CONTOH MAKALAH PUSAT-PUSAT PERADABAN ISLAM
KATA PENGANTARDengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Pusat – pusat Peradaban Islam” ini dapat terselesaikan.
Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Makalah ini berisi ulasan-ulasan yang membahas tentang Pusat – Pusat Peradaban islam yang berada di Baghdad, Cairo, Isfahan, Istanbul, Delhi, Andalus serta Samarkand dan Bukhara (Transoxania).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan menuntut ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan islam di masa dahulu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi. Khususnya mengenai peradaban-peradaban islam di masa lalu.
Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Pusat–Pusat Peradaban islam yang berada di Baghdad, Cairo, Isfahan, Istanbul, Delhi, Andalus serta Samarkand dan Bukhara (Transoxania). dan untuk lebih detailnya tentang Pusat-pusat Peradaban Islam ini akan diuraikan dalam Bab Pembahasan.Namun, dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci.
Demikianlah sedikit gambaran mengenai isi makalah ini yang tim penulis buat dengan metode literatur kajian pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat dan berdasar pada diskusi yang kami lakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar belakang tersebut, maka perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara rinci mengenai Pusat-pusat peradaban Islam yang ada di Baghdad, Cairo, Isfahan, Istanbul, Delhi, Andalus serta Samarkand dan Bukhara (Transoxania).
1.3 Tujuan
Pembahasan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pusat – pusat peradaban Islam yang ada Baghdad, Cairo, Isfahan, Istanbul, Delhi, Andalus serta Samarkand dan Bukhara (Transoxania).
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Baghdad (Irak)
Kota Baghdad didirikan oleh Khalifah Abbasiyah kedua, Al-manshur (754-755) pada tahun 762 M. Setelah mencari-cari daerah yang strategis untuk ibu kotanya, pilihan jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad, terletak dipinggir kota Tigris. Al-manshur sangan cermat dan teliti dalam memilih lokasi yang akan dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan mempelajari lokasi. Bahkan, ada beberapa orang diantara mereka yang diperintahkan beberapa hari ditempat itu disetiap musim yang berbeda, kemudian para ahli tersebut melapaorkan kepadanya tentang keadaan udara, tanah dan lingkungan. Setelah penelitian saksama itulah daerah ini ditetapkan sebagai ibu kota dan pembangunan pun dimulai. Menurut cerita rakyat, dearah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyriwan, raja Persia yang mashur, di musim panas. Baghdad berarti “taman keadilan”. Taman itu lenyap bersama hancurnya kerajaan Persia. Akan tetapi nama itu tetap menjadi kenangan rakyat. Dalam membangun kota ini, Khalifah mempekerjakan staf ahli bangunan yang terdiri dari arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat, dan lain-lain. Mereka didatangkan dari Syria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang. Kota ini berbentuk bundar. Disekelilingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Disebelah luar dinding tembok digali parit besar yang berfungsi sebagai saluaran air dan sekaligus sebagai benteng. Ada empat buah pintu gerbang diseputar kota ini, disediakan untuk setiap orang yang ingin memasuki kota. Keempat pintu gerbang itu adalah baba al-Kufah terletak disebelah barat daya, Bab al-syam dibarat laut, Bab al-Barshrah di tenggara, dan Bab al-Khurasan di timur laut. Diantara masing-masing pintu gerbang ini, dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal Negara yang bertugas mengawasi keadaan diluar. Diatas setiap pintu gerbang dibangun suatu tempat peristirahatan.
Sejak awal berdirinya, kota Baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. diantara kota-kota dunia, Baghdad merupakan Profesor masyarakat Islam. Al manshur memerintahkan penerjemahan buku-buku ilmiah dan kesusastraan dari bahasa asing: India, Yunani lama, Bizantium, Persia dan Syria. Para peminat ilmu dan kesusastraan segera berbondong-bondong dating ke kota itu. Setelah masa Al manshur, kota Baghdad menjadi lebih mashyur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809) dan anaknya Al-Ma’mun (813-833 M). dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradaban islam keseluruh dunia. Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktifitas intelektual merupakan tiga keistimewaan kota ini. Baghdad pada saat itu menjadi pusat peradaban dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang dipandang sudah “mati” dihidupkan kembali dengan diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Disamping itu banyak berdiri akademi, sekolah tinggi dan sekolah biasa yang memenuhi kota itu. Perguruan Nizhamiyyah, didirikan oleh Nizham Al-mulk, Perguruan Mustanshiriyah, didirikan 2 abad kemudian oleh Khalifah Mustanshir Billah. Dalam bodang sastra, kota Bghdad terkenal dengan hasil karya yang indah dan digemari orang. Alf Lailah wa Lailah, atau kisah seribu satu malam. Dikota ini lahir pula al-Khawarizm (ahli astronomi dan matematika, penemu ilmu aljabar), al-Kindi (filosof Arab pertama), al-Razi (Filosof, ahli Fisika dan kedokteran), al-Farabi (filosof terbesar dan dijuluki dengan al-mu’allim al-Tsani, guru kedua setelah aristoteles), tiga pendiri madzhab hokum Islam (Abu Hanifah, Syafi’I, dan Ahmad Ibn Hambal), Al-Ghazali (Filosof, teolog, dan sufi besar dalam Islam yang dijuluki denagn Hujjah al-Islam), Abd Al-Qadir Al-Jilani (pendiri tarekat qadiriyah), Ibn Muqaffa’ (sastraawn besar), dan lain-lain. Dalam bidang ekonomi, perkembangannya sejalan dengan perkembangan polotiknya.
Pada masa Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun, perdagangan dan industri berkembang pesat. Didukung oleh tiga buah pelabuhan yang ramai dikunjungi para khalifah dagang internasional (Cina, India, Asia tengah, Syria, Persia, Mesir, dan negeri Afrika lainnya) Baghdad mendapat julukan Benteng Kesucian. Disinilah istirahatnya Imam Musa Al-Kazhim (imam ketujuh Syiah), Abu hanifah (pendiri mazhab Fiqh Hanafi), Syaikh Junaid, Syibli, dan Abdul Kadir Jailani (pemimpin-pemimpin kaum Sufi). Kota ini juga muncul sebagai kota terindah dan termegah didunia pada saat itu, sebelum dihancurlkan oleh tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan tahun 1258 M. mereka menghancurkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan tahun 1508 M oleh tentara kerajaan safawi. Kota Baghdad sekarang tidak mencerminkan kemajuan Baghdad lama.
2.2 Kairo (Mesir)
Kota kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dinasti fathimiah yang beraliran syiah, Jawhar Al-Siqili, atas perintah Khalifah Fathimiah, Al-Mu’izz Lidinillah (953-975 M), sebagai kota kerajaan dinasti tersebut. Wilayah kekuasaannya meliputi Afrika utara, Sucilia dan Syria. Berdirinya kota Kairo sebagai ibu kota kerajaan membuat Baghdad mendapat saingan. Kemudian, Al-Siqili mendirikan mesjid Al-azhar, 17 Ramadhan 359 H. Mesjid ini berkembang menjadi sebuah Universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Kota ini mengalami tiga masa kejayaan, yaitu pada masa dinasti Fathimiah, di masa Shalah Al-Din Al-Ayyubi dan dibawah Baybars dan Al-Nashir pada masa dinasti Mamalik. Selama pemerintahan Muizz seni dan ilmu mengalami kemajuan besar. Al-Muizz melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama (juga aliran). Dalam bidang administrasi, ia mengangkat wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia memberi gaji khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya.
Dalam bidang agama, diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk mazhab Syiah dan dua untuk mazhab Sunni. Pada masa Al-Aziz Billah dan Hakim Biamirillah, terdapat seorang mahaguru bernama Ibn Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran eaktu dengan ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-Hakim diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan oleh Ibn Al-nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan ahli optika. Pada masa pemerintahan Al-Hakim (996-1021 M), didirikan bait al-Hikmah. Dilembaga ini banyak buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi, kedokteran dan ajaran-ajaran Islam terutama Syiah. Ketika jayanya, di Kairo terdapat lebih kurang 20.000 toko milik khalifah, penuh dengan barang-barang dari dalam dan luar negeri. Khafilah-khafialah, tempat-tempat pemandian, dan sarana umum lainnya banyak didirikan penguasa. Istana khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000 diantaranya adalah pembantu, 1000 pengawal berkuda.
Dinasti Fathimiah ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiah yang didirikan oleh Shalah Al-Din, seorang pahlawan Islam yang terkenal pada perang salib. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh Fathimiah tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari Syiah kepada Sunni. Ia juga mndirikan lembaga-lembaga ilmiah baru, terutama mesjid yang dilengkapi dengantempat belajar teologi dan hokum. Karya-karya yang muncul pada saat itu dan sesudahnya adalah kamus biografi, compendium sejarah, manual hukum dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan dirumah-rumah sakit. Prestasi yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi ornag yang cacat pikiran. Setelah itu kekuasaan diambil alih oleh dinasti Mamamik. Dinasti ini mampu mempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bengsa Mongol dan mengalahkannya di Ayn Jalut dibawah pimpinan Baybars. Baybars dapat dikatakan sebagai pendiri dinasti ini. Ia juga pahlawan Islam pada saat perang salib. Pada masa itu, Kairo menjadi satu-satuya pusat peradaban Islam yang selamat dari serangan Mongol. Oleh karenanya, Kairo menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam terpenting. Pada tahun 1261 M mengundang keturunan Abbasiah untuk melanjutkan Khalifahnya di Kairo. Kemudian banyak bangunan didirikan dengan arsitektur yang indah. Namun pada tahun 1517 M, dinasti Mamalik dikalahkan oleh kerajaan Usmani yang berpusat di Turki dan sejak itu Kairo hanya menjadi ibu kota provinsi dari kerajaan Usmani tersebut.
2.3 Ishafan (Persia)
Isfahan ialah kota terkenal di Persia, pernah menjadi ibu kota kerajaan Safawi.Ardasir, raja Persia pernah membangun irigasi untuk pengaturan air dari sungai Zandah, bernama Zirrin Rod, berarti sungai emas. Hingga sekarang perekonomian negeri ini sangat bergantung kepada pertanian kapas, candu, dan tembakau. Kota ini, sebelum barada dibawah kerajaan Safawi, sudah beberapa kali mengalami pergantian penguasa: Diansti Samani tahun 301 H, kemudian direbut oleh Mardawij tahun 316 H dan memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad. Setelah itu jatuh ketangan penguasa Bani Buwaih dan pada tahun 421 H direbut oleh Mahmud Al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiah. Dari penguasa Ghaznawiah ini, Isfahan lepas ketangan penguasa Saljuk dan dijadikan sebagai tempat tinggal sultan Maliksyah.
Pada tahun 625 H, terjadi pertempuran disini, ketika tentara-tentara Mongol menyerbu negeri-negeri Islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian dari wilayah kekuasaan Mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu negeri-negeri Islam, kota ini ikut jatuh ketangannya tahun 790 H dan sekitar 7000 orang penduduknya terbunuh.
Setelah itu kota ini dikuasai oleh kerajaan Usmani tahun 955 H dan pada tahun 1134 H, terjadi pertempuran antara Husein Syah, Raja Safawi dengan Mahmud Al-Afgani, yang mengakhiri riwayat kerajaan Safawi sendiri. Pada tahun 1141 H, kota ini berada dibawah kekuasaan Nadir Syah. Ketika raja Safawi , Abbas I menjadikan Isafan sebagai ibu kota kerajaannya, kota ini menjadi kota luas dan ramai dengan penduduk. Masjid Syah yang masih ada sampai sekarang yang didirikan oleh Abbas I, merupakan salah stu mesjid terindah di dunia. Pintunya dilapisi dengan perak. Di samping itu, ada lapangan dan tanaman yang terawat baik dan menawan.
2.4 Istanbul (Turki)
Istanbul adalah ibu kota kerajaan Turki Usmani yang sebelumnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur, yang bernama Konstantinopel. Jauh sebelum Turki Usmani dibawah sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukan Konstantinopel, para pemimpin Islam sejak zaman Al-Khalifah Al-Rasyidah, kemudian khalifah bani Umayah dan Khalifah bani Abbas berusaha kearah itu. Namun, baru pada masa kerajaan Turki Usmani usaha itu berhasil. Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istanbul sebagai Ibu kota kerajaan Turki Usmani, ia melakukan penataan hal-ihwal orang Kristen Yunani (Romawi). Dalam penataan tersebut ia tetap memberikan kebebasan tehadap pihak gereja, seperti yang dilakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan ajaran Islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Sultan memberi kebebasan kepada penganut agama Kristen, misalnya untuk memilih dan menentukan agamanya. Penduduk Istanbul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut sensus tahun 1477 adalah sebagai berikut: Muslim 8951 rumah tangga (60%), penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah tangga (21,5%), Yahudi 1647 rumah tangga (11%), dan lain-lain 1054 rumah tangga (7.5%).
Kehidupan keagamaan merupakan bagian terpenting dalam system sosial dan politik Turki Usmani. Pihak penguasa sangat terikat dengan syariat islam. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan rnegara dan masyarakat usmani. Mufti sebagai pejabat tinggi agama, berwenang menyampaikan fatea resmi mengenai problematika keagamaan. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hokum kerajaan tidak bisa berjalan. Ilmu pengetahuan seperti fiqh, tafsir, kalam dan lain-lain, tidak mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa usmani cenderung bersikap taqlid dan fanatic terhadap satu madzhab dan menentang madzhab-madzhab lainnya
1 H.Murodi. Sejarah Kebudayaan Islam,(Semarang: Karya Toha Putra 2010) hlm 154
Kerajaan Turki Usmani dengan ibu kota Istanbul itu menjadi sebuah Negara adi daya pada masa jayanya. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Sebagai sebuah kerajaan Islam terbesar pada saat itu, maka raja-rajanya juga memakai gelat khalifah. Istana khalifah terletak di kota ini. Sebagai ibu kota, disinilah tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Mereka banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, kebudayaan Bizantium banyak mempengaruhi kerajaan Turki Usmani ini. Kemudian sejak mereka pertama kali masuk Islam, Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan, dan hokum. Huruf Arab dijadikan huruf resmi kerajaan. Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan sultan, tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (perdana menteri) yang berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri, seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk Islam. Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun disana membuktikan kemajuannya. Gereja Aya Sophia, setelah penaklukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istanbul. Masjid-masjid yang penting lainnya adalah Masjid Agung Al-Muhhamadi, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari, Masjib Bayazid dengan gaya Persia, dan masjid Sulaiman Al-Qanuni. Di samping masjid, para sultan juga mendirikan istana-istana dan villa yang megah, sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat tarekat, dan sebagainya.
2.5 Delhi (India)
Delhi adalah ibu kota kerajaan-kerajaaan Islam di India sejak tahun 608 H sampai kerajaan Mughal runtuh oleh Inggris tahun 1858. Delhi juga menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di India. Sebelum Islam masuk, Delhi berada di bawah kekuasaan keturunan Johan rajput. Tahun 589 H kota ini ditaklukkan oleh Qutb Al-Din Aybak dan tahun 602 H ini dijadikan ibu kota kerajaan tersendiri olehnya. Dinasti Mamluk ini berkuasa sampai tahun 689 H, kemudian diganti oleh dinasti Khalji (1296-1316 M), setelah itu dinasti Tughlug (1320-1413 M). dengan Raja Babur sebagai raja Mughal yang pertama, yang merebut Delhi dari tangan dinasti Lodi.
Seni Arsitektur merupakan bidang yang mencapai kemajuan terbesar kerajaan Mughal. Sejumlah bangunan peninggalan Mughal yang sangat indah dan mengagumkan masih dapat kita saksikan hingga sekarang. Misalnya, Istana Fatpur Sikri di Sikri, Vila dan sejumlah masjid Indah yang dibangun, serta Taj Mahal di Agra yang dibangun Oleh Syeh Jehan, serta masjid Agung dan istana di Lahore
Sedangkan pada Dinasti Mamluk mendirikan sebuah menara setinggi 257 kaki (Qutb Manar) dan sebuah Masjid bernama “Qutb Al-Islam. Mamluk juga memperluas tembok kota Hindu (kil’a Ray Pithora). Dinasti Khalji memperluas benteng Lalkot yang lama dengan maksud mempertahankan kota dari serangan bangsa Mongol. Dinasti ini juga mendirikan sebuah istana megah tersendiri. Sementara itu, raja pertama dinasti Thuglug mendirikan Tughlughabad, sekitar 8 km di sebelah timur Kil’a Ray Pithora, yang kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan tahun 720 H. Muhammad ibn Tughlug juga melaksanakan sebuah proyek raksasa, yaitu mendirikan Adilabad yang kemudian dikenal dengan kota Jahanpanah. Hal yang sama dilakukan Fairuz Tughlugh dengan mendirikan kota Fairuzabad yang kemudian dikenal dengan Syahjahanabad. Setelah Delhi Delhi dihancurkan oleh tentara timur Lenk, kekuasaan raja-raja yang berkedudukan di Delhi merosot tajam. Delhi baru menjadi ibu kota kerajaan Mughal pada masa Humayun (1530-1556), seorang raja yang cinta ilmu. Dia wafat saat terjatuh di tangga perpustakaannya di Panah. Raja Mughal lainnya, Syah Jehan (1628-1658M) mendirikan kota Syahjahanabad. Delhi Islam yang dapat disaksikan sekarang adalah Delhi yang hanya dibangun oleh kerajaan Mughal.
2.6 Andalus (Spanyol)
Di Spanyol anyak kota-kota Islam yang Mashyur dan menjadi pusat peradaban Islam:Sevilla, Kordova, Granada, Murcia, dan Toledo. Yang terpenting diantaranya adalah Kordova dan Granada.
2 Ibid hlm 147
a. Cordova
Sebelum Spanyol ditaklukan oleh tentara Islam tahun 711 M, Kordova adalah ibu kota kerajaan Kristen Visigoth, sebelum dipindahkan ke Toledoi. Dibawah pemerintahan Visigoth, Kordova yang sebelumnya makmur menjadi mundur. Kemakmurannya bangkit kembali di masa kekuasaan Islam. Pada tahun 756 M, kota ini menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, setelah Bani Umayyah di Damaskus jatuh ke tangan Bani Abbas tahun 750 M. Penguasa Bani Umayyah pertama Spanyol adalah Abn Al-Rahman Al-Dakhil. Kekuasaan bani Umayyah di Andalus ini berlangsung dari tahun 756 M-1031 M.
Sebagai ibu kota pemerintahan, Kordova di masa Bani umayah mengalami perkembangan pesat. Banyak bangunan baru yang didirikan, seperti istana dan masjid-masjid.Kota ini juga diperluas, membangun sebuah jembatan berarsitektur islam dalam gaya Romawi, dan lain-lain. Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Abd Al-Rahman Al-nashir di pertengahan abad ke10 M.Pada masa Islam, Kordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman, dari sutera dan kulit. Pada tahun 1236 M, Kordova direbut oleh tentara Kristen di bawah pimpinan Ferdinand III dari Castilla. Setelah itu, supremasi Islam di Spanyol mulai mengalami kemunduran. Pada masa pemerintahan Bani Ummayah di Spanyol, Kordova mnejadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri Universitas Cordova, perpustakaan besar yang mempunyai koleksi kira-kira 400.000 judul buku. Hal tersebut tak terlepas dari Abd Al-rahman Al-Nashir dan anaknya Al-Al-HAkam. Pada masanyalah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan sastra di Spanyol Islam. Zaman emasnya kesusastraan dan Ilmu di Spanyol terjadi ketika daerah ini dibawah pemerintahan Hakam Al-Mustansir Billah yang meninggal tahun 976 M. Pada masa jayanya, di Kordova terdapat 491 masjid dan 900 pemandian umum. Karena air di Kota ini tak dapat diminum, penguasa Muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km
b. Granada
Kota ini berada dibawah kekuasaan Islam hamper bersamaan dengan kota-kota lain di Spanyol yang ditaklukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad dan Musa ibn Nushair tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, kota ini disebut Andalusia Atas. Pada masa itu, Granada mengalami perkembangan pesat.
3 Dr.Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada 2004) hlm 293
Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun 1031 M, dalam jangka 60 tahun, Granada diperintah oleh dinasti Zirids. Setelah itu, Granada jatuh kebawah pemerintahan Al-Mubarithun, sebuah dinasti barbar di Afrika Utara pada tahun 1090-111149 M.
Pada abad ke12, Granada menjadi Kota terbesar kelima di Spanyol. Sejak abad ke13, Granada diperintah oleh dinasti Nasrid selama lebih kurang 250 tahun. Pada masa itulah dibangun istana megah (Al-Hambra). Istana ini dibangun oleh arsitek-arsitek Muslim pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan sampai tahun 1358 M. Istana ini terletak di sebelah Timur Al-Kajaba, sebuah benteng tentara Islam. Granada terkenal dengan tembok dan 20 menara mengitarinya. Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam bidang arsitektur maupun dalam bidang politik. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ke tangan penguasa Kristen, raja Ferdinand dan Issabela. Selanjutnay, tahun 1610 M orang-orang Islam diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.
2.7 Samarkand dan Bukhara (Transoxania)
Kota ini beberapa kali diduduki oleh Iskandar ketika ia dan pasukannya berperang melawan Spitamenes. Tapi menurut bangsa Arab, Iskandarlah yang mendirikan kota itu.Setelah tahun 323 M, kota ini menjadi bagian dari sebuah kekuasaan yang berpusat di Bactria. Setelah itu, disana berdiri kerajaan Graeco-Bactrion (Bactria Yunani) pada masa Anthiochus II Theos. Sejak itu, hubungan politik dan ekonomi antara Samarkand dengan Persia dan Cina terputus, meskipun dalam bidang budaya masih berlanjut. Dilihat dari bangunan-bangunan kuno, pengaruh Persia sudah lama tertanam disana. Pengaruh Cina juga besar. Sebelum Islam datang disana sudah terdapat tempat ibadah agama Budha. Usaha-usaha Islam dalam ekspansi ke negeri ini selalu gagal, kecuali setelah Qutaibah ibn Muslim ditunjuk sebagai gubernur Khurasan. Ketika itu Samrkand diperintah oleh Tharkhun. Pada tahun 91 H ia mengadakan perjanjian damai dengan Qutaibah dan berjanji untuk membayar Jizyah (pajak) kepada pemerintah Islam di Damaskus, dibawah dinasti Bani umayyah. Namun penduduk negeri itu marah kepada Tarkhun dan menurunkannya dari kekuasaannya. Posisinya diganti oleh Ikhsyiz Ghurik. Qutaibah berjasil memaksa Ikhsyiz untuk menerima perjanjian itu pada tahun 93 H setelah ia dan pasukannya mengepung kota dalam waktu yang cukup panjang. Sejak itu, Samarkand dan Bukhara menjadi batu loncatan untuk melancarkan ekspansi lebih luas di negeri Transoxiana.
Pada tahun 204 H, Al-Ma’mun , khalifah dari Bani Abbas di Baghdad menyerahkan semua urusan pemerintahan negeri Transoxiana, khususnya Samarkand dan Bukhara kepada keluarga Asad ibn Saman. Sejk itu, dua kota ini berada di bawah kekuasaan dinasti Samaniah. Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan sejahtera. Ia menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam. Penghasilan utama kota Samarkand adalah kertas Samarkand yang terkenal. Sedangkan kota Bukhara terkenal dengan perdagangan dan industri tenunnya. Di Samarkand terdapat makam terkenal, yaitu makam Qasim ibn Abbas (pembawa agama Islam ke negeri ini pada masa Khlaifah Usman bin Affan). Sedangkan di Bukhara terdapat makam Baha’ Al-Din Al-Naqsyabandi. Bukhara juga dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam. Setelah dinasti Samaniah runtuh, Samrkand dan Bukhara jatuh ke tangan dinasti Seljuk Sanjar tahun 495 H. tapi pada tahun 536 H kota ini direbut oleh dinasti Khawarizmsyah. Pada tahun 606 H, dua kota ini dikepung oleh Jengis Khan, yaitu pada tahun 616 H, setahun kemudian, kota Samarkand, setelah sebagian penduduk dibunuh dan bangunan dihancurkan, penduduk yang lain diperkenankan tinggal di sana di bawah kekuasaan Mongol. Selama seratus lima puluh tahun berikutnya sejarah kota ini sangat menyedihkan.
Kebangkitan kembali terjadi mulai tahun 771 H, pada masa pemerintahan Timur Lenk, penguasa tertinggi di Transoxiana. Timur Lenk menjadikan Samarkand sebagai ibu kota pemerintahannya. Kota ini diperindah oleh Ulugh Bek (857 H), cucu Timur Lenk, dengan mendirikan sebuah istana yang sangat megah. Di pihak lain, Bukhara, secara politik, menjadi sebuah kota yang tak berarti. Tahun 906 H, dua kota ini jatuh ke tangan Syaibani, raja Uzbek. Setelah ia wafat, direbutoleh Babur, raja Mughal di India dan daerah Transoxiana kembali dikuasai oleh orang-orang Uzbekistan. Pada tahun 1917 M, Uni Soviet berdiri dan Uzbekistan yang didalamnya terdapat Samarkand dan Bukhara menjadi bagian dari Uni Soviet. Penduduknya kemudian menganut ideology Komunis. Sejak tahun 1992 M, Uzbekistan menjadi Negara muslim merdeka, karena Uni Soviet bubar dengan sendirinya
4 http://vilope.blogspot.com/2010/06/pusat-pusat-peradaban-islam.html
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Mengetahui betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam.
Kemudian Kita juga dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Murodi, H. 2010. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang:Karya Toha Putra
http://vilope.blogspot.com/2010/06/pusat-pusat-peradaban-islam.html Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
loading...
Silahkan Tuliskan Komentar Anda disini. jika anda belum mempunyai Google Account atau Open ID, Anda bisa Menggunakan Name/Url (disarankan menggunakan opsi ini) atau Anonimous. Mohon berkomentar dengan bijak dan jangan spamSilahkan komentar