Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi Selama Isra Miraj

Admin Friday, November 11, 2016

Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi Selama Isra Miraj

1. Melihat Sosok Asli Malikat Jibril
Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit.Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidrat al Muntaha.

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha.Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya.Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An Najm : 13 – 18).
Dikatakan bahwa Muhammad telah melihat wujud asli dari Malaikat Jibril yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap. “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (An-Najm 53:13)
image / islamidia.com
Asy-Syaibani berkata: Aku menanyai Zirr bin Hubaisy tentang firman Allah Azza wa Jalla, maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (an-Najm, 53: 9). Dia menjawab: "Telah mengabariku Ibnu Mas'ud bahwasanya Nabi telah melihat (bentuk asli) Jibril. Ia memiliki 600 sayap." (HRMuslim).
2. Sampai di Sidrat al Muntaha MenggunakanBuraq
Menurut berbagai riwayat, ketika itu Nabi menaiki Buraq.Ketika Nabi tiba di langit dunia, berkatalah Jibril kepada penjaga langit, “Bukalah.”Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?”Ia (Jibril) menjawab, “Ini Jibril.” Penjaga langit itu bertanya, “Apakah Anda bersama seseorang?”Ia menjawab, “Ya, aku bersama Muhammad saw.” Penjaga langit itu bertanya, “Apakah dia diutus?”Ia menjawab, “Ya, ketika penjaga langit itu membuka, kami menaiki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke tujuh.Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya.Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf.Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi saw bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnyaBayt al-Ma’mur, tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.
Sidrat al Muntahā berasal dari kata sidrah dan muntaha.Sidrah adalah pohon bidara, sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan, sebagaimana kata ini dipakai dalam ayat berikut:
ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الأوْفَى )٤١ (وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى (٤٢(
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm, 53:41-42) 
Dengan demikian, secara bahasa Sidrat al Muntahā berarti pohon Bidara tempat berkesudahan.Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya. Istilah ini disebutkan sekali dalam Al Qur’an, yaitu pada ayat:...(yaitu) di Sidratil Muntaha. (An-Najm, 53:14)
Sidrat al Muntaha  digambarkan sebagai pohon bidara yang sangat besar, tumbuh mulai langit ke-6 hingga langit ke-7. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu, sebagaiman Hadis:Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha'sha'ah, dari Nabi. Diapun menyebutkan hadits Mi'raj, dan di dalamnya: "Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha". Lalu Nabi mengisahkan: "Bahwasanya daunnya seperti telinga gajah dan bahwa buahnya seperti bejana batu". Hadits telah dikeluarkan dalam ash Shahihain dari hadits Ibnu Abi Arubah.Hadits riwayat   Baihaqi.
Jika Allah memutuskan sesuatu, maka "bersemilah" Sidrat al Muntahā sehingga diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran Ibnu Mas'ud ra, adalah "permadani emas".Deskripsi tentang Sidrat al Muntahā dalam hadits-hadits tentang Isra Mi'raj tersebut menurut sebagian ulama hanyalah berupa gambaran sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata.
3. Singgah di Baitul Ma’mur
Baitul ma’mur, tempat Allah SWT menurunkan Al Qur’an dengan sifat-Nya Al Aziz (keseluruhan secara lengkap, Allah sudah mengetahui segala kejadian) yang kemudian dilanjutkan sifat-Nya Ar Rahim, (melalui malaikat Jibril ke Rasulullah di bumi, dengan bertahap).Di sini Rasulullah diberikan 3 pilihan minuman yaitu susu, madu, dan khamr surga yang tidak memabukkan. Pilihan Rasulullah akan menjadi takdir bagi umat beliau. Beliau memilih susu, maka “Engkau memilih untukmu dan umatmu dalam keadaan fitrah”, yaitu umat Islam dapat kembali suci. Berbeda dengan umat terdahulu yang jika berdosa maka diberikan azab. 
Umat Islam dapat kembali suci di bulan Ramadhan, bulan pembakaran, yang dapat menggugurkan dosa, menjadi suci seperti baru dilahirkan.Pembakaran jiwa, agar menjadi lunak dan mudah dibentuk menjadi bentuk yang terbaik di sisi Allah, yaitu takwa. Doa minal aidin wal faizin, bukan dari rasulullah, bermakna “Semoga Allah menjadikan engkau kembali suci  dan menjadi pemenang”.
4. Melihat Allah
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad SAW., pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihatNya dengan mata kepala atau mata hati?Masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri. Di antara yang berpendapat bahwa beliau pernah melihatNya dengan mata hati antara lain Baihaqi, Al Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, dan Syaikh al Albani berdasar riwayat Dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: "Seandainya aku melihat Rasulullah, pasti aku akan menanyainya." Lantas dia berkata: "Tentang sesuatu apa?" Aku akan menanyainya: "Apakah baginda melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku telah menanyainya, kemudian beliau jawab: “Aku telah melihat cahaya”. (HR Muslim)
5. Menerima Perintah Shalat
Di Sidrat al Muntahā  ini Nabi MuhammadSAW.mendapatkan perintah salat 5 waktu. Perintah melaksanakan salat tersebut pada awalnya adalah 50 kali setiap harinya, akan tetapi karena pertimbangan dan saran Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad SAW., sendiri, serta kasih dan sayang Allah, jumlahnya menjadi hanya 5 kali saja. Diantara hadits mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud ;
Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: "Nabi kalian diperintah lima puluh kali salat (sehari semalam), kemudian beliau meminta keringanan Tuhan kalian agar menjadikannya lima kali salat." (HR Ibnu Majjah)
Dari Abdullah bin Mas'ud, ia telah berkata: "Ketika Rasulullah diisra’kan, beliau berakhir di Sidratul Muntaha (yang bermula) di langit keenam. Ke sanalah berakhir apa-apa yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan ke sana berakhir apa-apa yang turun dari atasnya, lalu diputuskan di sana."
Ia berkata: "Kemudian Rasulullah diberi tiga hal: Diberi salat lima waktu dan diberi penutup Surah al-Baqarah serta diampuni dosa-dosa besar bagi siapapun dari umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun". (HR Muslim).


loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar