IMAN DAN KEJUJURAN

Admin Tuesday, December 21, 2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
             Setiap Rasul yang diutus oleh Allah selalu dianugerahi  dengan sifat shiddiq, amanah, fathanah, dan tabligh. Sifat shiddiq yang berati kebenaran akan ajaran-ajaran yang mereka bawa, baik dari segi perkataan, perbuatan, yang sesuai dengan niat yang ada dalam hati. Sifat shiddiq ini menjadi semakin kuat karena ajaran yang mereka bawa berasal dari Allah al-Haqq. Selain hal tersebut, para Rasul juga senantiasa menerapkan sifat tersebut dalam kehidupan kesehariannya dengan orang lain. Sehingga, tidak heranlah jika “Muhammad” sebagai contohnya  pernah digelari dengan al-Amin( yang terpercaya).
            Sebagaiman yang telah dicontohkan, selayaknya kita sebagai pengikut para Rasul tersebut, khususnya Rasulullah S.A.W meneladani sifat-sifatnya, seperti komponen shiddiq dalam diri beliau.


قال: فأخبرني عن الإيمان. قال: “أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر. وتؤمن بالقدر خيره وشره” قال: صدقت
“Dia( jibril) bertanya: “Beritakanlah kepadaku tentang iman. !” Nabi menjawab: “Engkau beriman kepada Allah, MalaikatNya, KitabNya, Rasul-RasulNya,  hari akhirat (kiamat) dan engkau mempercayai adanya qadar buruk dan baik.” Katanya(jibril): “Benar perkatanmu !”

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
Artinya:
Rasulullah S.A.W bersabda “Sesungguhnya kebenaran itu membawa kebaikan (ta’at) dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan seseorang membiasakan dirinya berkata benar hingga tercatat disisi Allah siddiq.Dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Dan seseorang suka berdusta, sehingga ia tercatat di sisi Allah sebagai  pendusta.
Manusia yang selalu melatih diri untuk kebaikan , akhirnya kebaikan itu menjadi tabiat kebiasaannya ,dan apabila telah menjadi demikian , maka mudahlah ia melakukannya.

حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ السَّعْدِيِّ قَالَ قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ مَا حَفِظْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Artinya:
Dari Abu Haura’ as-Sa’diyyi berkata: Aku bertanya kepada Hasan bin ‘Ali : “Apa yang telah kamu hafalkan dari ajaran Rasulullah S.A.W?”. Dia menjawab: ‘saya telah hafal dari ajaran Rasulullah S.A.W “ Tinggalkan apa yang kau ragu-ragukan kepada apa yang tidak kau ragu-ragukan. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada ketenangan, dan dusta menimbulkan keragu-raguan.
Hadis ini merupakan pokok sendi dalam mengerjakan sesuatu, sehingga segala perbuatan ibadat yang tidak disertai keyakinan yang sungguh-sungguh , tidak sah hukumnya. Maka semua pekerjaan harus dikerjakan benar-benar menurut perintah Allah S.W.T dan Rasulullah S.A.W.


حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى وَاللَّفْظُ لِحَرْمَلَةَ قَالَ أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا و قَالَ حَرْمَلَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِي أَبُو شُرَيْحٍ أَنَّ سَهْلَ بْنَ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ
Artinya:
Sesungguhnya Rasulullah S.A.W bersabda: “ Siapa yang meminta kepada Allah mati dalam keadaan syahid dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah S.W.T akan menyampaikannya ke tingkat orang yang mati syahid, meskipun ia mati di atas ranjang ( tempat tidurnya )”.
Hadis ini menunjukkan kebesaran karunia Allah , dan tidak terikat oleh kejadian lahir saja , hingga kesungguhan niat dalam hati akan diberi nilai yang sama dengan praktek, meskipun tidak dipraktekkan.



loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar