Ilm Gharib al-Quran : al-Umm

Admin Monday, December 27, 2010

 ‘Ilm Gharīb al-Qur’ān : al-Umm Asal kata al-Umm

1 Sebagian ulama’ menganggap asal kata (الأم)  adalah (أمهة). Pendapat ini didasarkan pada jama’ lafal (الأم) : (الأمهات). Hanya saja, karena alasan takhfīf dan talbīs, maka huruf ha’nya dihilangkan.[1] Pendapat lain mendasarkan lafal ini dengan (الأمات) atau (أميمة). Yang lain mengumpulkan pendapat ini dengan mengatakan bahwa makna keduanya sama. Hanya saja, yang pertama seringkali dipakai untuk menunjuk kepada manusia, sedang yang ke-dua diperuntukkan untuk golongan binatang[2].
image / indianexpress.com
2 Adapun kemungkinan asal dari fi’il-nya. adalah amma – yaummu yang berarti memimpin, atau melukai kulit. (ashāba umma dimāghihi)[3]. Atau berkeinginan kuat terhadap sesuatu dan berusaha menuju yang diinginkan (dengan mashdar : immatun).

FirmanNya : “Dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang (bermaksud) mengunjungi Baitullah”[4] (al-Maidah : 2)”… وَلَا آَمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَام…”. Juga Tayammum secara bahasa adalah bentuk perubahan dari taammum yang berarti berkehendak.[5]

Makna al-Umm dalam tradisi kebahasaan Arab

1. Lawan kata dari al-Abu, yang berarti ibu yang melahirkan. Sama saja, apakah ia ibu dekat (yang melahirkan kita), ataukah ibu jauh (yang melahirkan orang yang melahirkan kita). Itulah mengapa Hawā’ juga disebut (أمنا).

2. Juga dapat berarti sesuatu yang menjadi landasan bagi keberadaan, perkembangan, ataupun perbaikan sesuatu yang lai‎n. al-Kholīl menyebutkan : setiap hal yang meliputi segala hal disekitarnya dinamakan al-Umm. Sebagaimana firmanNya yang menamai al-Laūh al-Mahfūdz dengan al-Umm, karena (diyakini) bahwa segala ilmu pengetahuan lahir dan bersumber darinya. :   { وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ } “[6]Dan Sesungguhnya al-Quran itu dalam al-Laūh al-Mahfūdz di sisi kami, adalah benar-benar Tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (al-Zukhrūf : 4)”[7] Inilah mengapa, Makkah juga disebut dengan umm al-Qurā. Karena ada sebuah riwayat, bahwa dunia ini, menyebar darinya.

Allah berfirman : “Demikianlah kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada umm al-Qurā (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya” (al-Syura : 7) “وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا”.[8]

Orang arab juga terbiasa menyebut panglima perang dengan sebutan umm al-Jaisy, sebagaimana sebuah syair yang bermakna : “aku telah melihat seorang panglima atas jiwa – jiwa prajurit yang mulia itu. و أم عيال قد شهدت نفوسهم

Surat al-Fatihah juga dinamakan Umm al-kitāb, karena ia adalah awal al-Qur’an. al-Umm juga berarti tempat kembali sebagaiman firmanNya : “maka tempat kembalinya adalah neraka hāwiyah”(al-Qari’ah:9): “فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ”. Paparan ini menghasilkan konklusi sederhana, bahwa makna – makna dalam setiap kutipan tersebut, berada dalam satu muara makna, sesuai dengan apa yang diistilahkan oleh al-Kholil

Derivasi kata al-Umm : Alternatif ism musytaq beserta makna isytiqāqī-nya

Dengan memperhatikan model – model makna yang dapat diuraikan dari asal kata umm, disimpulkan bahwa hubungan makna secara semantis (isytiqāqī)-nya adalah “adanya ikatan yang kuat”. Dalam contoh dasarnya, al-Umm berarti ibu yang mengikat anak – anaknya dalam tautan kasih sayang dan cinta. Selain dalam kapasitasnya sebagai induk, juga bahwa dialah yang ikut mengatur kehidupan rumah tangga.

1.Ummah à Umam. Yaitu sekumpulan orang yang diikat oleh satu kesamaan. Entah itu agama, zaman, tempat ataupun yang lainnya, tak terbatas apakah kesamaan tersebut bersifat pasti ataukah pilihan. FirmanNya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu”(al-An’am : 38). “وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُم. Yang berarti : Setiap kelompok tersebut hidup sesuai tabiat yang digariskan olehNya. FirmanNya yang lain : " Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan,…“(al-Baqarah: 213), yang berarti manusia itu pada awalnya adalah dalam satu kelompok yang kufur dan sesat”……. كَانَ النَّاسُ أُمَّة”[9]

Hubungan semantisnya adalah : umat adalah kesatuan kelompok yang diikat oleh persamaan idealism, agama, ras, jenis, tempat dan sebaginya.

2. Ummah yang bermakna agama. Dalilnya, adalah pernyataan orang arab : fulān lā ummata lah, yang berarti fulān lā dīna lah. Juga berdasarkan syair : وهَلْ يَسْتَوي ذو أُمَّةٍ وكَفُورُ ؟ (apakah sama, orang yang beragama dengan  orang yang inkar ?. Firman Allah : ......كُنْتُمْ خير أُمَّةٍ, dimaknai oleh al-Akhfasy dengan كُنْتُمْ خيرأهل دينٍ, “Kalianlah sebaik – baiknya orang yang beragama…”[10]

Hubungan isytiqāqī-nya : agama merupakan sesuatu variable penting yang menyatukan pengikut – pengikutnya dengan struktur ideologis tertentu.

3. al-Ummy : Seseorang yang tak bisa menulis dan (tidak bias pula) membaca. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh ucapan Allah dalam al-Qur’an : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka”(al-Jumu’ah : 2)” هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُم”. Menurut Quthrub, al-ummiyyah adalah al-ghoflah wa al-jahalah (kelalaian dan kebodohan). FirmanNya : “Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka Hanya menduga-duga...”(al-Baqarah : 78). Yang artinya, meraka tidak mengetahui apa – apa kecuali apa yang dibacakan atas mereka[11]. “....وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِي”

al-Farra’ menyebutkan makna yang lebih khusus. al-Ummiyyun berarti bangsa arab yang belum pernah mendapatkan kitab (samawi) sebelumnya. Allah berfirman: “ (Yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,”(al-A’raf : 157).” الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ “

Sifat ummi dalam ayat lain dirujukkan kepada segolongan manusia yang tidak memiliki kebiasaan menulis maupun membaca buku – buku tetapi kental dengan tradisi hafal –menghafalnya. Sebagaimana tersirat dalam firmanNya : “Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa” (al-A’la : 6)” سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى”

Hubungan semantisnya : bahwa orang yang buta huruf (tak bisa baca-tulis) terikat daya kreativitasnya. Sehingga ia tidak bisa bebas bergerak dan berekspresi. Seakan kekurangan itu mengekangnya.

4.                                 al-Imam à al-Aimmatun : seseorang yang diikuti, yang memimpin dengan perkataan, perkataan serta wewenangnya. FirmanNya :”(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya...”(al-Isro’: 71), يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ “ meskipun ada beberapa orang yang mengartikan al-Imām dalam ayat ini dengan dengan al-kitāb atau al-nabi. [12]

Ia juga dapat berarti al-Laūh al-Mahfūdz, Firman Allah:“Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh mahfuzh).”(Yaasiin : 12)” وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ”.

Hubungan semantisnya : imam adalah seseorang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh sehingga ia bisa mengatur anggota kelompoknya dengan peraturan – peraturan dan ikatan – ikatan.

Wa allāhu a’lam bi al-shawāb

[1] Lihat : Muhammad ibn mandhur, ,Lisan al-‘arob. CD ROM. al-Maktabah al-Shamilah. Kutub el-Barnamij fi al-lughoh wa al-ma’ajim, Vol 12, hlm. 22

[2] Diantara yang berpendapat demikian adalah al-Azhary, Lihat : Muhammad al-husainy,Taj al’arus min jawahir al-qomus. CD ROM. al-Maktabah al-Shamilah. Kutub el-Barnamij fi al-lughoh wa al-ma’ajim, Vol 36, hlm. 327

[3] Lihat : al-Raghib al-Ashfahany, al-Mufrodat fi ghorib al-qur’an, (Kairo : al-Maktabah al-Taufiqiyyah) tt. Hal 32

[4] Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amili, Abu Ja'far Al-Thabari. 'Tafsir al-Thabari'. CD ROM. al-Maktabah al-Shamilah. Kutub el-Barnamij fi al-Tafsir, Vol 9, hlm. 471

[5] Lihat : Muhammad al-husainy,Taj al’arus...Vol 31, hlm. 228, bandingkan dengan : Muhammad ibn mandhur, ,Lisan al-‘arob. …Vol 12, hlm. 22

[6] Dalam  proses transliterasi, penulis banyak terbantu dengan soft ware qur’anic in word. Hanya saja, ini tidak berarti bahwa hasil terjemahan yang dicantumkan adalah saduran an sich. Karena setiap transliterasi tersebut, terlebih dahulu dibandingkan dengan beberapa kitab tafsir klasik maupun keterangan dari kitab lughoh dari mana keterangan tentang ayat tersebut dikutip.

[7] al-Thabari. 'Tafsir al-Thabari'....Vol 21, hlm. 566

[8] Muhammad al-Raghib al-Ashfahany, al-Mufrodat fi ghorib......hal  33

[9] Muhammad al-Raghib al-Ashfahany, al-Mufrodat fi ghorib.......hal 33

[10] Lihat : Muhammad ibn mandhur, ,Lisan al-‘arob…..Vol 12, hlm. 22

[11] Muhammad al-Raghib al-Ashfahany, al-Mufrodat fi ghorib........hal 33

[12] Bandingkan dengan Muhammad ibn mandhur, ,Lisan al-‘arob…Vol 12, hlm. 22
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar