BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN JAMALUDDIN AL AFGHANI

Admin Tuesday, December 21, 2010

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN JAMALUDDIN AL AFGHANI

Oleh: Azmil Mufidah

Biografi

Jamaluddin Al-Afghani dilahirkan di Afganistan tepatnya di As’ad Abad salah satu kawasan Zon Kunar pada tahun 1254 H atau 1838 M. Ia sangat jenius, sehingga banyak mempelajari buku-buku Islam dan filsafat. Berbagai ilmu telah dipelajarinya; filsafat, hukum, astronomi, sejarah kedokteran, matematika, methafisika. Kejeniusannya menghantarkan Jamaluddin menguasai enam bahasa (Arab, Inggris, Perancis, Turki, Persia dan Rusia).
Pada usia 19 tahun Jamaluddin merantau ke India. Nasionalisme tumbuh karena melihat rakyat India yang mengalami kesengsaraan akibat ditindas oleh penjajah Inggris. Kebencian kepada kolonialisme dan imperialisme semakin membara dalam diri Jamaludin. Ia mengobarkan anti-penjajahan dan ikut ambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan India pada Mei 1869. Jamaludin Memberikan semangat, menyadarkan orang supaya menantang panjajah demi kemajuan masyarakat agama dan negara.

Seorang ilmuwan dan pemikir yang terkenal pada abad 19, kreatif, menghasilkan karya-karya bermutu, penulis. Seorang ahli politik, aktif berjuang menentang panjajah. Corak pemikirannya membawa masyarakat Islam pada kemajuan dan merdeka dari penjajah.

 Pada tahun 1871, Ia pindah ke Mesir, waktunya dihabiskan untuk membina para pemuda, intelektual Mesir, salah satunya adalah Muhmmad Abduh. Ia banyak mengajar bidang studi salah satunya adalah filsafat Islam. Muhammad Abduh sebagai murid sekaligus pengagum Jamaluddin selalu mengikuti materi-materi yang diberikannya. Sehingga tumbuh dalam dada Abduh jiwa yang hampir sama dengan gurunya yaitu semangat mengobarkan perjuangan dan persatuan umat Islam serta berjuang menentang penjajah.

Pada tahun 1882 ia pergi mengembara ke Amerika Serikat dan tinggal beberapa bulan, ke London, ke Moscow, Rusia. Kemudian keliling Eropa dilanjutkan ke Paris. Pada awal 1883 bekerjasama dengan muridnya Muhmmad Abduh membuat majalah anti penjajahan yang bernama” Al Urwatul Wustqa”. Alasannya, penguasa Barat melarang beredarnya majalah ini karena khawatir dapat mengobarkan kebencian umat Islam terhadap kolonialisme dan imperialisme Barat terhadap Islam. Dan juga khawatir akan bersatunya umat Islam.
Pada tanggal 9 Maret 1897 di Istambul Jamaluddin menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker yang dideritanya. Seorang reformer telah pergi dengan tidak meninggalkan keturunan karena selama hidupnya Jamaludin tidak menikah. Jenazahnya dipindahkan ke Afghanistan pada tahun 1944 atas permintaan pihak kerajaan dan dikebumikan di Universitas Kabul Palestina. Kematiannya kontroversial. Sebagian mengatakan akibat penyakit kanker, sebagian lain akibat diracun dan sebagian lain, pihak keluarga kerajaan ada yang ingin membinasakannya.

Menurutnya, kemunduran umat Islam karena umat Islam telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran yang dating dari luar, salah pengertian terhadap hadits bahwa Islam akan mengalami kemunduran, lemahnya rasa persaudaraan Islam, kejumudan berfikir, mandegnya perkembangan keilmuan dan merosotnya tradisi intelektual. Sehingga muncul kebangkitan Islam dengan berbagai gerakan puritanisasi hingga muculnya gerakan “Pan-Islamisme” yang diusung oleh Sayyid Jamaluddin Al-Afghani.

Pemikirannya, Pendekatan, dan Metodenya

Ketika memasuki abad ke-18 terjadilah desakan yang begitu hebat oleh penetrasi Barat terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata dan menyadari betapa mundurnya umat Islam itu jika dihadapkan dengan kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam tersebut, maka pada abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan.
Penelitian sejarah Islam pada umumnya menggarisbawahi bahwa gerakan modernisme Islam timbul dari dampak penetrasi Barat, semenjak abad 17 M/12 H. Keunggulan militer dan sains Barat menyadarkan keterbelakangan masyarakat Islam lalu menumbuhkan semangat kebangkitan Islam.

Dimulai oleh Jamaluddin al-Afghani (1255-1315 H/1839-1897 M) yang menyerukan peningkatan standar moral dan intelektual untuk menanggulangi bahaya ekspansionisme Barat. Walaupun tidak melakukan modernisasi intelektual, namun seruannya menggugah masyarakat Muslim untuk mengembangkan dan menyebarkan disiplin-disiplin filosofis. Jamaluddin hanya mengadakan sedikit upaya pembaharuan pendidikan secara umum. Upaya pembaharu ini pada akhirnya melahirkan sejumlah “pewaris” yang meneruskan proses modernisasi. Jadi inilah yang dimaksudkan bahwa pembaharuan modernisme klasik setidak-tidaknya telah berupaya mengadakan reformasi internal, yakni menanamkan rasionalisme sebagai solusi awal terhadap kemacetan dan kemerosotan intelektual.

Ide-ide kreatif yang dimunculkan oleh kebanyakan modernis kontemporer pada umumnya tidak jauh berbeda dengan kebijakan modernisme klasik. Mereka mencarikan konsep-konsep baru dalam bidang-bidang tertentu secara lebih sistematis, termasuk para pemikir kontemporer abad 19. Jamaluddin Al Afghani seorang aktivisme anti imperialisme.  Dia menolak paham tradisionalisme murni dan westernisasi murni. Dalam menghidupkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diabaikan oleh orang-orang Islam sendiri dan juga telah banyak dipengaruhi oleh orang Barat, dia memakai pendekatan politik untuk melawan gerakan imperialisme.

Corak pemikiran Jamaluddin Al-Afghani pada dasarnya tidak terlepas dari kondisi dan situasi pada zaman itu yaitu zaman penjejahan Inggris. Sehingga Coraknya adalah “pembebasan, kemerdekaan, anti-penjajahan, anti-kolonialisme dan anti-imperalisme. Ia menghendaki persatuan umat Islam untuk bersama-sama bangkit menentang penjajah.

 Jamaludin juga menyoroti tentang peran wanita yang memiliki akal untuk berfikir, tidak melarang untuk bekerja sama dalam kemajuan umat. Dunia sekarang menamakan gerakan pemikiran Al-Afghani dengan sebutan revivalis dan modernis.
Revivalis bermaksud mengembalikan kejayaan umat Islam ketika mendapakan kejayaan umat Islam jaman Khulafaur Rasyidin. Revivalis yang dikemukakan Jamaludin lebih kepada upaya untuk, pertama kejayaan dan kebangkitan umat islam dapat terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang masih murni dan meneladani pola hidup para sahabat nabi, khulafaur Rasyidin. Kedua perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme Barat baik politik, ekonomi, maupun kebudayaan. Ketiga pengakuan keunggulan Barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi harus diikuti dengan belajar dari Barat. Modernis dialamatkan kepada Jamaludiin karena seringnya bergesekkan dengan peradaban Barat yang modern, pemikiran-pemikirannya rasional mendambakan Islam berkembang tidak kalah dengan Barat. Islam harus juga memperhatikan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Oleh karena itu, Jamaluddian menggunakan metode konstruktif Reformisme dengan mengembalikan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Itulah pola dan corak berfikir Jamaludin yang modernis. Ia membangkitkan semangat umat Islam untuk melawan penjajahan dan kekuasaan absolut, mendorong umat Islam mempelajari sains dan teknologi Barat tanpa terbaratkan.

Ide Islah maksudnya adalah untuk perbaikan atau perubahan terencana ke arah yang lebih baik demi kemajuan Islam. Ide-ide gerakan “Islah” yang dikumandangkan Jamaladdin Al-Afghani adalah sebagai berikut :
1. Mengembalikan kecemerlangan umat Islam yaitu kembali pada ajaran yang benar.
2. Membina perpaduan, persatuan dan kesatuan tanpa memandang bangsa dan negara serta budaya melalui gagasannya Jami’ah Islamiyah(PAN ISLAMISME)
3. Mengkritik taklid ‘ama yaitu mengikuti segala sesuatu secara membabi buta. 
Sebenarnya ide “Ishlah”, pembaharuan atau reformasi tersebut bermuara pada kebangkitan umat Islam dari keterpurukan penetrasi Barat terhadap dunia Timur.

Ide dan gagasan pembentukan “Al-Jami’ah Al-Islamiyah” atau “Pan-Islamisme” dikemukakan setelah Jamaluddin mendapatkan tempat layak dari Sultan Abdul Hamid di Istambul turki. Pan-Islamisme diharapkan bergabungnya kekuatan-kekuatan negara Timur yang terdiri dari, Persia, Afghanistan, dan Turki serta wilayah-wilayah yang ada di bawahannya dengan semacam persatuan dan perjanjian.

Gagasan besar Jamaludin Al-Afghani terkenal dengan PAN-ISLAMISME ( Al-Jami’ah Al-Islamiyah ; persatuan dan kesatuan dunia Islam). Tujuan akhirnya adalah menyatukan negara-negara Islam dalam satu komando kepemimpinan yang mampu menghalau campur tangan Eropa dan mewujudkan kembaIi kejayaan Islam. Perjuangannya bertujuan membangun sistem politik berdasarkan persaudaraan Islam (Ukhuwah Islamiyah) yang telah berantakan di tangan penjajah. 
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar