahwa Ibn Sirin dan sahabatnya tidak akan menulis hadist.
Al-Nuwawi menulis:"Semua perhatian para sahabat terpusat pada jihad, perjuangan melawan hawa nafsu dan ibadah. Sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk menulis. Dengan alasan yang sama pula para tabiin tidak menghasilkan karya tulis. Malik ibn Anas meriwayatkan bahwa ketika Musayyab wafat dia tidak meninggalkan kitab apapun. Mansur ibn Mu'tamir diriwayatkan berkata:" Saya tidak pernah menulis apapun samapi hari ini".  Pernyataan yang sama diriwayatkan juga dari Yunus ibn Ubayd. Diriwayatkan dari Ibn Abi Dhuayb bahwa dia hanya akan menghafalkan hadist-hadist dan tidak menulis apapun. Dia termasuk bagian dari tabaqah kelima dan hidup masa abad kedua.
Ismail ibn 'Ayyash, yang termasuk dalam tabaqah keenam, hafal sepuluh ribu hadist tapi tidak menulis apapun dari hadist.  Abu Hatim meriwayatkan bahwa dia tidak pernah melihat apapun di tangan Abu al-Walid al-Tayalisa. Keduanya termasuk dalam tabaqah ketujuh dan menghindari penulisan hadist.  

Kitab Selain Kitabullah

Sebagaimana bisa dikumpulkan dari riwayat yang terkait dengan mereka yang menganggap penulisan hadist tidak dibolehkan menulisnya, dalih yang mereka kemukakan adalah penulisan hadist akan mendorong pada munculnya sebuah kitab selain kitabullah, sebagai akibatnya umat akan mengabaikan kitab suci karena adanya kitab-kitab yang lain. Disini kita akan menguji validitas kekhawatiran ini dan akan nampak  bahwa hal ini tidak lebih dari sekedar  sebuah dalih. Kitab dab sunnah Nabi saling melengkapi satu sama lain, dan sebagaimana diketahui oleh semua umat muslim, masing-masing tidak lengkap tanpa yang lainnya kecuali mereka yang memiliki slogan Hasbuna Kitabullah.
Pendapat yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa para pendukung larangan penulisan hadist_baik para khalifah maupun mereka yang mengikuti mereka dalam hal ini dan bertahan menjustifikasi tindakan mereka._ memiliki pendapat  pernyataan Nabi tentang  sebuah kitab di samping Kitabullah. Namun, dengan keliru atau dengan sengaja, keliru menerapkan pernyataan ini.
Adalah sebuah fakta bahwa selama kehidupan Nabi sahabat-sahabat tertentu memperoleh beberapa lembaran Taurat dan kitab-kitab Yahudi lainnya. Ketika Nabi mendengar tentang hal ini dia mengatakan pada mereka untuk tidak membuat selain kitab-kitab yang berhubungan dengan kitaabullah, Al-Quran. Terkait hal ini kita harus membuat catatan dari riwayat-riwayat berikut ini yang diriwayatkan dari Jabir. Jabir meriwayatkan bahwa, "Umar ibn al-Khattab membawa copy dari kitab Taurat pada Nabi dan berkata, " Ini adalah kitab Taurat yang aku baca." Nabi diam dan wajah beliau berubah. Abu Bakr memperhatikan ini dan berkata pada Umar, " Semoga ibumu berdukacita padamu, tidakkah kau perhatikan wajah Nabi!". Umar menatap wajah Nabi dan berkata, " Saya mohon perlindungan Allah dari kemarahan Nabi. Saya ridlo Allah tuhan saya, Islam agama saya dan Muhammad Rasulullah. Atas hal ini Nabi bersabda," Demi Allah, jika Musa datang kemari dan kalian mengikuti dia dan mengabaikan aku, maka kamu telah telah melencengn dari jalan yang kurus. Jiak dia hidup dan dia bertemu saya maka dia akan mengikuti aku.
Hadist ini menunjukkan bahwa Nabi marah karena Umar telah menganggap teks kitab lain setara dengan kitabullah al-Quran. Di hadist yang lain dari hal yang sama seorang laki-laki dari kaum Anshar menggantikan Abu Bakr. Mungkin sekali bahwa keduanya menunjjukan kejadia-kejadian lainnya dari macam ini dan maka dari itu hal ini terjadi pada beberapa kesempatan.
Diiwayatkan dari Abu Qallabah bahwa pernah Umar ibn al-Khattab melewati seseorang yang sedang membaca sebuah kitab. Setelah mendengar sejenak Umar tertarik dengan apa yang iaa baca. Dia meminta laki-laki itu menulis dari kitab tersebut untuknya. Laki-laki tersebut bersedia. Umar kemudia membelin daun dan membawanya ke laki-laki tersebut, disitulah laki-laki itu menulis hingga penuh di kedua sisi daunnya. Kemudia Umar mendatangi Nabi dan membacanya di depan Nabi.  Setelah itu wajah Nabi berubah. Mengancam laki-laki Anshar tersebut dan berkata pada Umar: "Semoga ibumu berduka atasm! Tidakkah kau lihat wajah Nabi berubah?"  Menyikapi hal ini Nabi bersabda:" Saya diangkat sebagai seorang Nabi, sebagai pembuka dan penutup, dan saya membawa segala sesuatu yang seharusnya saya bawa."
Diriwayatkan dari Zuhri bahwa Hafsah, putri Umar, membawa kitab pada Nabi yang didalamnya ada kisah-kisah Yusuf. Dia mulai membacanya di depan Nabi. Wajah Nabi berubah merah setelah mendengat itu. Setelah itu Nabi bersabda:" Demi Allha, jika Yusuf sendiri datang kesini dan kamu mengikutinya dan meninggalkanku kamu akan tersesat.
Hadist-hadist ini menunjukkan bahwa apa yang Nabi benci adalah membaca teks-tekts yang telah dikurangi yang efeknya merupakan penambatan dari kesalahfahaman Yahudi _yang disebut israiliyyat_diantara umat muslimin. Nabi tidak mau bahwa kitab-kitab kaum Yahudi berada di samping kita suci Al-Quran, Yang semua kata di didalamnya adalah perkataan Allah yang Maha Kuasa. Berbaga legenda fabel dan berbagai kebohongan yang ada di dalam kitab-kitab tersebut membuat umat muslimin melenceng dari jalan yang lurus sesuai dengan ajaran yang benar dari Al-Quran.
Hadist-hadist yang baru saja dikutip ini juga menunjukkan bahwa khalifah dan putrinya sangat tertarik pada kitab-kitab semacam ini dan sering meminta Nabi menilainya. Namun sayang kita ketahui kemudian bahwa ketika Ka'b al-Abbar, seorang yahudi yang telah masuk Islam, datang ke Umar dan meminta izin padanya untuk membaca Taurat, Umar berkata padanya: " Jika kamu tahu bahwa kitab ini sama dengan kitab yang yang diwahyukan pada Musa di bukit Sinai, bacalah siang dan malam". Dan ini adalah pendapat Umar setelah Nabi secara jelas melarangnya secara pribadi untuk tidak membaca kitab-kitab tersebut.
Ada riwayat-riwayat lain yang menguatkan pendapat ini bahwa larangan Nabi tentang membuat kitab lain selain kitabullah terkait dengan israiliyyat. Diriwayatkan bahwa ketika Abdullah ibn Mas'ud mendengar bahwa beberapa orang memiliki kitab yang isinya membuat mereka kagum, dia mengabilnya dan memusnakannya, sambil berkata," Ahlul Kitab telah binasa karena mereka bersandar pada apa yang para ulama mereka tulis dan mengabaikan Kitab wahyu.
Hadsit berikut menklarifikasi masalah ini dengan gamblang. Murrah al-Hamadani berkata," Abu Murah al-Kindi membawa sebuah kitab dari Syiria dan memberikannya pada Ibn Mas'ud. Dia menatap kitab tersebut, membawa air dan menyiram tulisannya. Lalu ia berkata, " Orang-orang sebelum kamu binasa karena mengikuti kitab seperti ini dan mengabaikan Kitabullah.  Al-Husayn berkata, " Sungguh dia tidak akan memusnakan tulisan jika ini adalah Quran atau Sunnah. Agaknya, ini adalah kitab ahlul kitab. Ali diriwayatkan telah berkata:" Siapapun diantara kalian yang memilki sebuah kitab harus memusnakannya. Orang-orang sebelum kamu telah binasa karena mengikuti pernyataan-pernyataan para ulama mereka dan menghapus Kitabullah.
Al-Imam as-Sadiq diriwayatkan telah berkata:" Beberapa ulama setelah tradisi yahudi dan nasrani, dimana dengannya mereka berusaha meningkatkan pengetahuan mereka. Tempat mereka di neraka yang paling dasar. Diriwayatkan dari Amr ibn Yahya ibn Ju'dah  bahwa ketika sebuah kita dibawa pada Nabi dia berkata:" Cukuplah bagi para orang awam dan orang yang belum dapat petunjuk dari umat bahwa mereka akan menghindari apa yang Nabi mereka telah bawa untuk mereka untuk mencari apa yang Nabi lainnya bawa". Hadist ini juga mengungkap macam kitab yang dibawa kepada Nabi dan menjelaskan makna kitabu ma'a kitabullah.
Juga Ibn Abbas berkata:" Bagaimana kamu bertanya pada ahlu kitab tentang suatu masalah  sedangkan Kitabullah ada diantara kamu?". Semua hadist ini menunjukkan bahwa larangan Nabi tentang membuat kitab lain selain kitabullah terkait dengan bahaya dari penyebaran pemikiran dari israiliyyat dan tidak terkait dengan sunnahnya sendiri, yang merupakan pelengkap dari Al-Quran yang didalamnya terdapat hukum-hukum wajib, sebagaimana yang diterima oleh semua umat muslim. Tesis kami selanjutnya akan dikuatkan oleh fakta bahwa ulama-ulama hadist kemudian menulis dan mengkodifikasi hadist-hadist Nabi. Tentang mereka yang menyukai, ' Urwah membakar hadist-hadist yang telah mereka tulis  dengan dalih, " Kami tidak mau membuat kita selain kitabullah", harus disimpulkan bahwa mereka bertindak demikan karena kesalahfahaman.      



loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar