Aliran-aliran Hermeneutik dan Aliran Obyektivis Pemikiran Hermeneutik Friedrich Schleiermacher

Admin Thursday, December 16, 2010

Aliran-aliran Hermeneutik dan Aliran Obyektivis Pemikiran Hermeneutik Friedrich Schleiermacher 

Secara garis besar aliran-aliran hermeneutik dapat dibagi menjadi 3 bagian:

Aliran obyektivis: aliran yang lebih menekankan pada pencarian makna asal dari obyek penafsiran (teks tertulis, teks diucapkan, prilaku, simbol-simbol kehidupan dll.). Jadi, penafsiran adalah upaya merekonstruksi apa yang dimaksud oleh pencipta teks. Di antara yang bisa digolongkan dalam aliran ini adalah pemikiran Schleiermacher dan Dilthey.

Aliran subyektivis: aliran yang lebih menekankan pada peran pembaca/penafsir dalam pemaknaan terhadap teks. Pemikiran-pemikiran yang tergolong dalam aliran ini beragama. Ada yang sangat subyektivis, yakni ‘dekonstruksi’ dan reader-response criticism; ada juga agak subyektifis, yakni postrukturalisme; dan ada juga yang kurang subyektivis, yakni strukturalisme.

Aliran yang berberada di tengah-tengah antara dua aliran di atas. Yang bisa dimasukkan dalam kategori ini adalah pemikiran Gadamer dan Gracia. Aliran ini memberikan keseimbangan antara pencarian makna asal teks dan peran pembaca dalam penafsiran.

Aliran Obyektivis Pemikiran Hermeneutik Friedrich Schleiermacher (1768-1834)

Kontribusi Distingtif Schleiermacher

Berbeda dengan pemikir-pemikir sebelumnya, dia tidak hanya menempatkan hermeneutika sebagai perangkat penafsiran thdp teks Bibel dan teks-teks klasik lainnya. Lebih dari itu, dia memerankannya secara luas, yakni problem of human understanding as such, sehingga obyek penafsiran menjadi lebih luas. Tujuannya adalah menempatkan hermeneutika dalam konteks theories of knowledge (teori ilmu pengetahuan).

Hermeneutika tidak hanya dipandang sebagai disiplin pedagogis dalam bidang penafsiran, yang sebaiknya diikuti oleh para penafsir, sebagaimana yang diadvokasi oleh para ahli-ahli hermeneutik. Lebih dari itu, hermeneutika di tangan Scheiermacher memunculkan pertanyaan-pertanyaan transendental: it enquired into the basis and possibility of human understanding.

3. Hermeneutika tidak lagi hanya membicarakan prosedur penafsiran yang sangat mekanis. Lebih dari itu, Schleiermachen memerankan disiplin ini sebagai perangkat pemahaman yang mendalam. Memahami teks, baginya, berkaitan dengan individualitas pengarang yang memproduk teks dan studi atas language-situation (‘situasi bahasa’) dan language-world (‘dunia bahasa’) yang darinya teks itu muncul. Atas dasar itu, hermeneutika Schleiermacher terkenal dengan “psychological and grammatical hermeneutics”. Kedua hal ini mendapatkan perhatian yang sama. Dengan demikian, konsepsi Schleiermacher tentang tugas hermeneutik sangat luas, mencakup: pemikiran, pengalaman dan situasi pengarang; isi, konteks, bahasa dan pengaruh teks; kapasitas linguistik dan kapasitas lain dari pembaca/audiens awal teks; dan kesadaran dan pengalaman penafsiran masa berikutnya. Hal ini semua juga diaplikasikannya terhadap teks Bibel.

B. Prinsip-prinsip Hermeneutika Schleiermacher

Pemahaman berarti mengalami kembali proses mental pengarang teks.

Memahami teks adalah menangkap arti dari ‘bagian-bagian’ teks melalui pemahaman (bukan hanya melalui refleksi rasional, melainkan juga dengan ‘divinitas’) terhadap makna ‘keseluruhan’ teks.

Pemahaman melibatkan persepsi tentang individualitas pengarang sebagai pengguna bahasa yang juga digunakan oleh orang lain (shared language).

Pemahaman tidak sekedar menangkap apa yang disebutkan secara eksplisit oleh pengarang, tetapi juga memahami pikiran dan tujuannya di balik kata-kata atau tulisannya.

Keempat prinsip ini tidak terpisah satu dari yang lainnya.
Pemahaman berarti mengalami kembali proses mental pengarang teks

 - Setiap teks merupakan refleksi dari ‘pemikiran’, dan pemikiran terkait dengan ‘mental’ seseorang.

 - “Understanding always involves two moments: to understand what is said in the context of the language with its possibilities and to understand it as a fact in the thinking of speaker.”

 - Melalui perbandingan (comparasion; rational reflection ) dengan pengarang lain dan melalui ‘divinity’ (memahami tidak berdasarkan rasionalitas).

Memahami teks adalah menangkap arti dari ‘bagian-bagian’ teks melalui pemahaman (bukan hanya melalui refleksi rasional, melainkan juga dengan ‘divinitas’) terhadap makna ‘keseluruhan’ teks.

 - Teks à bahasa  generalities (language system; langue) dan particularities (language uses; parole).

- Internal teks: hubungan antara bagian teks yang satu dengan bagian lain dari teks yang bersangkutan.

loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar
June 5, 2017 at 10:04 PM delete

sumbernya dari mana ya? mohon disertakan...

Reply
avatar
June 5, 2017 at 10:05 PM delete

sumbernya dari mana ya? mohon disertakan...

Reply
avatar

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar