Jurgen Habermas ; Neo Marxisme; Upaya Reinterpretasi teori dan praksis ajaran Karl Marx

Admin Thursday, December 16, 2010
Pendahuluan
Berbicara mengenai sosok seorang Jurgen Habermas tidak bisa dilepaskan dari Madzhab Frangfurt di negara Jerman, yang kita tahu muncul pada periode awal di Institut Fur Sozial Forschung atau lebih akrab disapa oleh para kalangan akademik diindonesia dengan sebutan Madzhab Frangfurt ini, terdapat di Am Main Jerman yang didirikan oleh generasi pertama pada tahun 1923 . Teori Kritis yang perkembangnnya ternyata banyak mengalami dinamika ini, baru pada tahun 1961 Teori Kritis menjadi satu-satunya produk Madzhab Frangfurt yang paling populer, atau dalam artian menjadi kajian serius filsafat dikalangan tokoh filsafat dijerman, ini salah satunya faktor yang mendukung terjadinya gerakan baru dimasyarakat jerman dalam upayanya membangkitkan kesadaran kognitif melalui Teori Kritisnya . Namun dalam tahap perkembangannya Madzhab Frangfurt banyak menuai kritik meskipun telah menjadi kajian filsafat dan sebuah gerakan baru dalam masyarakat. Ini dibenarkan dengan munculnya sekian asumsi yang berkembang dikalangan peminat Teori Kritis yang salah satu asumsi tersebut mengatakan, bahwa mereka adalah orang-orang marxis yang tidak mampu memaknai ulang ajaran kritis Karl Marx terhadap kapitalisme dalam dunia praksis.
Asumsi ini tidak berkembang dari ruang kosong semata, ternyata dalam tahap awal perkembangannya Madzhab Frangfurt yang dipelopori oleh Max Horkeimer (1895-1973), Theooder Wiesengrun Adorno (1903-1969) dan Herbert Marcuse (1898-1979) ini malah dibenci mahasiswa diinstitut tersebut. Dan munculnya asumsi tersebut dikarenakan tokoh-tokoh Madzhab Frangfurt mengatakan, bahwa upaya revolusi melalui upaya penggulingan rezim yang dilakukan oleh kalangan aktivis mahasiswa kiri dijerman ini akan menimbulkan efek yang berakibat kontraproduktif dengan niat awal mahasiswa untuk membebaskan rakyat yang tertindas oleh sistem yang berlaku pada masa itu, yaitu dalam genggaman otoriterianisme teknokrat .
Memang dalam catatan perjalanan Madzhab Frangfurt ada beberapa polemik yang mengitari perkembangannya. Perbedaan pemahaman dari dua tokoh awal mereka sebelum terbentuknya institut ini, yaitu Georg Lukacs (1885-1971) dan karl Korsch (1889-1961) dalam memahami sekian ajaran Karl Marx dalam ranah praksis, dan konfrontasi antara Adoorno dangan Karl Popper seakan melanjutkan tradisi itu. Era perubahan paradigma terhadap sekian ajaran Karl Marx yang ortodok seakan menjadi issu central dari sekian asumsi tersebut, Neo Marxisme sebagai sebuah gubahan baru dalam memaknai sekian ajaran Karl Marx pun menjadi sebuah icon baru dalam perkembangan kefilsafatan dijerman dan barat .
Dan senyatanya pemaknaan ulang dari sekian kebuntuan teori karl marx dalam menuntaskan revolusi kaum proletar terhadap kaum borjuis juga mengalami kebuntuan ditingkatan praksis, tidak banyak tokoh Madzhab Frangfurt yang cukup berani dalam melakukan tindakan revolusionernya untuk menterjemahkan langsung teori-teori yang telah dibangunnya dalam tingkatan praksis dilapangan. Pada periode selanjutnya dengan munculnya Jurgen Habermas diurutan berikutnya, tokoh Madzhab Frangfurt yang dianggap sebagai generasi baru ini juga tidak merubah asumsi yang berkembang diatas tadi, meskipun pada awalnya banyak menimbulkan asumsi optimisme dikalangan mahasiswa kiri dijerman dengan keikutsertaanya dalam gerakan-gerakan yang bersifat kekerasan, dan mendapat dukungan dari pihak institute dimasa aktifnya di Madzhab Frangfurt. Dan satu hal terpenting dalam kaitanya ia menjadi seorang marxis adalah ketika keikutsertaannya Jurgen Habermas secara langsung dalam gerakan-gerakan perlawanan yang dilakukan oleh mahasiswanya yaitu institute Frangfurt, meskipun kemudian dalam tahapan selanjutnya dia hanya menyokong dalam pemikirannya saja .
Kemunculan Jurgen Habermas didalam pergulatan Teori Kritis yang dikembangkan Madzhab Frangfurt tidak bisa dianggap remeh, terlihat dari frekuensi kedekatan Teori Kritis tersebut dengan dunia praksis atau dunia nyata makin terlihat, dengan upayanya untuk menginterpretasi ulang pemahaman klasik ajaran Karl Marx yang terkesan ortodok dalam bingkai yang cukup relevan dengan masa kontemporer, yaitu dengan munculnya tesis komunikasi dalam perdebatan antara teori dan praksis yang banyak diperdebatkan dikalangan kaum Marxisme, namun untuk lebih jelasnya kita bahas dalam latar belakang masalah dibawah ini.

Latar Belakang Masalah
Jurgen Habermas yang dalam catatan keanggotaan di Madzhab Frangfurt ini dimulai pada tahun 1956, yaitu ketika 5 tahun berlalu dari awal pendirian madzhab frangfurt oleh Adoorno dan kawan-kawannya. Dimana Habermas pada waktu itu masih berumur 27 tahun dan sudah menjadi asisten Adoorno di institu fur sozial forschung itu dan juga sibuk mempersiapkan skripsinya yang dikemudian hari menjadi salah satu karyanya yang termasyur didalam kefilsafatan, yang berjudul Srtukturwandel der Oeffentlichhkeit (Perubahan Dalam Struktur Pendapat Umum) dan terbit pada tahun 1962. Pada tahun yang sama kemudian ia mendapat gelar professor di kota Heiderlberg sampai pada tahun 1964 .
Perjalanan karir seorang sosok Jurgen Habermas ini memang sangat penuh lika-liku seperti halnya kebanyakan tokoh-tokoh filsafat dinegara jerman, namun Jurgen Habermas banyak bergulat dalam menuntaskan sekian kebuntuan Neo Marxisme yang terjadi di Madzhab Frangfurt pada periode awal. Perombakannya terhadap tesis awal yang menjadi kajian pokok makalah ini yaitu pemaknaan ulang terhadap kerja dalam pandangan Karl Marx terdahulu atau Marx tua seakan menjadi roh dari sekian pemikirannya, disamping terdapat pemikiran-pemikiran lain dalam bingkai Teori Kritis Madzhab Frangfurt. Dalam tradisi pemikirannya Jurgen Habermas tidak lepas dari tradisi kefilsafatan jerman yaitu filsafat idealisme seperti yang dikembangkan oleh Hegel, Kant dan Fichte dan tokoh filsuf jerman lainnya. Baik dalam bidang sosial, filsafat ataupun ekonomi politik masih melanjutkan tradisi berfikir jerman. Dan dalam pemikirannya mengenai Teori Kritis Madzhab Frangfurt dia tidak hanya melulu memfokuskan pada psikologi sosial atau ilmu sosial lainnya seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Madzhab Frangfurt periode awal, akan tetapi Jurgen Habermas lebih mengembangkan kepola yang lebih mudah, akan tetapi serius dan pasti.
Pada era kemunculan Madzhab Frangfurt baik periode awal atau generasi berikunya yaitu yang dimulai dengan kemunculannya Jurgen Habermas ini memang tidak akan pernah lepas dari kondisi sosial pada masa itu. Madzhab Frangfurt yang memang banyak mengambil inspirasi dari empat filsuf yang sebelumnya telah disebut diatas yaitu Hegel, Kant dan Fichte dan tokoh filsuf jerman lainnya ini berada dalam kondisi yang sangat tepat dalam menjalani proses pergulatannya dikajian kefilsafatan, dimana Negara Komunis Uni soviet yang membakukan ajaran Karl Marx ortodok untuk dijadikan ideologi perjuan mereka banyak menuai pro kontra. Kemunculan teori-teori marxis dibarat dengan dukungan fenomena Uni Soviet tersebut seakan memunculkan paham baru dalam diskursus ajaran-ajaran Karl Marx, yang kemudian dikenal dengan Marxisme Kritis atau Neo Marxisme yang inti faham ini adalah berupaya menyegarkan kembali ajaran-ajaran Marx Ortodok yang dianggap tidak lagi relevan dengan kondisi sosial politik dimasa kontemporer. Maka kemudian banyaklah bermunculan tokoh-tokoh marxis yang mencoba melakukan revisi besar-besaran terhadap teori-teori Karl Marx dan melakukan diskursus-diskursus ulang mengenai ajaran-ajaran Karl Marx, akan tetapi upaya ini tidak hanya menimbulkan respon positif bagi kalangan marxisme yang merasakan kebuntuan dari teori Karl Marx ini, respon negatif ternyata juga muncul dari marxis ortodok, yaitu gerakan yang konservatif terhadap ajaran Karl Marx, mereka tidak menginginkan ajaran Karl Marx diotak-atik yang mereka anggap sebagai kitab suci, dan inilah yang menyebabkan timbulnya salah satu statemen Kaum Revesionis bagi kalangan Neo Marxisme dibarat yang mencoba mengadakan pembaharuan terhadap ajaran Karl Marx .
Seperti yang dijelaskan dipendahuluan diawal tulisan ini, kemunculan Jurgen Habermas sebagai generasi kedua dari Madzhab Frangfurt tidak lepas juga dari proses sosial politik yang terjadi dimasa dahulu, namun yang paling subtansial dari latar belakang ini adalah bagaimana ajaran Karl Marx ortodok mengatakan, bahwa sistem kapitalisme yang didorong oleh kaum borjuis itu menemukan getahnya dengan kehancuranya oleh dirinya sendiri akibat dari over produksi yang dilakukan oleh industri-industri kaum kapitalis. Kapitalisme yang menemukan ruang ekspresinya dalam dunia ekonomi telah merambah ke-berbagai sendi kehidupan lainnya, dan tidak lagi ekonomi saja namun wilayah-wilayah kognitif manusia mereka rambah, maka alienasi manusia dari pekerjaanya akibat dari sistem kapitalisme yang sangat menindas dan eksploitatif ini timbul. Karl Marx mengemukakan teorinya tetang keterasingan dari pekerjaanya sebagai kritik terhadap kapitalisme .
Konsepsi Hegel tentang pekerjan yang dianggap sebagi sebuah aktivitas manusia yang menemukan keradaanya itu, menjadi pola dasar dari asumsi Karl Marx yang mengatakan bahwa, manusia kelas bawah atau populer disebut kaum proletar itu telah dipaksa untuk melakukan pekerjaannya sebagai buruh dalam kegiatan produksi, maka unsur ke-eksistensian-nya sebagai manusia yang mempunyai nilai estetik dalam setiap ekpresi dari hasil kreativitasnya mengalami keterasingan atau ketidak tahuannya terhadap dorongan aktivitasnya secara naluriah, mereka keluar dari kehendak niat awal sebagi sebuah kesenangan dan tanggung jawab, yang ini kemudian terasa menjadi paksaan dan kebencian terhadap pekerjaan . Nah, polemik pemaknaan pekerjaan oleh sebagian kalangan marxis inilah yang akan dijadikan pangkal latar belakang masalah penulisan makalah ini. Dan Jurgen Habermas sebagi penerus Madzhab Frangfurt akan dikupas dalam wilayah ini, upaya pemaknaan ulang inilah yang akan dikonsentrasikan dalam rumusan masalah dibawah ini.
Rumusan Masalah
Teori Kritis sebagai asumsi awal dari kemunculan Neo Marxisme menitik beratkan pada asumsi marx yang menyakal dari tesis Hegel mengenai konsep kritik dalam kontek filsafat sejarah idealismenya, bagi Karl Marx hegel terlalu abstrak dalam menyimpulkan pengertian sejarah manusia yang berjalan melalui kesadaran atau sejarah rasio, ini bagi karl marx tidak bisa dipahami secara kongkrit dalam dunia riil, dan seharusnya konsep kritik ini bisa menyentuh dunia nyata atau materi. Dan inilah yang kemudian oleh karl marx dipraktekkan dalam salah satu pemikirannya mengenai Materialisme. Sedangkan karl marx mengatakan bahwa, untuk memperjelas konsepsi kritik hegel ini, marx menganjurkan adanya proses terjun langsung kedunia praksis untuk mengetahui tujuan pragmatismenya dari konsepsi teori kritismenya hegel. dan inilah yang membuat karl marx cukup konsisten dengan anjuran bahwa, rasionalitas itu dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi dan arus modal kaum kapitalis .
Dalam konteks lain Karl Marx menyatakan bahwa, kaum kapitalis yang didukung oleh kaum borjuis telah melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi ini harus dilawan!, karena menjadikan manusia hanya sebagai robot pekerja dan akhirnya mengalami keterasingan dari pekerjaanya, dan upaya perlawanan ini akan menuai hasil ketika kaum buruh menyatukan kekuatan dalam satu komando untuk mewujudkan revolusi kaum proletar menuju penggulingan kekuatan kaum kapitalis yang eksploitatif.
Jurgen Habermas yang mempunyai latar belakang kekuatan berfikir kritis yang diwarisinya dari tradisi Madzhab Frangfurt yang kritis terhadap paham Marxisme Ortodok ataupun paham Neo Marxisme ini memulai kritiknya dengan mengatakan konsepsi teori karl marx klasik sudah usang dan harus dirombak guna mencari akar epistemologinya dalam dunia praksis, dan target sebenarnya dari teori-teori Karl Marx bukan lagi untuk kaum proletar, seperti yang disinggung diatas akan tetapi pada perkembangnan kapitalisme lanjut, dan ini makin menjadikan teori klasik karl marx sudah tidak relevan lagi. Dan apapun yang dilakukan oleh kaum buruh dalam aktivitasnya sebagai kaum proletar, yang ini oleh karl marx dipahami kerja adalah aktivitas proses produksi, akan mengalami kesalahan pemaknaan ketika konteks yang coba dipotret adalah masa-masa kontemporer oleh para marxisme, begitu Jurgen Habermas mengatakan.
Apapun pemaknaan kerja dalam prespektif ini mengalami kebuntuan metodologis, ini terbukti dari kesalahan pemahaman dari proses kerja itu, karena bagi Jurgen Habermas, dalam proses kerja itu bersifat praksis -yang oleh habermas praksis ini harus dipahami dalam kacamata Aristotelian yaitu sebuah komunikasi yang mewujudkan kehidupan nyata masyarakat -, dan yang terjadi adalah proses komunikasi, komunikasi dalam hal ini proses dialektika antar kaum buruh yang mengalami persepsi sama, dan komunikasi ini tidak berangkat dari ruang pretensi apa-pun, akan tetapi dari naluri dan nurani manusia yang paling dalam dengan disertai kesadaran akan adanya penindasan yang dilakukan oleh kaum kapitalis. Jurgen Habermas mengabaikan proses rasionalisasi ini, yang pada pada subtansinya memiliki relevansi dengan proses antara kerja dan interaksi, Pernyataan ini didukung oleh kecendrungannya terhadap studi pskoanalisinya Sigmuend Frued, yang ia asumsikan sebuah metodologi yang mudah dipahami karena bersifat praksis dan emansipatoris.
Dalam pandangan lain Karl Marx mengatakan, sistem produksi yang dikembangkan dengan perselingkuhan kaum pemodal (baca:kapitalis) dengan kaum borjuis banyak terjadi kontradiksi-kontradiksi, dan dalam proses selanjutnya kaum kapitalis ini yang merasa butuh terhadap kaum buruh sebagai konsekuensi arus modal, akan melakukan hubungan dengan kaum buruh, dalam hal ini timbul kesepakatan-kesepakatan. Kaum kapitalis yang berkeinginan mempertahankan kekuasaanya dalam bidang modal, dan buruh yang dipaksa bekerja tanpa keinginannya mengalami proses depolitisasi yaitu dengan upaya dari kaum kapitalis dalam merasionalkan dan meningkatkan kreativitasnya serta efektifitasnya dalam sistem produksinya, disini makin menguatkan kontradiksi-kontradiksi dari sistem ini, maka akibatnya proses produksi terancam akibat buruh mulai sadar akan posisinya yang sangat vital bagi kaum kapitalis karena tanpa tenaga kerja kaum buruh proses pengerukan modal tidak akan berjalan sesuai keinginanan kaum kapitalis.
Analisis
Maka Jurgen Habermas menganggap asumsi yang dibangun oleh Neo Marxisme adalah bagaimana upaya pengentasan kaum buruh dalam keterasingan dari pekerjaannya ini bisa teraih tanpa melihat konteks masanya, adalah kurang tepat karena semua penuh dengan pretensi-pretensi yang mengitarinya, dan ini perlu adanya proses komunikasi untuk menuju masyarakat terbuka dan bebas dari penindasan.
Jurgen Habermas memiliki sekian paradigma dalam memahami konsepsi-konsepsi teori Marxisme Ortodok atau Neo Marxisme yang sangat bermacam-macam ini, yang kalau saya analisis salah satunya adalah terdapat pada konsepsinya tentang komunikasi, komunikasi ini sebagai media interaksi dirinya sendiri maupun dengan orang lain, memberikan tindakan kepada rasio yang bisa membebaskan dari dogmatisme atau kesadaran palsu ini, adalah hasil dari proses komunikasi dengan dirinya sendiri. Didalam proses interaksi dengan dirinya sendiri ini ego sebagai sebuah kekuatan tersendiri dalam proses pembentukan psikologi manusia terlihat transparan terhadap dirinya, kesadaran akan keberadaan dirinya inilah yang memunculkan tindakan emansipatoris, karena dalam proses interaksi yang menuju arah proses komunikasi ini memakai media yaitu praksis.
Maka Jurgen Habermas dalam kaitannya dengan Neo Marxisme sangatlah erat sekali karena dalam proses pemunculan pikiran-pikirannya banyak terinspirasi oleh perdebatah antara marxisme ortodok dan Neo Marxisme yang terdapat dalam pergulatan filsafat kritis dijerman. Dan Jurgen Habermas dengan Teori Kritis yang diwarisinya dari tradisi Madzhab Frangfurt mempunyai nalar kritis yang berkarakter beda dengan para pendahulunya dalam memandang Neo Marxisme dan marx ortodok dalam kajian kefilsafatan.

Penutup
Demikian kiranya sekelumit dikripsi mengenai Jurgen Habermas dalam kaitannya dengan Neo Marxisme yang mengalami kebuntuan dan kesalah interpretasi terhadap pemaknaan kerja yang diasumsikan oleh kaum marxisme klasik, walaupun pada akhirnya sekian tesis yang coba digubah oleh Jurgen Habermas tidak menjadi titik kulminasi perdebatan panjang ini, namun bagi kami Jurgen Habermas cukup bisa mewarnai perdebatan kedua kekuatan besar ini yang sampai saat ini masih cukup dipercaya oleh kalangan aktivis gerakan mahasiswa sebagai kerangka metodis rasionalistik untuk mewujudkan sebuah perubahan.
Madzhab Frangfurt sebagai sebuah institute dijerman yang ternama, memang sebuah keniscayaan untuk terus dijadikan refensi akademik dalam kaitannya dengan Teori Kritis yang popular itu. Maka kemudian kiranya sampai disini saja.[]


DAFTAR PUSTAKA

Budi Hardiman, F., Kritik ideologi; Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan, Yogyakarta, Kanisius,1993.
Budi Hardiman, F., Menuju Masyarakat Komunikatif, Yogyakarta, Kanisius, 1993.
Suseno, F. Magniz., Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta, Kanisius, 2002.
Suseno, F. Magniz., Pemikiran Karl Marx; Dari Sosialisme Utopis Menuju Perselisihan Revisionisme, Jakarta, Garamedia, 2001.
Suseno, F. Magniz., Dibawah Bayang-bayang Lenin, Jakarta, Garamedia, 2003.
Popper, Karl. R., Masyarakat Terbuka dan Musuh-musuhnya, (terj), Pustaka Pelajar, 2002.
Hegel, G.W.F., Filsafat Sejarah, (terj), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001.
Beilharz, Peter., Teori-Teori Sosial,(terj), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002.
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar