Gharib al-Qur’an: Kata الوحي | al-Wahyu

Admin Monday, December 27, 2010
Asal Kata الوحي dan Makna Haqiqi-nya

Kata الوحي mashdar, berasal dari وحي- يحى- وحيا yang berarti menyampaikan pengetahuan kepada seseorang secara rahasia.[1] Kata الوحي juga bermakna isyarat, isyarat yang cepat.[2] Makna lain yang ditemukan seputar kata الوحي itu adalah tulisan, surat, ilham, pesan rahasia, dan segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang pada selainnya [3]Al-Ajjaj bersyair:وحى لها القرار فاستقرت[4] أي كتب لها القرار . Al-Asadi berkata: وحيت لك بخبر كذا أي أشرت و صوت به رويدا[5]

Dalam tradisi arab,[6] أوحى ووحى memiliki makna yang sama dengan أومى وومى . Dari makna-makna di atas, dapat dikatakan الوحيadalah penyampaian sesuatu baik itu segenap pengetahuan, larangan, ataupun perintah pada orang lain secara rahasia melalui cara-cara tertentu.

Derivasi Kata الوحي dan Maknanya[8]

- الوحى = الصوت/الوحاة (suara).

Berkata seorang penyair: منعناكم كراء و جانبيه كما منع العرين وحى اللهام

- الوحاء = الإسراع (terburu-buru)

- الوحا = البدار أو الإسراع (bergegas/tergesa-gesa)

- الإيحاء = البكاء (menangis). Dikatakan: و الناءحة توحي الميت تنوح عليه[10]

- الوحي = السريع (cepat). Dikatakan: موت وحي[11]

- وحى – توحية = عجل (bersegera)

- توحى = أسرع . Hadis Nabi berbunyi: إذا أردت أمرا فتدبر عاقبته فإن كانت شرا فانته و إن كانت خيرا فتوح أي أسرع[12]

- استوحى = استصرخ أو استخبر (meminta penjelasan/kabar)

Semua derivasi di atas memiliki hubungan makna yaitu adanya usaha untuk menyampaikan sesuatu.

Ragam Makna الوحي dalam al-Qur’an[13]

Di dalam al-Qur’an banyak ditemukan beragam makna yang disandang oleh lafadz الوحي ini. Berikut ragam makna الوحي dan isytiqaq-nya dalam al-Qur’an.

- Ucapan tanpa suara, dengan isyarat tubuh atau tulisan, menyampaikan pesan secara rahasia.

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا (11)[14]

- Isyarat, pertimbangan, tulisan

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا [15]

- Isyarat berupa bisikan kebimbangan

وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ [16]

- Perkataan Ilahi yang disampaikan pada para nabi dan wali-Nya juga disebut الوحي.

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ [17]

Dalam pengertian ini, dibedakan makna الوحي dari segi metode penyampaiannya.

a. Rasul menerima secara langsung dari Jibril, melihat dzatnya dan mendengar suaranya. Terjadi ketika Jibril menyampaikan wahyu dengan mengambil bentuk tertentu.

أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ

b. Hanya mendengar suara, seperti yang dialami Nabi Musa, أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَاب

c. Menyelusup dalam hati dalam bentuk getaran atau bisikan.

d. Berbentuk ilham[18] وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيه [19]

e. Melalui sindiran وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ [20]

f. Melalui mimpi. Nabi SAW bersabda:

انقطع الوحي وبقيت المبشرات رؤيا المؤمن فالإلهام و التسخير و المنام [21]

- Kata الوحي dimaknai secara umum sebagai suatu pengetahuan akan keesaan Allah sehingga wajib untuk menyembah-Nya.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ (25)[22]

Yang dimaksud al-wahy di atas bukan terbatas pada wahyu yang dikhususkan kepada Rasul Ulul ‘Azmi saja tetapi wahyu berbentuk pengetahuan itu dapat diketahui oleh siapapun dengan perantara akal dan ilham. Kemudian apabila dilihat lebih jauh, ada beberapa wahyu (baca: pengetahuan) yang disampaikan melalui perantara nabi, semisal:

a. Melalui Isa, disampaikan pada al-Hawariyyun. وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آَمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي[23]

b. Dengan perantara para nabi, disampaikan pada umat-umatnya. وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ[24]

c. Disampaikan melalui perantara Jibril pada Musa, dan melalui perantara Jibril dan Musa diteruskan pada Harun. وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآَ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا[25]

d. Disampaikan pada para Malaikat melalui papan dan pena إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ[26]

Kadangkala dalam ayat, siapa yang mendapat wahyu atau apa isi wahyunya itu dihapus (mahdzuf), dapat diketahui hanya dengan melihat konteks ayat seperti berikut:

فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا [27]

Dalam ayat di atas, siapa yang diberikan wahyu tidak disebutkan secara eksplisit, tapi dari konteks dapat diketahui bahwa wahyu ditujukan pada para malaikat karena merekalah penduduk langit.[28]

Ungkapan Majaz dengan kata الوحي

Dalam tradisi Arab, sebagaimana yang disebutkan Abu Zaid, terkenal ungkapan وحي في حجر (tanda di batu). Ungkapan ini ditujukan bagi orang yang menyembunyikan rahasianya. Mengapa batu? Batu itu benda mati, tidak akan memberitahukan apapun pada seseorang. Sebegitu kuatnya batu itu, tanda itu juga akan terjaga sebagaimana kuatnya seseorang menyembunyikan rahasianya.[29]

Kesimpulan

Dari pembacaan penulis, ada beberapa kesimpulan yang perlu dicatat mengenai lafadz gharib الوحي ini, yaitu:

- Penggunaannya dalam al-Qur’an selalu berbentuk al-tsulatsi mazid, terkhusus bentuk fi’il al-madhi dan fi’il mudhari’( أوحى- يوحي ). Adapun mashdarnya berbentuk al-tsulatsi mujarrad ( وحيا )

- Dari keseluruhan makna yang ada, ada satu benang merah yang mengikat semuanya yaitu penyampaian suatu pengetahuan, baik perintah, larangan, atau apapun secara rahasia melalui cara-cara tertentu.



[1] Abu al-Husain Ahmad, Maqayis al-Lughah(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 6, hlm. 70.

[2] Maqayis al-Lughah, hlm. 70. Lihat juga: Al-Raghib al-Asfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 515.

[3] Muhammad ibn Mukram ibn Mandzur, Lisan al-Arab(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 15, hlm. 379.

[4] Allah mewahyukan pada bumi bahwa telah ditetapkan suatu ketetapan baginya sehingga dia tidak boleh berputar sekehendaknya. Mewahyukan di sana artinya menulis.

[5] Kusampaikan kepadamu berita ini, maksudnya ku memberitahumu suatu berita dengan bersuara pelan.

[6] Beda antara keduanya adalah وحى itu menjadikan posisinya sebagai sifat sebagaimana kata مسفرة (bersinar), sementara أوحى mengandung dalamnya makna sifat. Lihat: al-Furuq al-Lughawiyah (CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 570

[7] Lisan al-Arab, juz 15, hlm. 379.

[8] Lisan al-Arab, juz 15, hlm. 379.

[9] Kami melarang kalian menyewa di kedua sisinya seperti sebuah suara yang memperingatkan akan adanya bahaya.

[10] Dan seseorang itu sedang menangisi mayit dan meratapinya.

[11] Kematian yang cepat.

[12] ِApabila kamu ingin melakukan sesuatu pikirkanlah akibatnya, jika buruk maka hentikanlah dan jika akibatnya baik bersegeralah.

[13] al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 515.

[14] Q. S. Maryam: 11. (Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.)

[15] Q. S. Al-An’am: 112. (Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).)

[16] Q. S. Al-An’am: 121. (Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu.)

[17] Q. S. Asy-Syura: 51. (Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.)

[18] Ilham itu berasal dari Allah ta’ala langsung tanpa perantara malaikat. Wahyu dikhususkan pada Rasul sedangkan ilham khusus buat para wali. Lihat; al-Furuq al-Lughawiyah (CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 69.

[19] Q. S. Al-Qashshas: 7. (Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia)

[20] َQ. S. An-Nahl: 68 (Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah)

[21] Artinya: “ Wahyu telah terputus, yang tertinggal hanya mimpi orang mukmin baik itu berbentuk ilham, sindiran, ataupun mimpi.

[22] Q. S. Al-Anbiya: 25. (Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.)

[23] Q. S. Al-Maidah: 111. (Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.")

[24] Q. S. Al-Anbiya: 73. (dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebajikan)

[25] Q. S. Yunus: 87. (Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu.)

[26] Q. S. Al-Anfal: 12. ((Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu)

[27] Q. S. Fushshilat: 12 (Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.)

[28] al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an(CD Rom al-Maktabah al-Syamilah), juz 1, hlm. 515.

[29] Lisan al-Arab, juz 15, hlm. 379.

loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar