Oleh: Robiatul Adawiyah
Yang dimaksud dengan reformisik adalah transformasi dengan penafsiran-penafsiran baru yang lebih hidup dan lebih cocok dengan tuntutan zaman. Tipologi ini cenderung meyakini bahwa antara turats[1] dan modernitas kedua-duanya adalah baik. Turats adalah orang lampau, sedangkan modernitas adalah milik Barat. Mengambil satu dan membuang yang lainnya adalah gegabah dan membuang keduanya adalah konyol. Gerakan reformistik dalam dunia Arab modern telah dimulai dan disemai oleh para pemikir Islam, di antaranya Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
A. Jamaluddin Al-Afghani
1. Biografi
Nama aslinya Muhammad Ibn Shafdar Al-Hussainy. Lahir tahun 1254 H/1838 M di kota kecil Asad Abad, Afghanistan. Ia berasal dari keluarga bangsawan terhormat yang mempunyai garis hubungan nasab dengan Imam Tirmidzi. Ia juga mempunyai hubungan silsilah dengan Fatimah binti Rasulullah SAW.
Dalam hal pendidikan, semula ia hanya berpendidikan tradisional dan hanya beberapa tahun saja mengenal pendidikan Barat. Pada usia 16 tahun, ia dikirim ayahnya ke India. Di sana ia mempelajari ilmu agama, ilmu pasti, dan ilmu umum menurut sistem Barat. Pada usia 18 tahun, ia sudah pandai dalam beberapa ilmu pengetahuan.
2. Metode dan Pendekatan
Dalam memahami permasalah yang dihadapi umat Islam, Jamaluddin Al-Afghani menggunakan metode reinterpretasi teks. Sedangkan pendekatan yang dia pakai adalah sosial-historis dan hal yang menjadi pusat perhatiannya adalah politik.
3. Pokok-pokok Pikiran
Menurut Al-Afghani, sebab kemuduran uamt Islam adalah karena umat Islam meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Sedangkan dari sebab politis adalah terdapat perpecahan di kalangan umat Islam, pemerintahan absolute, mempercayakan pemimpin umat kepada orang-orang yang tak dapat dipercaya, mengabaikan masalah pertahanan militer, menyerahkan administrasi negara kepada oaring-orang tidak berkompeten, dan intervensi asing. Selain itu, lemahnya persudaraan dikalangan umat Islam juga merupakan penyebab kemunduran umat Islam.
Dalam hal turats, Al-Afghani menolaknya secara tidak kritis di satu pihak dan peniruan membabi buta terhadap Barat di lain pihak. Dia sangat menekankan kualitas yang sangat diperlukan di dunia modern, seperti penggunaan akal, aktivisme politik, serta kekuatan militer dan politik.
Al-Afghani lebih memprioritaskan politik daripada pembaharu dalam Islam, tapi bukan berarti dia menghiraukan pembaharuan. Politik Al-Afghani dalam Islam erat kaitannya dengan pembaharuan karena politik timbul sebagai akibat dari pemikiran-pemikiran pembaharuan.
Ciri politik Al-Afghani adalah pendiri gerakan Pan-Islamisme (konsep pemikiran politik) yang mempersatukan tafsiran nasional terhadap agama Islam dengan modernisme dan pembaharuan. Sedangkan tujuannya adalah usaha untuk memperbaharui dan memperkuat suatu Negara Islam.
Pokok pembaharuan Al-Afghani:
· Kembali kepada agama Islam
· Menganjurkan ijtihad
· Melepaskan umat Islam dari kebodohan
B. Muhammad Abduh
1. Biografi
Muhammad Abduh lahir sekitar tahun 1849 di suatu desa di Mesir Hilir. Ia berasal dari keluarga petani sederhana, tapi ibunya menurut riwayat mempunyai silsilah yang smapai kepada Umar Ibn Khattab.
Untuk mempelajari masalah keagamaan, ayahnya mengirimnya ke Tanta. Tapi, dia kurang merasa cock dengan metode pembelajaran yang ada di Tanta sehingga di keluar dari Tanta, tetapi dia tetap dipaksa kembali ke sana. Sebelum dia pergi ke Tanta, di lari ke rumah pamannya dan di sana dia bertemu dengan Syekh Darwisy Khadr. Syekh Darwisy bisa mengubah pemikirannya sehingga dia mau kembali belajar ke Tanta. Setelah di Tanta, dia melanjutkan proses pembelajarannya ke Al-Azhar dan di Mesir dia bertemu dengan Jamaluddin Al-Afghani dan berhasil menjadi muridnya.
2. Metode dan Pendekatan
Metode yang digunakan Muhammad Abduh sama dengan Metode Al-Afghani, yaitu reinterpretasi teks. Pendekatannya pun sama, yaitu sosial-historis, tetapi yang menjadi pusat perhatiannya bukan politik, melainkan pendidikan.
3. Pokok-pokok Pikiran
Muhammad Abduh dalam pembaharuannya lebih fokus dalam hal pendidikan karena menurutnya kemunduran umat Islam disebabkan caranya yang salah dalam mempelajari dan memahami nilai-nilai Islam, tapi bukan berarti dia tidak memprioritaskan hal-hal yang lain. Di antara bentuk-bentuk pembelajaran dan pemahaman terhadap nilai-nilai Islam yang salah adalah paham jumud[2]. Paham ini membawa kepada kemerosotan suatu bangsa. Untuk mengatasinya segala hal harus dikembalikan kepada ajaran-ajaran salaf. Ide-ide pembaharuannya meliputi:
· Meluruskan pemahaman agama
· Memperbaharui sistem pendidikan dengan metode baru dalam rangka mencerdaskan umat Islam.
Langkah-langkah pembaharuannya dalam bidang agama adalah:
· Membongkar kejumudan
· Membuka pintu ijtihad
Sedangkan langkah-langkah pembaharuannya dalam bidang pendidikan dia pusatkan di Al-Azhar yang meliputi metode pengajaran, kurikulum administrasi, asrama mahasiswa, dan juga peningkatan pelayanan kesehatan bagi mahasiswa.
[1] Turats adalah warisan masa lalu dalam sejarah suatu bangsa berupa tingkah laku, etos kerja, pencapaian budaya, dan karya-karya ilmiah
[2] Jumud adalah sifat yang tidak mau menerima perubahan dan hanya berpegang pada tradisi lama (turats)
loading...
Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar