KERANGKA PENELITIAN PRINSIP DAN PROSES BERPIKIR DALAM LOGIKA JOHN STUART MILL

Admin Monday, December 20, 2010

KERANGKA PENELITIAN PRINSIP DAN PROSES BERPIKIR  DALAM LOGIKA JOHN STUART MILL

Bangsa Indonesia dalam tahap pembangunan demokrasi politik. Pada tahap ini partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan sebuah keniscayaan. Partisipasi masyarakat itu membutuhkan sebuah pengelolaan yang memadai, bila tidak partisipasi itu akan berubah menjadi tindakan kekerasan. Pada pengelolaan partisipasi inilah logika sangat dibutuhkan dimana dasar-dasar logis kemanusian harus ditelusuri. Perlu diperhatikan peringatan Francis Bacon tentang godaan atau idola proses pengambilan keputusan yang dapat berakibat kesalahan, yaitu: pertama, idola tribus, maksudnya menarik kesimpulan tanpa dasar yang cukup, berhenti pada sebab-sebab yang dangkal, tanpa percobaan dan pengamatan yang memadai. Kedua, idola specus, maksudnya prasangka dan selera khas pada setiap orang yang membuat manusia seolah-olah terkurung dalam guanya sendiri dan tertutup matanya terhadap apa yang ada di luar gua itu. Ketiga, idola fori, maksudnya anggapan dan pembicaraan umum yang diterima begitu saja tanpa dipersoalkan atau dipertanyakan kembali. Keempat, idola theatri, semua sistem filsafat yang pernah muncul seolah-olah suatu sandiwara raksasa. Kenyataannya, bahwa kekerasan telah menjadi pemandangan umum dalam setiap pesta demokrasi, baik tingkat daerah ataupun nasional, seperi kasus pemilihan Bupati Tuban, Sulawesi, dan yang lain. Itulah sebabnya, muncul berbagai tanda yang seolah-olah mencerminkan breakdown of democracy. Bahkan sebagian masyarakat menganggap, yang berkembang "demo-crazy". (Azra, 2005:XIV). Masuknya logika dalam kehidupan demokrasi politik diharapkan mampu menghilangkan tindakan-tindakan yang tidak logis atau ekses negatif dari perjalanan perpolitikan di Indonesia.

Ada keterkaitan yang sangat signifikan antara kehidupan demokrasi dan kemiskinan. Amartya Sen, seorang pemikir dari Kalkuta, dalam tulisannya mengungkap demokrasi, kebebasan berkumpul, dan partisipasi, memiliki peran konstruktif serta kepentingan instrinsik. Peran instrumental demokrasi (mencakup pemilihan umum, politik multipartai, media yang bebas, dan lain-lain) dalam memastikan bahwa pemerintahan benar-benar menanggapi kebutuhan dan kesulitan rakyatnya memiliki signifikasi praktis yang besar. Pemerintah memiliki dorongan untuk mendengar apa yang di inginkan rakyat jika mereka menghadapi kritikan rakyat dan mendapatkan dukungan rakyat dalam pemilihan umum.

Dengan demikian, kelaparan tidak pernah mewujud di negara mana pun yang independent, yang mengadakan pemilihan umum secara teratur, yang memiliki partai-partai oposisi untuk menyuarakan kritik, dan yang mengizinkan surat kabar untuk membuat laporan secara terbuka dan mempertanyakan kebijakan pemerintah tanpa banyak sensor. Pada saat ini, dua negara yang sedang mengalami bencana kelaparan parah—Korea Utara dan Sudan—adalah negara yang jelas-jelas memiliki rezim autoritarian (Sen, 2000: 68-69).

Selain mengembang demokrasi, bangsa Indonesia juga lagi membangunan dunia pendidikan. Dana APBN yang dipersiapkan sebesar 20% untuk pengembangan pendidikan merupakan hal yang baru dalam pemerintahan Indonesia. Hal itu wajar, memang berbagai kalangan telah melakukan berbagai kritikan terhadap pemerintah agar segera melaksanakan anggaran 20 persen bagi dunia pendidikan seperti yang tercantum dalam ketetapan UU.

Pengembangan pendidikan ini merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk bangsa Indonesia kedepan. Mereka yang di didik di lembaga pendidikan adalah yang akan melanjutkan estapet perjuangan dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. Tugas perguruan tinggi salah satunya ikut serta mempersiapkan kepemimpinan nasional. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan yang bisa memenuhi harapan rakyat yang selama puluhan tahun tidak bebas menentukan pemimpinya sendiri dan tidak berani mengawasi sepak terjang pemimpinnya. Dalam era demokrasi sekarang ini rakyat boleh dan bahkan harus menentukan pemimpinnya sendiri (Nardi, 2005: 16-17).

Dalam pengembangan pedidikan logika merupakan hipotetis kategoris. Logika dapat menjadi ukuran kedewasaan dan kecerdasan peserta didik. Dalam konteks pengembangan penalaran peserta didik perlu diajarkan adalah pelajaran logika. Dengan logika peserta didik mengetahui bagaimana prinsip-prinsip dan proses berpikir dengan benar. Dengan demikian mewujudkan pemimpin yang sesuai dengan harapan rakyat melalui lembaga pendidikan merupkan bukan sesuatu yang tidak mungkin. 

Rumusan Masalah

Susanne K. Langer, dalam bukunya yang berjudul Philosphy in a new Key, berpendapat bahwa inti esensi filsafat itu adalah logika (Langer, 1942). Dalam perkembangan filsafat banyak ilmu melepaskan diri dari filsafat, padahal ilmu-ilmu tersebut semula bagian dari filsafat. Tetapi logika, walaupun sejak dulu dipandang sebagai bagian tersendiri, tidak pernah dapat melepaskan diri sepenuhnya dari ikatan filsafat. Ini masuk akal, karena justru anggapan, seolah-olah logika berdiri sendiri, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang hanya dapat dipecahkan di dalam rangka filsafat. Menyelami logika berarti menyelami juga fungsi logis manusia dan bersama dengan itu menyelami kemungkinan-kemungkinan filsafat.

Logika sebagai cabang filsafat berkaitan dengan kegiatan berfikir yang secara khusus berpikir yang bertujuan. Oleh karena yang berpikir itu manusia, maka lapangan penyelidikan logika ialah manusia itu sendiri. Tetapi manusia ini dilihat dari sudut pandang tertentu, yaitu budinya. Adapun yang penulis maksud dengan logika ialah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir, untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya (dengan seharusnya).

Logika merupakan suatu dasar untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Sebab tanpa logika, penalaran tidak mungkin dilakukan, dan tanpa penalaran tidak akan ada pengetahuan yang benar. Kegiatan penalaran tidak dapat dilakukan lepas dari logika. Tidak sebarang kegiatan berpikir disebut penalaran. Penalaran adalah kegiatan berpikir seturut asas kelurusan berpikir atau sesuai dengan hukum logika. Oleh sebab itu penulis meneliti tentang logika induksi, diharapkan dengan penelitian ini penulis atau masyarakat umum memahami dengan benar bagaiman proses dan prinsip logika induksi, sehingga dengan memahami logika induksi dapat memperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan proses logika induksi dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

                  1.           Apa prinsip-prinsip berpikir dalam logika John Stuart Mill ?
                  2.           Bagaimana proses berpikir dalam logika Jonh Stuart Mill ?
                  3.           Mengapa J. S. Mill mengkonstuksi prinsip dan proses berpikir logis ?

C.    Kerangka Teori

Penelitian ini kiranya perlu dibuat sebuah kerangkah untuk dapat menjelaskan pokok-pokok yang dibahas dalam penelitian ini. Karenanya, peneliti perlu menjelaskan suatu kerangka bagi pembahasan mengenai logika. Hal-hal yang sekiranya perlu dijelaskan adalah: apa itu yang dinamakan logika, bagaimana proses J.S Mill memahami logika, sehingga akhirnya mengapa perlu memahami prinsip dan proses berpikir J. S. Mill ?.

Kerangka umum yang dipakai pada penelitian ini tentu saja pemikiran J.S. Mill mengenai logika. Namun, jika yang digunakan sebagai kerangka hanya sebatas pada pemikiran J.S.Mill saja, hal ini dipandang kurang memadai karena pemikiran J.S. Mill akan sulit dipahami jika dilepaskan dari konteks perkembangan dari pemikiran logika itu sendiri, khususnya mengenai logika induksi.

Sebagai sebuah penelitian akademis, pembatasan tentu saja harus dilakukan dalam sebuah penelitian, tidak kecuali penelitian ini. Apa saja batas-batasnya, secara umum terdapat juga pertanyaan mendasar yang harus dijawab: apa, bagaimana, dan mengapa? Ketiga pertanyaan ini batasnya. Sehingga, untuk menjawab apa prinsip berpikir J.S. Mill dan bagaimana prosesnya, masalah ini tidak dapat dilepaskan dari logika deduksi yang dikembangkan Aristoteles dan logika induksi yang sedang dikembangkan pada masa itu. Pembahasan bagaimana logika itu bekerja, kenyataan itu tidak dapat dilepaskan dari rumusan konsep pemikiran yang sesat dari Francis Bacon. Akhirnya, mengapa J.S.Mill perlu mengembangkan pemikiran tentang logika induksi, ini tidak dapat dilepaskan dari penolakan tehadap logika induksi pada masa itu untuk penarikan kesimpulan ilmiah yang sepadan dengan teori silogisme klasik (Aristoteles).

Melalui kerangka tersebut dapat diperlihatkan suatu jaringan teks mengenai logika induksi. Sehingga, di satu sisi memungkinkan penulisan terhadap prosedur ilmiah pada sebuah penelitian akademis, dengan hal-hal yang terkandung dalam perkembangan logika untuk meneropong prinsip dan proses berpikir dalam logika J.S. Mill.

Setelah pola atau kerangka yang dipakai dalam wacana logika secara umum ditunjukkan, barulah penelitian ini bergerak menuju gagasan logika induksi J.S. Mill. Persoalan prinsip dan proses berpikir dalam logika J.S. Mill ini akan terkait dengan tesis tentang bahwa logika induksi tidak dapat diakui kebenarannya seperi logika deduksi. Hingga, akhirnya mengapa konstruksi prinsip dan proses berpikir dalam logika J.S. Mill itu perlu ditampilkan menjadi persoalan penting dalam penelitian ini.

E.     Metode Penelitian

1.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat kepustakaan murni (Library Reseach) (Sutrisno Hadi, 1995: 3). yaitu penelitian yang obyek utamanya adalah buku-buku dan literatur lainnya, teknik penelitian yang menekankan sumber informasinya pada bahan kepustakaan, baik berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar dan lain sebagainya, yang sesuai dengan objek pembahasan penelitian.

2.      Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Data penelitian dikumpulkan dari tulisan-tulisan dan dokumen-dokumen. Tulisan dan dokumen tersebut dibagi menjadi dua sumber: Sumber primer dan Sumber sekunder. (Winarno Surahmad,1978: 125.) Sumber primer dalam penelitian ini hanya pada buku-buku atau artikel yang merupakan karya J. S. Mill, sedangkan data sekunder adalah tulisan-tulisan yang berkaitan dengan obyek penelitian ini.

3.      Jalan Penelitian
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah yang diambil dalam penelitian yang tengah dilakukan, yaitu:

a.       Pengumpulan Bahan
Bahan-bahan yang masih tersebar, baik berupa bahan primer, sekunder maupun tersier tersebut terkumpul. Bahan-bahan ini dicari dan dikumpulkan dari berbagai sumber yang tersedia. Sebagai langkah berikutnya dari penelitian ini yaitu, kalsifikasi terhadap bahan-bahan tersebut.

b.       Klasifikasi Bahan
Bahan-bahan yang telah dikumpulkan tadi kemudian dipilah-pilah, diidentifikasi serta diklasifiksi untuk memudahkan jalan penelitian. Selanjutnya, dipilah-pilah agar dapat ditemukan benang merahnya antara satu bahan dengan bahan yang lain.

c.       Analisis
Bahan-bahan yang masing-masing telah diklasifikasi sebelumnya, kemudian dilakukan analisa atau penguraian terhadap bahan tersebut. Analisa terhadap bahan tersebut merupakan tindakan pokok dalam penelitian ini. Hasil dari analisa tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk penulisan yang bersifat filosofi.

d.      Penulisan
Tahap terakhir dari jalannya penelitian ini adalah penulisan hasil penelitian dari apa yang telah diperoleh pada penelitian ini.

4.       Analisa Hasil
Penelitian ini adalah penelitian historis-faktual yaitu studi yang objek kajiannya adalah pemikiran seorang tokoh, kemudian dikaji secara filosofis, yaitu logika, (Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, 1990: 61) maka langkah-langkah metodologis yang dilakukan penelitian ini adalah Pertama, klasifikasi,  dengan langkah metodis ini penulis akan mengumpulkan data-data kemudian menyatukannya berdasarkan karakteristik-karakteristik tertentu, sehingga mendapatkan sintesa yang mencerminkan pada pokok pembahasan.

Kedua, deduksi dan induksi. Metode Induksi ini pada umumnya disebut generalisasi, dan atas dasar data tersebut menyusun suatu ucapan. Setelah pengklasifikasian data, metode ini digunakan untuk mengambil kesimpulan struktur umum dari pemikiran obyek kajian. Kemudian metode deduksi memberikan pengertian umum dibuat eksplisitasi dan penerapan khusus (Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, 1990: 43-45). Penarikan kesimpulan secara deduktif adalah untuk mengetahui struktur dasar yang dominan dalam pemikiran tokoh kajian.

Ketiga, kesinambungan historis, langkah metode ini penulis akan menjelaskan pemikiran J. S. Mill, yang berhubungan dengan lingkungan sosial dan pengaruh-pengaruh yang dialaminya serta perubahan minat dalam pemikirannya (Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, 1990: 61).

Keempat, interpretasi, dengan langkah metode ini penulis mencoba menyelami dan memahami data-data dalam penelitian, untuk menangkap prinsip dan proses berpikir dalam logika John Stuart Mill.

Daftar Pustaka

Hadi, Sutrisno. Metodologi Reseach I. (Yogyakarta: Andi Offset, 1995).
Surahmad,Winarno. Dasar dan Teknik Reseach. (Bandung: Tarsito, 1978).
Bakker, Anton dan Achmad Charis Zubair. Metodelogi Penelitian Filsafat. (Yogyakarta: Kanisius, 1990).
Abri, Ali. Pengantar Logika Tradisional, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994).
Sumariono, E. Dasar-dasar Logika. (Yogyakarta: Kanisius, 1999).
Poedjawitna, I.R. LOGIKA: Filsafat Berpikir. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000).
Soekadijo, R.G. Logika Dasar: Tradisional, simbolik, dan Induktif. (Jakarta, Gramedia, 2001).
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar