Meluruskan Kembali Peran Majalah Al-Hikmah

Meluruskan Kembali Peran Majalah Al-Hikmah

Admin Thursday, August 12, 2010 Add Comment
Meluruskan Kembali Peran Majalah Al-Hikmah
Kembalinya Mutiara yang Hilang
Didik Andriawan
Ada apa sih....?
Sedikit memperhatikan majalah yang diterbitkan beberapa akhir waktu ini, alhamdulillah ada banyak sekali perubahan. Mulai dari rubri yang semakin kreatif, juga penampilan yang lebih cool dan macho. Diharapkan untuk selanjutnya Majalah Al-Hikmah semakin dan semakin maju dengan komitmen para kru dan sumbangsih dari para siswa. Amin ya Rabbal Alamin.
Tetapi disisi lain, setelah sedikit membandingkan antara majalah yang diterbitkan tempo dulu (terbit dengan judul Majalah Gema), majalah kita sekarang ini dapat dikatakan agak terjadi sedikit kemerosotan. Yang kami maksudkan adalah banyak konten-konten dalam majalah tersebut yang sama dengan artikel di internet. Problemnya bukan pada sumber bacaan, tetapi redaksi tulisan yang persis (bahkan sama) dengan beberapa artikel yang ada dalam internet mengundang anggapan orang bahwa telah terjadi plagiasi (baca: contek) disana-sini. Pokok permasalahaan adalah jika eksploitasi tulisan tersebut bertujuan sebagai rujukan, sesuai kode etik penulisan hendaknya disebutkan sumber bacaan diperoleh.
Berbeda dengan majalah Gema. Majalah Aliyah Al-Hikmah yang (kalau tidak salah) muncul pada kepengurusan OSIS (pada waktu itu dengan nama DPMA, belum menjadi IPNU), bisa dikatakan telah memenuhi target dari misi majalah itu sendiri, yaitu menjadi media pengembangan bakat siswa dengan bukti tulisan-tulisan yang relatif lebih murni. Dengan mencantumkan nama penulis artikel setelah judul menandakan bahwa tulisan tersebut merupakan karangan seseorang dengan nama yang telah dicantumkan tadi. Kesimpulannya telah terjadi pergeseran dari tulisan sendiri menjadi bukan tulisan sendiri.
Lalu.....?
Nah, dari sini perlu diraba ulang beberapa hal yang terkait dengan majalah kita. Sebagaimana yang telah kita ketahui, majalah adalah sebuah media untuk mengasah dan melatih bakat “tulis-menulis” siswa. Para siswa berlatih menuangkan pikiran kedalam sebuah tulisan. Dengan banyaknya artikel yang masuk di meja redaktur dan dilanjutkan dengan penyeleksian tulisan, para siswa dapat mengukur “dapatkah tulisanku dimuat?”. Bisa juga majalah tersebut menjadi media jawaban bapak ibu guru terkait dengan berbagai problem yang dialami para siswa.
Madharat-madharat dari tradisi plagiat ini antara lain, dapat mematikan daya tulis-menulis siswa, buang-buang tenaga, waktu, juga biaya, dan bila diketahui si pemilik tulisan bisa-bisa dipublikasi dalam internet bahwa majalah Al-Hikmah adalah hasil plagiat! Wah bisa rame ni. Kalau hanya copy-paste mendingan ndak usah repot-repot ngeluarin biaya, waktu, tenaga, dan mengorbankan almamater kalau memang tujuannya adalah sekedar bacaan. Lebih amannya adalah dengan ngambil diinternet setelah itu diprint, dipotokopi lalu disebarin sebagai bahan bacaan.
Trus.....?
Sedikit tawaran nih!, melihat problemnya seperti itu, kuncinya adalah ada pada kru redaksi. Merekalah yang bertanggungjawab atas penampilan, pernak-pernik majalah, dan menjadi pilot yang mengendalikan kemanapun Majalah Al-Hikmah terbang mencapai sebuah tujuan. Mereka hendaknya berkomitmen bahwa tulisan dalam majalah kita harus murni semurni-murninya. Kalaupun toh perlu informasi dari luar, hendaknya ada edit ulang, atau bisa juga untuk informasi dari luar dima’fu untuk masalah copy-paste ini. Tetapi lebih aman lagi bila ada sedikit olah dari redaktur dan tidak lupa untuk mencantumkan alamat sumber tulisan.
Jadwal aktifitas kru redaksi yang padat sangat berpengaruh dalam hal ini. Perlu ada penyiasatan dan langkah maju secepat-cepatnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Bila tidak, maka langkah akhir dengan berlindung dalam naungan kata dharurat sehingga berbagai cara ditempuh untuk dapat memenuhi tuntutan hari H penerbitan.
Sangat indah dan sistematis bila ada undang-undang yang memuat tatatertib majalah seperti rubriknya apa saja, yang boleh menulis siapa saja, tugas dari para kru itu apa saja. lebih penting lagi adalah bagaimana cara mengorganisir tulisan dari teman-teman dengan memantau terus-menerus jauh-jauh hari agar pada saat akan diedit untuk diterbitkan, tulisan telah ada ditangan redaktur. Untuk para siswa harusnya mempunyai rasa memiliki, jangan mau kehilangan kesempatan emas untuk melatih kemampuan diri.
Sebagai bukti bahwa tulisan yang ada di majalah adalah hasil jerih payah sendiri (orisinil), adalah dengan mencantumkan nama setelah judul tulisan (lebih efisien disebutkan dengan disertai penyebutan kelas). Hal ini bukan terus dianggap sebagai sebuah riya’, kesombongan dan lain sebagainya. Maksud daripada pencantuman nama penulis selain sebagai tanda tulisan itu asli adalah agar ada pihak yang bertanggungjawab atas tulisan yang dimuat itu. Pada zaman dahulu, banyak tulisan-tulisan dengan bau semangat perjuangan yang dibuat tanpa menyebutkan nama. Ini adalah untuk menghindari pembunuhan yang dilakukan para penguasa. Nah penyebutan identitas ini harusnya diperketat oleh para kru redaksi.
Sebagai penunjang produktifitas siswa agar mempunyai greget menulis yang tinggi, hendaknya dalam even-even penting dalam menyambut berbagai perayaan, konten-konten pemeriahan acara yang berbau tulis-menulis sangat penting sekali. Sedikit contoh untuk mengisi kegiatan classmetting, lomba bazar, sangat efektif jika bidang yang diperlombakan adalah yang berkaitan dengan tulis-menulis. Sering mengikuti jurnalistik yang diadakan diluar atau bahkan mengadakan pelatihan jurnalistik di area sendiri merupakan langkah yang sangat baik untuk lebih melejitkan daya tulis-menulis siswa.
Kalaupun toh ada yang bilang, “kita perlu informasi dari luar, bukan monoton dari dalam saja” mestinya tidak usah repot-repot menunggu penerbitan dalam tempo berbulan-bulan. Setiap kelas dikoordinir oleh pengurus IPNU-IPPNU untuk menyetorkan hasil browsing mereka diinternet atau media lainnya dimana dalam satu minggu setiap kelas harus menyetorkan sebanyak 2 atau 3 buah tulisan yang kemudian dipasang di mading khusus untuk ‘barang-barang luar’. Lebih kreatif lagi jika setiap kelas mempunyai madding sendiri-sendiri yang khusus memuat berbagai informasi menarik seputar dunia pendidikan.

wallahu a’lam